Share

Bab 75

Penulis: Sara Aminah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-31 12:00:46
Dia juga tidak akan pernah punya kesempatan ... untuk bersama orang yang dia cintai.

Semalam, Vioni hampir tidak tidur, dan tubuhnya sekarang sudah sangat kelelahan.

Namun, meskipun berbaring di tempat tidur, dia tetap tidak bisa tidur, terus membolak-balikkan tubuh.

Akhirnya, dia hanya bisa bangun dari tempat tidur dan menatap keluar jendela.

Di tempat seperti ini, pemandangan dari jendela tentu tidak ada yang menarik. Yang terlihat hanyalah rumah-rumah yang rapat, serta berbagai pakaian yang tergantung di balkon samping.

Vioni membalikkan tubuhnya lagi dan menutup matanya.

Baru saja dia mulai mengantuk, ponsel di sampingnya tiba-tiba bergetar dua kali.

Vioni mengabaikannya.

Namun, orang di seberang tidak mau berhenti, mengirim beberapa pesan berturut-turut, membuat suara getaran tidak henti-hentinya.

Saat Vioni baru hendak melihatnya, panggilan dari Sally sudah masuk.

Vioni memutuskan satu panggilan, Sally menelepon lagi.

Akhirnya, Vioni langsung memblokir nomornya.

Namun, Sally sege
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 76

    Dua kata ini sebenarnya tidak asing bagi Vioni.Sebelumnya, saat dia masih di Vila Toram, setiap kali Felix membutuhkan sesuatu, dia selalu mengirim dua kata ini kepadanya.Saat Vioni menatap dua kata itu, matanya tiba-tiba terasa sedikit panas.Tepat ketika dia sedang menatap pesan itu, sopir tiba-tiba meneleponnya."Nyonya, aku sudah di sekitar Jalan Minara. Gang ini mobilnya nggak bisa masuk, mohon Nyonya berjalan keluar sebentar."Vioni menutup bibirnya dan tidak berkata apa-apa.Wayne di seberang memanggil lagi, "Nyonya?""Aku tahu."Vioni akhirnya menjawab, lalu mengganti pakaian dan keluar."Bu!"Wayne sudah mengganti mobil lain, kali ini Porsche Panamera berwarna perak. Di kawasan kumuh yang sempit dan gelap ini, mobil itu terlihat sangat mencolok.Saat Vioni masuk ke mobil, dia melihat tetangganya yang tadi.Wanita berambut kuning itu sedang menggigit batangan es krim sambil menatapnya, pandangannya tidak jelas.Vioni mengabaikannya.Setelah membantunya menutup pintu mobil, Vi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 77

    Namun, saat ini, hatinya hanya dipenuhi rasa dingin."Kenapa begitu?"Dia bertanya lagi pada Felix.Felix tidak suka terus-menerus ditanyai seperti ini, dan tatapannya mulai menunjukkan sedikit ketidaksabaran.Vioni tidak menunggu jawabannya, melanjutkan, "Apa karena kita pernah menjadi suami istri selama dua tahun, jadi kamu cukup mengenal dan percaya padaku, atau ... kejadian semalam juga ada andilmu?"Saat Vioni mengatakan kalimat pertama, Felix tidak bereaksi apa-apa.Namun, setelah mendengar kalimat terakhir, wajahnya langsung berubah suram, "Apa maksudmu?""Nggak, kamu seharusnya nggak terlibat," lanjut Vioni berbicara dengan dirinya sendiri. "Bagaimanapun, dengan status tinggi seperti Pak Felix, pasti nggak sudi gunakan cara seperti itu. Tapi, kamu pasti tahu, 'kan?""Termasuk kemunculan Yogi di restoran waktu itu, sebenarnya juga bukan kebetulan, benar?"Nada suara Vioni makin tenang.Pertanyaan ini sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya.Namun, telepon dari Sally tadi sia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 78

