"Mas!"Ibu Pemilik Kontrakan tergeragap. Dia baru saja terbangun dari mimpi indahnya yang terasa begitu nyata denganku. Sekilas dia melirik ke arah suaminya yang tertidur lelap. Menggerakkan telapak tangannya di hadapan suaminya, memastikan dia sudah tertidur pulas.Sebenernya dia hanya berniat untuk berpura-pura tertidur. Setidaknya sampai suaminya sudah terlelap. Kemudian, dia baru memulai aksinya dengan pergi ke kamarku . Namun, dia malah ketiduran dan mimpi beradegan menantang dengan Pria itu.Wanita itu menggeser dirinya di atas ranjang supaya tidak terdengar sama suaminya. Meski lumpuh, pendengarannya dan penglihatan nya masih normal, sehingga dia masih peka atas suara atau gerak gerik dari istri nya tersebut. Dan benar saja, matanya membuka dan menangkap sosok istrinya yang sedang berjalan mengendap-endap keluar dari kamar itu.Setelah menutup pintu kamar, Wanita itu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci sesuatu ' yang akan dia hidangkan kepadaku . Dia tidak mau tampil menge
Aku menikmati gadis yang tengah jongkok di hadapanku dengan erangan yang memikat di setiap gerakan lincah gadis itu. Entah kenapa aku bisa mendadak menjadi sangat bergairah sekali setelah meminum kopi itu atau jangan-jangan…"Lepas!" gertakku sambil mendorong kepala mungil di hadapanku yang seolah sulit untuk terlepas. Namun karena dorongan yang begitu kuat, akhirnya gadis itu melepaskan hisapannya."Kenapa Mas?" Nafasnya memburu seperti selesai lari marathon."Apa yang kamu masukan ke dalam kopi tadi?" tanya Aku penuh selidik. Gadis itu hanya terdiam seolah tertangkap basah. Terlebih sorot mataku yang terlihat menyeramkan pada saat itu."Jawab!" gadis itu tersentak."Tadi 'kan aku sudah bilang kalau itu obat penambah stamina," sahut Gadis itu terbata. Tubuhnya yang sintal tampak bergetar ketakutan. Aku menjelma menjadi hewan buas yang menakutkan."Jawab dengan jujur!" Aku mencambak rambutnya sambil melotot dengan jarak yang sangat dekat. Gadis itu semakin ketakutan."Obat kuat M
Aku kembali memulai aktifitas seperti biasa sebagai kuli panggul. Aku sedikit merasa lega karena sudah mengirimkan pesan kepada Devi semalam, berharap wanita itu akan segera membacanya dan menemuinya di tempat ini. Kenapa bukan Agni? Aku merasa segan menghubunginya setelah tangisan penyesalan itu.Aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Devi. Lupakan kejadian semalam bersama dengan Ibu kontrakan yang gatel itu, yang sengaja memanfaatkan situasi untuk bisa bersenggama denganku. Sungguh Aku sangat menyesali hal itu.Tidak seperti biasanya, Aku tampak bersemangat untuk melakukan pekerjaannya sebagai kuli panggul. Tenaganya bertambah berkali-kali lipat banyaknya. Bahkan Aku bersiul-siul saat memindahkan barang dari truk ke pengepul yang ada di pasar. Seolah tanpa beban Aku mengerjakannya.Tiba-tiba, di tengah keasyikanku bekerja, ada seseorang yang menghampiriku."Apa ini?" Aku keheranan saat seseorang itu menyodorkan kertas di hadapanku."Dari mbak-mbak yang ada di sebelah sana.”
