Sepagi ini di rumah Rendra suara keributan terdengar dari lantai bawah, bahkan suara tangis seorang wanita menggema di rumah beratap tinggi miliknya. Rendra mengerjap beberapa kali menyesuaikan retina saat menangkap sinar matahari yang menerobos masuk melewati jendela tanpa tirai.Kepalanya sedikit menunduk kemudian tersenyum saat melihat Aura yang entah sejak kapan membalik tubuh ke arahnya dan tenggelam dalam rengkuhan pelukannya.Kepala Aura mengusel di leher Rendra dan satu kakinya menyelip di antara kaki pria ituBukan hanya itu saja, tangan Aura juga melingkar di tubuh tegap sang suami.Bagi Aura, Rendra sudah seperti boneka teddy bear besar yang nyaman dipeluk ketika tidur.Tak kuasa menahan keinginan terbesarnya, Rendra akhirnya mengecup kening Aura cukup lama.Entah lah akhir-akhir ini Rendra seolah menghayati perannya sebagai seorang suami karena tanpa segan memeluk dan memberi kecupan kepada Aura.Suara keributan semakin kencang terdengar dan mulai mengusik Rendra.
“Jadi bagaimana? Kamu sudah berhasil membujuk Benedict agar membiarkan Jordan menerima hukumannya tanpa mengusik kerja sama kita?” George bertanya setelah dirinya, Robert, Patricia juga Rendra masuk ke dalam ruang kerja di rumah itu.Rendra yang duduk di single sofa menggelengkan kepalanya lemah.“Aku sudah menduganya,” cetus Patricia sambil melipat tangan di dada.“Tapi dia dengan angkuhnya memberi tawarn,” timpal Rendra dengan ekspresi wajah kesal.“Tawaran apa?” George bertanya penasaran.“Dia ingin menukar Aura dengan Jordan!” jawab Rendra singkat dan tatapan penuh tanya menuntut penjelasan langsung Rendra dapatkan dari ketiga sahabatnya. Satu tarikan nafas Rendra raup sebelum membuka mulutnya kembali.” Entah siapa yang mengatakan padanya kalau pernikahanku dan Aura hanyalah sebuah perjodohan, dengan percaya diri dia mengira jika aku dan Aura tidak saling mencintai dan dia akan mengirim adik sepupunya itu ke penjara setelah aku menceraikan Aura, dengan begitu dia tidak akan
“Baaaang!” panggil Aura sambil menyembulkan kepalanya melalui celah pintu ruang kerja sang suami membuat Rendra mendongak dari tumpukan berkas di tangan.“Kenapa?” tanya Rendra sambil mengangkat kedua alis.“Aura tidur duluan ya.” Aura hanya basa-basi, padahal dirinya ingin tidur dalam pelukan sang suami.Semoga suaminya peka dan segera menyusul ke kamar, trauma yang dirasakannya setelah kejadian penculikan yang dilakukan Jordan beberapa waktu lalu memang cukup dalam membekas di hati Aura dan dia merasa obat dari rasa takut yang membayanginya itu adalah Rendra.Aura nyaman ketika berada dalam pelukan Rendra tapi jika Rendra melakukan lebih maka kewaspadaan Aura seketika meningkat dan rasa nyaman tadi berubah menjadi rasa takut yang mengambil alih kuasa atas dirinya.Sesaat Rendra menatap Aura, pekerjaan yang ditinggalkannya selama tiga hari menunggu untuk diselesaikan tapi sang istri begitu merindukannya terlihat dari kode yang baru saja Aura berikan. Rendra adalah pria dewasa
Keesokan harinya adalah waktunya kedua orang tua Aura dan Rendra untuk pulang.Cukup lama mereka meninggalkan pekerjaan di Indonesia.Rendra dan Aura sengaja mengantar hingga Bandara, keduanya sedih karena harus berpisah dengan kedua orang tua.Bukan hanya Aura, tapi Rendra yang sudah semenjak lama berjauhan dengan kedua orang tuanya pun masih selalu terasa berat saat berpisah di Bandara.Setiap anak yang sudah dewasa bahkan sudah menikah sekalipun pasti akan bersedih hati bila jauh dari kedua orang tua.Walaupun orang tua tidak bisa banyak membantu ketika kita sedang mengalami kesulitan, tapi dengan adanya sosok mereka di dekat kita, rasanya seperti pintu solusi dari setiap masalah juga terasa dekat.Mungkin karena do'a setiap orang tua untuk anaknya tidak akan tertahan di langit dan langsung didengar oleh Yang Maha Kuasa.“Abang, kalau butuh apa-apa hubungin Papa ya! Jangan kamu simpan sendiri.” Sang papa berpesan. “Iya Pa ....”“Abang harus baik sama Aura ya, dahulukan ke
Empat puluh lima menit Aura di dalam ruangan praktik Psikiater yang konon adalah psikiater terbaik di Negara itu.Ingin sekali Rendra masuk ke dalam sana tapi ada kode etik yang mengharuskan hanya Aura saja yang berkonsultasi dengan dokter agar gadis itu bisa mencurahkan segala isi hati dan sesuatu yang mempengaruhi pikirannya tanpa tekanan atau intimidasi siapapun.Benar saja kata Rendra, dokter yang menangani Aura sekarang adalah dokter hebat karena hanya satu kalimat yang di tanyakan dokter pria yang rambutnya telah dipenuhi uban itu kepada Aura dan mengalir lah segala beban dan penderitaan yang Aura rasakan.Dari mulai perasaan sedihnya karena jauh dari kedua orang tua semenjak kecil yang tidak pernah dia ungkapkan kepada siapapun, juga perasaan insecure karena wajah dan tubuhnya yang sempurna justru malah menjadi bahan iri dengki teman-teman sebaya.Kesepian karena tidak memiliki teman hingga rasa sakit hati kepada Sigit yang tidak pernah Aura tunjukan.