    Sebenarnya, Vioni tidak ingin menangis.Sejak kecil dia sudah tahu, air mata hanya berguna untuk orang yang mencintainya.Felix jelas tidak termasuk dalam kategori itu.Jadi, air mata yang jatuh saat ini hanya akan membuatnya merasa muak.Vioni segera mengangkat tangan dan menghapus air matanya.Felix berdiri di depannya, memperhatikan gerakannya, dahinya sedikit berkerut.Vioni tidak memperhatikan ekspresinya, hanya melanjutkan bertanya, "Malam saat aku ditimpa kejadian itu, kamu ada di mana?""Apa maksudmu?""Malam saat aku keguguran, kamu ada di mana?"Felix terdiam.Suara Vioni makin pelan, "Sally bilang, malam itu kamu ada di pelelangan, membeli hadiah ulang tahun untuknya, benar?""Itu hadiah yang sudah dia minta sebelumnya, dan kejadian yang menimpamu ... cuma kebetulan."Felix menjelaskan.Kalau itu bisa disebut penjelasan.Vioni tidak bisa menahan tawanya.Dia tertawa seperti mendengar lelucon terbesar dalam hidupnya. Tubuhnya gemetar, matanya makin merah, tetapi tidak ada lag

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 79

    "Vioni, ingatlah, apa hubungan kita akan berlanjut atau nggak, keputusannya ada di tanganku. Termasuk sebelumnya, kalau bukan aku yang setuju, kamu pikir kamu bisa bercerai dengan lancar?"Tangan Vioni yang awalnya masih ingin melawan perlahan turun.Tatapannya yang tertuju pada Felix bahkan kehilangan sisa kesedihan atau kemarahan terakhir.Apa yang dikatakan Felix ... memang benar.Apa haknya?Di mata Felix, dirinya hanyalah sebuah objek.Dulu, dia adalah istrinya yang bertugas melanjutkan garis keturunannya. Kini ... hanya alat untuk melampiaskan hasrat.Ekspresi tenang Vioni ini justru sangat familier bagi Felix.Dia tidak bisa menahan diri dan kembali mengernyit. Setelah terdiam beberapa saat, dia langsung mencengkeram dagu Vioni dan menciumnya.Saat bibir mereka bersentuhan, air mata Vioni tiba-tiba jatuh lagi.Sentuhan dingin itu membuat tubuh Felix seketika menegang.Namun, Felix dengan cepat berpura-pura tidak merasakannya. Dia langsung membuka bibir Vioni dengan paksa, ujung

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 80

    Di dalam ruangan yang tenang dan kosong, suara itu sangat jelas.Bahkan gerakan Felix langsung terhenti di tempat.Untuk pertama kalinya, Vioni melihat ekspresi "keterkejutan" di matanya.Vioni segera membungkam, lalu berbalik, tidak lagi memandang pria itu.Felix tidak melanjutkan, dia hanya melepaskan tangannya dan berdiri."Kamu mau makan apa?" tanyanya.Vioni tidak menjawab.Felix menunggu sejenak, lalu keluar.Vioni hanya berbaring di tempat tidur, tak bergerak.Hingga suara langkah kakinya perlahan menghilang, dia baru mengulurkan tangan untuk menutupi matanya.Dia tidak tahu sudah berapa lama, namun Felix kembali."Makanlah," katanya.Vioni awalnya tidak ingin memedulikannya.Namun, dia sudah hampir seharian tidak makan, dan sekarang kepalanya mulai pusing, perutnya juga mulai tidak nyaman.Akhirnya, dia menyerah pada naluri tubuhnya.Felix membeli banyak makanan.Makanannya ringan seperti biasa, mirip dengan yang mereka makan di Vila Toram.Namun, yang membuat Vioni berhenti ad

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 81

    Beberapa hari setelah itu, Felix tidak lagi menghubunginya, tetapi Vioni setiap hari menerima kue yang dikirimkan dari berbagai toko kue.Dan bukan hanya satu paket.Pada awalnya, Vioni ingin menolak, tetapi pihak pengirim sama sekali tidak memberi kesempatan untuk menolak. Mereka bahkan berkata bahwa tugas mereka adalah mengirimkan kue kepadanya, dan bagaimana dia akan menangani itu adalah urusannya sendiri.Vioni tidak bisa berbuat apa-apa, akhirnya dia hanya bisa menerima kue-kue itu.Setelah beberapa hari makan kue, dia akhirnya tidak tahan lagi dan menelepon Felix."Jangan suruh orang kirimkan barang ke aku lagi.""Mengapa? Bukankah kamu suka?"Suara Felix terdengar sangat senang, dengan tawa ringan yang jelas terdengar saat dia berbicara.Vioni merasa dia memang sengaja melakukannya.Bukankah dia suka makan?Kalau begitu, Felix akan terus mengirimkan kue sampai dirinya muntah.Vioni tidak berkata apa-apa lagi, langsung menutup teleponnya.Felix awalnya masih ingin mengatakan sesu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 82