Tepat ketika Devi akan dimasukkan ke dalam mobil jeep, Aku langsung menembaki mereka satu persatu. Hanya saja, itu sama sekali tidak berpengaruh sama mereka mengingat di balik kemeja yang mereka pakai bisa saja ada rompi peluru.Tidak membuang waktu, Aku langsung menerjang mereka. Terjadi pertengkaran sengit antara Aku dan dua anggota gang yang berperawakan lebih besar dariku. Mereka berusaha menghujamiku dengan bogem mentah. Namun, karena Aku lebih gesit mereka jadi kewalahan sendiri.Setelah menemukan celah kelengahan mereka, kini ganti Aku yang melayangkan pukulan tepat di perut mereka beberapa kali sehingga mereka langsung tersungkur. Kemudian, Aku beralih kepada Devi yang meringis kesakitan karena luka yang semakin parah.Adegan tersebut menjadi perhatian semua orang yang ada di pasar, terlihat mereka jaga jarak namun dengan pandangan yang tidak lekat seolah sedang menonton bioskop. Tidak sedikit dari mereka yang berhamburan melarikan diri.Aku langsung melepas kaos yang me
“I-iya,” sahut Wanita itu saat mendengar instruksi dari seseorang di seberang sana. entah siapa orang itu sehingga membuat wanita itu tampak ketakutan.Selang beberapa menit, Wanita berhijab itu selesai dengan panggilannya bersamaan dengan Aku yang sudah selesai buang hajat dan merapikan celana kembali. Ketika Wanita itu berbalik arah betapa terkejutnya dia melihat Aku ada di hadapannya.“Maaf Mbak, sepertinya Mbak salah masuk toilet,” tegurku dengan sopan. Yang dia ajak bicara masih terpaku tanpa sepatah kata pun. Dia malah sibuk menatapku lamat-lamat dengan bibir bergetar.Alis tebal Aku terangkat sebelah, heran dengan tingkah polah wanita di hadapanku ini. Sepertinya ini adalah efek setelah berbicara dengan seseorang di seberang sana yang membuatnya terintimidasi seperti sekarang.“Mbak,” panggil ku lagi. Wanita berhijab itu beringsut mundur. Dengan tatapan yang masih tertuju kepadaku, dia kembali merogoh ponselnya.Aku memperhatikannya dengan curiga. Ada sesuatu yang tidak beres d
Aku kembali mengendarai mobil sampai ke pos satpam. Namun saat akan diperiksa oleh satpam itu, tiba-tiba Aku mempercepat laju mobilnya dan dan membanting setir ke jalan raya. Sontak saja satpam tersebut heboh dan melaporkan kalau ada ambulans yang di bajak.Melihat hal itu, para preman yang sudah stand by di luar menangkap apa yang sebenarnya terjadi dan berbalik arah untuk mengejar ambulan tersebut."Kamu tidak apa-apa Sayang?" kata Aku penuh kekhawatiran. Goncangan akibat laju mobil yang kencang tadi mengakibatkan luka bekas operasi tadi terasa sakit.Devi tidak segera menjawab. Dia hanya meringis. menahan sakit yang tiada terkira. Aku trenyuh melihatnya. Aku menjadi merasa bersalah. Gara-gara dia, Wanita yang sangat dicintainya itu harus ikutan menderita.Tiba-tiba, wanita berhijab itu memekik. Aku mengalihkan pandangannya ke arahnya yang sedang menunjuk spion. Dia mengikuti arah telunjuk tersebut, seketika matanya terbelalak.Terlihat, Mobil-mobil preman itu sedang membuntutinya
Luka Devi terhenti oleh dedaunan yang ditumbuk halus. Aku yang membawanya dari dalam hutan. Devi tidak menyangka kalau Aku ternyata memiliki kemampuan bertahan hidup di alam bebas seperti ini. Membuatnya merasa aman dan terlindungi.Aku sangat telaten dalam merawat lukanya. Devi memandangiku dengan penuh arti.“Kenapa memandangiku seperti itu?”“Aku beruntung deh memiliki suami seperti Mas, udah ganteng, kaya, pengertian.”Aku hanya tersenyum kecil. Seandainya kamu tahu Devi kalau aku sudah berselingkuh dengan ibu kamu. Bagaimana perasaanmu. Dan apa yang aku alami sekarang adalah karma dari perbuatanku itu."Eh, kamu jangan banyak gerak, biarkan lukanya mengering dulu," Aku memegang punggung Devi. wanita itu tersipu. Insting kewanitaannya seolah menginginkan dimanja selalu. diperhatikan setiap waktu. Terlebih di dalam keheningan hutan ini hanya ada kami berdua."Makanya jangan jauh-jauh dong Mas," rengek Devi. Aku yang peka langsung menggeser duduk dan menopang kedua tangan ke belakan