Rendra masih mempertimbangkannya dan saat ini hatinya sedang berkecamuk. Di dalam benaknya menggema suara-suara yang membuat kepalanya ingin meledak.Dia sering tanpa sadar mendamba dan menginginkan Aura, selalu ingin melakukan lebih ketika sudah terjebak dalam sentuhan bibir sang gadis.Tapi lagi-lagi satu nama mampu membuat Rendra meredam semua itu.Keheningan membentang di antara Rendra dan Aura selama perjalanan pulang.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, sesekali Aura melirik suaminya yang tampak tenang mengemudi.“Kenapa?” Suara Rendra membuat Aura yang sudah mengalihkan tatapannya ke depan kembali menoleh pada sang suami.Rendra sadar sedari tadi sang istri mencuri pandang padanya seperti ingin mengutarakan sesuatu.“Ingin makan sesuatu?” Rendra bertanya lagi namun tatapannya masih fokus ke arah jalan.“Mau nonton,” jawab Aura asal.Aura hanya tidak ingin jawaban gelengan kepalanya nanti hanya akan membuat mereka kem
Satu mangkuk besar popcorn bertengger di atas pangkuan Aura, di sebelahnya Rendra duduk nyaman dengan menyandarkan tubuh pada sandaran sofa.Setelah bertemu dengan Jordan dan teman perempuan Aura di bioskop tadi, mereka memutuskan untuk menonton film di rumah saja.Aura terlihat serius menonton film dengan mulut penuh popcorn sementara mata Rendra mengarah pada televisi namun benaknya dipenuhi dengan beragam pemikiran.Pasalnya tadi ketika Aura membersihkan tubuhnya di kamar mandi, diam-diam Rendra menghubungi detektif yang menangani kasus istrinya dan kabar gembira telah Rendra dapatkan mengenai sidang pertama kasus Jordan yang menculik dan menganiaya Aura akan dipercepat.Dan kabar bahagia itu justru mengganggu pikiran Rendra karena menurut pengacaranya, paling cepat bulan depan sidang Jordan akan dilaksanakan.Beberapa hari lalu ketika Rendra berada di Jerman memang Aura telah dimintai keterangan dan pengacara keluarga Gunadhya yang mengurus semua pelaporan ke pihak kepolisisa
Suara kecupan menggema menghangatkan ruang makan pada malam itu yang terasa dingin dan pekat oleh keheningan karena jam sudah menunjukan hampir tengah malam.Rendra mengangkat satu kaki Aura, menuntun untuk melingkar dipinggangnya tanpa berniat melepaskan pagutan dengan lidah yang saling membelit di dalam sana.Tubuh Aura terasa melayang setelah satu kakinya yang lain dituntun Rendra untuk melingkar di pinggang lelaki itu.Bukan kamar, Rendra membawa Aura kembali ke ruang televisi dan menghempaskan bokong di sofa dengan Aura berada di atas pangkuannya.Pagutan itu akhirnya terlepas ketika mereka sudah merasakan sesak kehabisan oksigen, nafas keduanya tersengal saat berebut udara di sekitar.Bibir Rendra memang berhenti berulah namun tidak dengan kedua tangannya yang sudah masuk ke dalam kaos Aura mulai meremat pinggang kemudian merayap naik ke atas lalu berhenti tepat di dada Aura.Kedua mata mereka saling mengunci, Rendra mencari penolakan pada sorot mata Aura yang menampakan k