    Vioni akhirnya memilih sebuah restoran hotpot biasa.Kuah merah pedas yang mendidih jelas tidak cocok dengan setelan jas rapi Felix.Namun, Vioni tidak peduli.Sejujurnya, dia tidak tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Felix.Apakah dia hanya menganggapnya sebagai alat belaka?Akan tetapi, sikapnya sekarang tidak menunjukkan hal itu.Perlu diketahui, bahkan saat mereka masih menjadi suami istri, mereka jarang makan bersama di luar.Felix mungkin memberikan perhiasan atau hadiah lainnya untuknya, tetapi tidak pernah repot-repot mengirimkan kue.Sikap Felix saat ini membuat Vioni merasa dia seperti sedang ... mencoba menyenangkannya.Tentu saja, pikiran itu segera dia hentikan begitu saja."Kamu suka makan ini?"Felix tampak tidak terganggu dengan pilihan Vioni pada restoran itu. Setelah duduk di depannya, dia bertanya pada Vioni."Ya," jawab Vioni. "Aku besar di Kota Cango, dan aku nggak bisa makan yang nggak pedas."Namun, setelah kembali ke Keluarga Tiura, mereka tidak mengizinkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 83

    Namun, suasana hatinya tampak sangat baik. Ketika Felix masuk, dia bahkan mendengar neneknya berbicara dengan penuh semangat kepada seseorang di sampingnya, disertai tawa yang riang."Tuan muda sudah pulang."Pelayan pertama yang mendapati kepulangannya, tersenyum menyambutnya.Felix mengangguk kepadanya, lalu melihat ke arah neneknya.Neneknya pun melambaikan tangan dengan penuh semangat, "Cepat ke sini, lihat ini.""Lihat apa?"Awalnya, sudut bibir Felix juga membawa senyuman.Namun, ketika dia melihat isi tablet di tangan neneknya, senyum itu langsung memudar."Menurutmu bagaimana? Putri Keluarga Sevio ini, terakhir kali di ....""Kenapa Anda melihat hal-hal seperti ini?"Felix sudah berdiri tegak, tampak tidak tertarik sama sekali."Apa kamu bilang? Tentu saja untuk carikan cucu menantu untuk diriku sendiri. Yang tadi aku bilang itu ....""Aku belum berpikir untuk pertimbangkan hal itu sekarang." Felix langsung menukas."Nggak memintamu untuk langsung menikah. Ini cuma supaya kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 100

    Felix melirik ke arah layar ponselnya dulu, lalu bertanya, "Dari mana saja kamu?"Vioni mengerucutkan bibirnya, "Siapa suruh mengganti kunciku?""Jawab pertanyaanku."Wajah Felix terlihat marah.Awalnya Vioni ingin bertengkar dengannya. Akan tetapi, setelah menatapnya beberapa saat, akhirnya dia berkata, "Rumah sakit."Raut wajah Felix agak berubah dan menatap tubuhnya.Vioni tidak memperhatikan tatapannya dan hanya berkata, "Sore tadi mereka bilang ibuku sudah bangun, tapi tertidur lagi saat aku tiba di sana. Makanya aku terus menunggu di sana untuk melihat apakah dia akan bangun lagi atau nggak."Suara Vioni sangat lembut, jelas terlihat tertekan.Akhirnya raut wajah dingin Felix memudar, tetapi langsung teringat sesuatu, "Terus kenapa kamu nggak menjawab telepon?""Nggak bersuara, aku nggak sadar."Setelah mengatakan itu, Vioni juga bertanya, "Sekarang aku sudah boleh masuk nggak?"Felix pun menyingkir untuk memberi jalan baginya.Vioni membungkuk dan mengganti sepatunya, lalu melet

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 99

    Dengan posisi tingginya, Felix telah melihat begitu banyak godaanYang jelas wanita di depannya adalah tipe yang paling buruk.Oleh karena itu, dia sama sekali tidak memedulikan wanita itu dan langsung menelepon Vioni.Panggilan tersambung, tetapi tidak ada yang menjawab.Wajah Felix menjadi semakin muram.Wanita itu berdiri di belakangnya dan tentu saja agak malu dengan pengabaiannya.Akan tetapi, setelah memikirkan mobil Felix dan pakaian yang dikenakannya yang jelas berharga, akhirnya dia mengumpulkan keberanian untuk melangkah maju dan bertanya, "Apa hubunganmu dengan Vioni? Kalian teman?""Tapi seharusnya dia nggak punya waktu untuk menjawab teleponmu sekarang, 'kan? Kalau nggak pulang selarut ini, dia pasti sedang berkencan dengan seorang pria, 'kan?""Kuberi tahu kamu, dia itu sama sekali nggak seperti penampilannya yang terlihat patuh dan diam-diam sangat liar. Pagi ini aku melihatnya ...."Sebelum wanita itu selesai berbicara, Felix tiba-tiba menoleh.Tatapan dingin dan tegas