Hampir saja Devi melonjak saat melihat seseorang yang tidak terduga muncul dari balik semak-semak itu. Dahinya berkerut keheranan."Meme?" Nafasnya sedikit tersengal karena takut, "Kamu kok bisa sampai ke sini?"Yang ditanya hanya terdiam. Dia menunduk sambil memainkan jemarinya. Ada sesuatu yang sulit diungkapkan dengan kata. Seperti ada yang disembunyikan oleh Agni.Agni hanya terdiam. Bibirnya kelu untuk berbicara. Dia berusaha membuka mulut tapi hatinya menolak keras. Tak ingin berbicara omong kosong terhadap anaknya sendiri yang sebentar lagi akan terjerumus oleh perangkap. Sungguh, dia sama sekali tidak menginginkan hal ini terjadi."Kenapa Meme diam? Ada apa Me?" panggil Devi lirih yang serasa seperti mengiris hati Agni. Sekilas terdengar pergerakan di sekitar seperti langkah kaki. Namun, Devi tidak menggubrisnya sama sekali. Perhatiannya hanya tertuju kepada Agni yang terpaku persis pesakitan.“Agni?”Aku menggeliat bangun. Dibuat terkejut dengan kehadiran Agni di tengah huta
Malam itu, Dani mengajak Agni dan Daniel untuk makan di luar. Ini adalah untuk pertama kalinya mereka makan bertiga layaknya keluarga yang utuh. Agni tentu sangat antuasias sekali dan berdandam semaksimal mungkin untuk makan malam mereka ini.Sebuah restoran mewah yang terletak di rooftop tertinggi di kota itu. Tentu nuansa outdoor yang dipilih sehingga suasana menjadi sangat mendukung dengan pemandangan kota yang tampak ekstetik dari atas sana. Ditambah lagi music yang romantis yang lebih cocok untuk pasangan muda-mudi menghabiskan waktu. Dan memang kebanyakan dari pengunjung adalah pasangan kekasih. Hanya mereka yang membawa anak. Tetapi itu tidak menjadi masalah karena keharmonisan pasangan juga berarti keharmonisan keluarga juga kan?“Mau pesan apa?” tanya Dani. Pria itu terlihat tampan dengan hem putih lengan panjang yang di tekuk di bagian lenganya. Sangat kontras dengan celana jeans biru dongker yang dia kenakan. Serta aksesoris berkelas berupa kalung titanium dan jam tangan ya
Agni menggelengkan kepalanya. Menghapus bayangan yang tidak-tidak. Dia pun duduk di meja rias. Mengalihkan perhatiannya dengan memoles lipstick di bibir sensualnya. Tetapi tetap saja libidonya sulit untuk terhapus.Tiba-tiba, Agni tersentak saat mendapati sekelabat bayangan di belakangnya. Dia langsung menoleh dan mendapati sang suami yang sedang berjalan menuju pintu dan menguncinya rapat. Begitu Pria bertubuh binaraga itu membalikan badannya, seketika pandangan Agni langsung tertuju kebagian itu. Terlihat besar menggelantung siap tempur. Agni hanya meneguk ludah. Entah kenapa pandangannya selalu tertuju di bawah sana.Agni berusaha menaikan pandangannya. Menyusuri tubuh perkasa yang ditumbuhi bulu yang halus maskulin di sana sini, sampai pandangannya terhenti tepat di wajah Dani yang tampak tersenyum nakal. Agni yang terhenyak langsung mengalihkan pandangannya ke cermin rias berpura-pura untuk memoles lipsticknya kembali.Jujur libido Agni meningkat drastis pada saat itu. Dengan han