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 98

    Langit sudah gelap.Lampu di luar telah dinyalakan dan lampu neon warna-warni serta lautan lampu merah pada jam sibuk malam hari menyatu membentuk pemandangan paling indah di kota yang ramai dan dingin ini.Gedung Grup Harmonis terletak di pusat kota. Jendela besar dari lantai ke langit-langit lebih mirip bingkai foto, membingkai segala sesuatu di dalamnya agar orang bisa menikmatinya.Felix berdiri di sana dan melihat dengan wajah datar.Dia memegang korek api dan menekan tombolnya satu per satu. Api biru menyala sebelum menghilang secara tiba-tiba.Lagi dan lagi.Felix tidak ingat banyak tentang ayahnya.Saat ini dia hanya ingat wajahnya yang tidak tersenyum dan tuntutannya berlebihan pada dirinya sebelum akhirnya dia terbaring di ranjang rumah sakit tidak mampu mengurus dirinya sendiri.Saat meninggal, Felix baru berusia 12 tahun.Meskipun tidak banyak perasaan antara ayah dan anak, setidaknya Felix ingat dia adalah ayah yang normal.Mungkin ayah dan ibunya masih bisa dianggap salin

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 97

    Air mata Vioni tidak terbendung lagi."Bajingan," katanya dengan suara gemetar melalui gigi terkatup.Orang yang awalnya hendak menggigit leher Vioni berhenti setelah mendengar ucapannya.Lalu dia mendongak.Lipstik Vioni luntur, eyelinernya juga luntur karena air mata, rambutnya acak-acakan dan terlihat sangat menyedihkan.Akan tetapi, saat melihat air mata di bulu matanya, jantung Felix tiba-tiba berdebar.Kemudian, dia memperlambat gerakannya sambil memeluk bagian belakang kepala Vioni dan langsung menciumnya.Ciuman ini jauh lebih lembut dan Vioni tidak merasa jijik seperti sebelumnya.Sebenarnya Felix juga sedih kalau dia kesakitan.Sekarang sikapnya melembut, Felix juga menjadi tenang.Akan tetapi, saat Felix hendak berbicara dengannya, Vioni tiba-tiba membuka mulut dan menggigit bibirnya dengan kuat...."Pak Felix."Sudah sehari, tetapi Yakov masih melirik ke arah bibir Felix saat berbicara dengannya.Tentu saja, sebenarnya bekas telapak tangan di pipi Felix sangat menarik perh

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 96

    "Apa yang sedang kamu lakukan?"Vioni tertegun sejenak, lalu mulai meronta, "Lepaskan aku! Felix, lepaskan aku!"Dia terus menendang-nendang kakinya dan salah satu sepatu hak tingginya terlepas.Koridor hotel berkarpet dan tidak menimbulkan suara saat membentur lantai.Dia menurunkannya setelah sampai di lift.Akan tetapi, Vioni dipojokkan olehnya. Saat hendak pergi, pria itu mencubit dagunya dan menciumnya.Dia tidak memberinya kesempatan untuk ragu atau meronta. Begitu menciumnya, ujung lidahnya langsung menyentuh gigi Vioni.Ciuman tanpa henti itu membuat Vioni langsung merasa tercekik.Akan tetapi, tangannya ditekan oleh pria itu dan dia bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mendorongnya menjauh.Lutut Felix langsung diangkat dan menyelinap ke dalam gaunnya.Dia jelas lebih mengenal tubuhnya dibandingkan orang lain. Gerakannya yang agak kasar membuat Vioni merasa tidak berdaya.Dia hanya bisa melihat pedang itu mendarat, mengulitinya dan menghancurkan tulang-tulangnya.Yang membua