Dani baru saja pulang dari bekerja. Ada banyak beban di pundaknya, tetapi dia tidak ingin memperlihatkannya kepada siapapun terutama Agni dan Daniel. Sebagai pria dewasa, sudah biasa baginya menanggung beban yang berat.Dani berjalan dengan cepat menuju ruang tamu. Mengitarkan pandangan sejenak. Biasanya ada Daniel yang akan berlarian mendekatinya. Menyambutnya dengan pelukan. Tetapi, ini dia terheran sendiri kemana perginya buah hatinya tersebut.Sembari melonggarkan dasinya, dia menaiki tangga. Pertama dia membuka kamarnya, tetapi tidak menemukan istrinya di dalam. Dia mengernyit dahi. Berpikir kemana kedua belahan jiwanya tersebut.Akhirnya dia bergeser menuju kamar anaknya. Karena dia membuka pintu dengan tiba-tiba, terlihat orang yang berada di dalamnya langsung menoleh ke pintu. Terlihat Daniel yang sedang bersama dengan Agni di meja belajar. Begitu melihat siapa yang membuka pintu, Daniel sumringah dan berlarian memeluk kaki ayahnya.“Yeah! Papa sudah pulang,” seru Daniel. Dani
Kehidupan kembali normal. Pagi itu, Agni dan Dani melakukan aktifitas pagi seperti biasanya. Agni menyiapkan segala keperluan suaminya. Dia sangat enjoy melayani Dani meskipun dia adalah pemilik perusahaan namun tetap saja dia harus berbakti kepada sang suami.Dani melarang Agni untuk pergi bekerja. Memintanya untuk di rumah. Menjadi ibu rumah tangga dan juga mengurus PraDani. Sedangkan dirinya bertindak sebagai Ceo dan juga owner untuk memantau semua direktur yang ada di bawah perusahaan Hartono group.“Sayang, Mas berangkat dulu ya,” ucap Dani di teras rumah. Setelah selesai sarapan, Agni mengantarkan sang suami sampai ke teras untuk melepasnya bekerja.“Tunggu dulu, Mas.” Agni mengamit tangaan suaminya yang akan beranjak ke mobil. Pria itu membalikan badan dan melihat ke arah Agni. Senyumnya mengembang saat Agni ternyata mengamit tangannya dan mencium punggung tangannya dengan takzim.“Hati-hati ya, Mas,” ucap Agni yang sudah menegakkan badannya. Dani membalas dengan mengusap punda
Berselang dua hari,Sampailah di penghujung bulan madu mereka. Sebenernya Agni masih belum rela jika momen kebersamaan mereka cepat berakhir. Namun, realita menariknya kepada kehidupan yang sebenernnya. Asistennya sudah memberi tahunya mengenai beberapa pekerjaan yang harus ditangani. Dan juga dia pasti sudah sangat rindu dengan anak semata wayangnya, Daniel.Dani tampak berdiri di depan cermin rias sambil mengenakan jaket kulitnya yang terlihat sesak. Tubuh Dani yang besar dan berotot bagai beruang kadang membuat Agni tersenyum sendiri. Membuatnya selalu ingin memeluknya dengan manja setiap waktu.Dani mengernyitkan dahi saat melihat dari pantulan cermin. Agni yang tiba-tiba menubruk tubuh bagian belakangnya dan memeluknya dengan erat.”Ada apa, Sayang?” tanya Dani dengan lembut sambil memegang tangan lembut Agni yang melintang di dadanya.“Enggak, apa-apa, Mas. Pengen peluk saja,” balas Agni yang membenamkan kepalanya dengan nyamannya. Dani hanya tersenyum tipis.“Pasti enggak rela
”Jangan berhenti, Mas,” pinta Agni. Dani yang mendengarnya pun bersemangat. Lalu yang tidak di sangka, Dani bergerak secepat kilat yang membuat Agni seperti terhentak-hentak. Ibarat naik roller coaster dengan intensitas getaran yang sangat tinggi. Sungguh Agni sangat terkejut sekaligus bahagia akan hal itu.Dani melakukannya sambil berjalan ke keluar dari kamar mandi dan berhenti di tepi ranjang. Karena sudah cukup lama melakukannya, maka Dani merebahkan tubuh Agni di atas ranjang. Di luar dugaan, Agni tampak mengulurkan tangannya pertanda dia meminta lagi.“Apa? Masih kurang?” tanya Dani menggoda. Agni dengan wajah erotis hanya mengangguk saja. Dani tampak tersenyum tipis. Dia tidak menyangka kalau gairah Agni begitu membeludak. Mungkin ini bawaan benih yang ada di dalam perutnya.Dani dengan tenang berjalan ke ruang tamu. Mengambil kotak rokok dan menyalakannya. Lalu, kembali berjalan ke kamar. Dia menikmati kepulan asap sambil melihat Agni yang terus menggeliat di atas ranjang. Dia
Tiba-tiba, Agni tersedak saat merasakan sesuatu yang hangat dan keras masuk ke celana dalamnya. Sedangkan Dani di belakangnya tampak tersenyum liar.“Mas, jangan dulu. Aku kan lagi telfonan dengan Bik Marningsih,” bisik Agni sambil menjauhkan ponselnya. Bik Marningsih adalah orang yang dia percaya untuk menjaga Daniel selama mereka bulan madu.“Udahlah, Nikmatin saja. Aku hanya sedang bersiap-siap memberikan nutrisi kepada calon Dani junior,” sahutnya yang membuat Agni melenguh untuk beberapa menit karena Dani yang sibuk menggesek-gesekkannya.“Angkat saja telfon dari Bik Marningish,” titah Dani sambil tersenyum liar. Terlebih saat melihat ekspresi Agni yang sensual, membuatnya semakin liar memainkannya.“B-bik!” desis Agni dengan suara bergetar. Bik Marningsih di seberang sana tampak keheranan dengan Agni.“Kamu enggak apa-apa, Nduk?” tanyanya cemas.“Enggak apa-apa kok, Bik. Cuma suasananya dingin sekali. Banyak salju di sini Bik,” sahutnya sekenanya. Bik Marningsih tampak berpikir
“Sial! Kalian lawan satu orang saja tidak becus!” hardik Alex kepada seluruh anggota gangster Alaska yang terkapar tadi. Sekarang mereka berkumpul di dalam pondok yang masih menjdi bagian dari arena ski itu.“Tapi, dia terlalu kuat, Bos. Bos kan bisa lihat sendiri tadi,” kilah salah satu di antara mereka yang wajahnya paling sangar yang tidak lain adalah pemimpin dari gangster tersebut.“Terus, apa gunanya saya bayar kalian mahal-mahal? Pokoknya saya enggak mau tahu pokoknya kalian harus mencari cara untuk melenyapkan Dani. saya tidak mau melihat dia selalu dekat-dekat dengan Wanita pujaan hati saya,” titah Alex. Mereka terlihat saling berpandangan lalu kemudian mengiyakan permintaan Sang Bos. Terlihat sorot mata birunya yang tampak memicingkan.Di tempat Lain, Dani sedang memarkirkan mobil saljunya sambil membawa makanan asia. Dia tahu kalau dalam kondisi yang kurang enak badan, lebih baik makan makanan yang sesuai dengan lidah asia. Maka sepulang dari arena ski tadi, dia langsun
Dani menghentikan pergulatan bibirnya setelah Agni seperti hampir kehabisan nafas. Dia tersenyum sambil dengan telaten mengusap bibir Agni yang bercampur dengan lidahnya. Kemudian, dia membisikan sesuatu kepada Agni.“Sayang, Mas keluar sebentar ya. Ada sesuatu yang ingin Mas Beli selain makan siang. Kamu istirahat dulu ya. kalau terjadi apa-apa telfon, Mas.” Dani beranjak meninggalkan Agni, bahkan sebelum Agni memberikan jawabannya. Dia melangkah dengan berat. Sejujurnya dia tidak mau meninggalkan Agni dalam kondisi lemah seperti ini. Alasan yang dia kemukakan itu hanya alibi supaya dia bisa kembali ke Arena untuk bertanding.Untung saat ini, dia harus mengikuti alur yang diciptakan oleh Alex, sampai dia bisa menemukan celah untuk bisa menemukan titik lemahnya sehingga akan sangat mudah baginya untuk melumpuhkannya nanti.Dani mengendarai mobil salju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tidak menunggu waktu lama, dia sudah sampai di arena. Terlihat Alex sudah menantinya sedari tadi d