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 95

    Baru pada saat itulah Vioni menyadari sesuatu dan kaki yang semula akan menendang perlahan ditarik kembali.Topeng masih menempel di wajahnya, tetapi sorot matanya sangat dingin seolah ingin mencabik-cabik Vioni."U ... untuk apa kamu membawaku kemari?"Akhirnya Vioni bertanya setelah menatapnya beberapa saat."Kenapa, merasa aku menghancurkan rencanamu?"Raut wajah Felix menjadi semakin jelek dan tangannya mencengkeram dagu Vioni.Lupakan saja penolakan terhadap ajakan menari dan tendangannya. Saat ini kekuatan tersebut seolah akan menghancurkan tulang Vioni.Alis Vioni berkerut dan saat hendak menepis tangan pria itu, Felix meraih tangannya sambil mengangkat lutut dan langsung menekannya di antara kedua kaki."Nona Vioni sangat terkenal."Dia menatapnya, "Kok aku nggak tahu kamu punya potensi menjadi seorang pelacur?"Dulu Vioni pendiam dan membosankan, hanya pada saat tertentu dia menunjukkan sifat centil yang berbeda.Awalnya Felix mengira hanya dia yang bisa melihat sisi dirinya y

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 94

    Negosiasi antara Vioni dan Tuan Muda Martin berjalan sangat lancar.Setelah lagu berakhir, mereka tidak meninggalkan panggung dan malah memulai tarian kedua."Aku masih belum tahu siapa namamu?"Tuan Muda Martin bertanya padanya.Vioni mengangkat alisnya, "Ini adalah pesta dansa topeng, jadi nggak perlu bertukar nama, 'kan?""Tapi bukankah kamu sudah tahu identitasku? Sepertinya ini nggak adil bagiku.""Ada cukup banyak orang di sini yang mengetahui identitas Tuan Muda Martin. Kamu sangat terkenal, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa."Suara Vioni terdengar agak tidak berdaya.Akan tetapi, Tuan Muda Martin sama sekali tidak marah dan hanya berkata, "Apa itu berarti aku nggak akan punya kesempatan untuk mengajakmu makan setelah malam ini?""Hm, ada." Vioni mengangguk dengan serius, "Setelah waktunya tiba, bawalah ayahmu bersamamu dan aku akan ikut Pak Jared untuk makan bersama. Bukankah akan menyenangkan bisa makan bersama?""Jadi setelah sekian lama, kamu ini bawahan Jared? Sekretaris,

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 93

    "Tuan, tahu nggak arti dari siapa cepat dia yang dapat?"Tuan Muda Martin menoleh dan bertanya sambil tersenyum.Felix berkata tanpa mengubah ekspresinya, "Aku tahu, tapi menurutku pilihannya ada di tangan wanita ini."Ucapan Felix membuatnya sulit untuk menjawab.Felix tidak melihat ke arah Tuan Muda Martin lagi, hanya menatap Vioni.Saat ini sepasang mata yang selalu setenang air itu seolah sedang berusaha keras untuk menahan sesuatu, seperti arus yang bergemericik.Tangan Vioni yang tergantung di sisinya tidak tanpa sadar mengepal.Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba tersenyum dan meletakkan tangannya di telapak tangan Tuan Muda Martin, menyetujui ajakannya.Sorot mata Felix tiba-tiba menjadi muram.Tangan yang terbentang itu tiba-tiba terkepal.Dia ingin melihat ke arah Vioni lagi, tetapi Vioni sudah berbalik.Felix menatap punggung mereka dan mengatupkan gigi.Saat ini Jared melangkah maju, "Pak Felix."Felix menatapnya dengan wajah datar."Nggak kusangka malam ini kamu akan data

  • Maafkan Aku, Sayang   Bab 92

    "Kamu lihat orang yang berdiri di arah jam enam?"Jared bertanya.Karena langkah tariannya, saat ini kedua tubuh itu sangat berdekatan. Vioni sudah lama tidak bermain seperti ini. Saat ini napasnya tidak begitu stabil dan keringat mengalir di ujung hidung di bawah topeng.Setelah Jared bertanya, dia langsung menoleh."Ya, terus?""Itu putra Pak Rufus dari Grup Helios. Dia telah memperhatikanmu selama beberapa waktu. Nanti aku akan memperkenalkan kalian, bisa berdansa dengannya sebentar?"Vioni hanya terkekeh, "Kenapa?""Belakangan ini aku bersiap untuk bekerja sama dengan ayahnya."Jared tidak menyembunyikan apa pun dari Vioni dan berkata, "Kali ini selama kamu bisa membantuku, aku bisa membiarkanmu langsung berinvestasi dalam produksi hak cipta. Kalau serial TV terkenal, kamu juga akan mendapatkan dividennya."Vioni masih tersenyum dan sepertinya tidak peduli dengan apa yang Jared katakan.Jared tidak terkejut dengan reaksinya dan melanjutkan, "Tentu saja, mungkin uang nggak begitu me

DMCA.com Protection Status