"Kamu makin hari makin absurd aja ya, Vi?" terdengar suara bariton memotong percakapan mereka membuat Livi menegang kaku karena sudah hafal betul suara siapa itu.
"Eh.. Bapak. Selamat siang Pak, ada yang bisa dibantu?"
'Ratu ngeles emang pinter banget aktingnya,' kata Reyna dalam hati sambil geleng- geleng kepala.
"Ya. Tolong tutup mulut kamu dan bekerja dengan benar!" kata Brandon tegas membuat Livi menciut di tempatnya.
"Sudah makan siang, Rey?" Brandon bertanya pada Reyna yang masih sibuk mengetik laporannya.
"Belum Pak. Sebentar lagi, ini lagi nanggung," balas Reyna tanpa mengalihkan perhatiannya dari PC dan keyboard di hadapannya.
"Makan sekarang atau saya suapi di sini?!" bukan, itu bukan pilihan tapi ancaman membuat Reyna dengan terpaksa menghentikan kerjaannya dan membuka bungkusan makanan yang telah pria itu kirimkan lewat office boy tadi.
"Bagus," katanya singkat kemudian berlalu.
"Saya ga
Lunas ya🤗
Reyna POVAku dan Brandon memasuki restoran yang sudah direservasi oleh Brandon sebelumnya. Kami memang agak terlambat karena lalu lintas yang macet tadi. Brandon menggenggam erat jemariku yang dingin karena aku tengah gugup."Calm down, Rey," bisik Brandon sambil mengelus punggung tanganku dan kubalas dengan senyum tipis. Hal- hal kecil seperti ini yang kusukai dari Brandon.Kami melangkah menuju satu meja terlihat hampir penuh.'Bukannya tadi Brandon bilang hanya dinner bersama kedua orang tuanya?' tanyaku dalam hati.Setelah lebih dekat Brandon terlihat menegang dan aku bisa merasakan itu dari genggaman tangannya yang semakin mengerat.'Apakah ini pertanda buruk?' aku masih belum berani menyuarakan pertanyaan- pertanyaan yang bercokol dalam hati."Good night everyone," sapa Brandon pada orang- orang yang belum kukenal itu.Semua orang yang duduk di meja itu langsung terdiam dan menoleh ke arah Brandon denga
"Mamamu? Oh ya? Ah kami memang para wanita tua yang tidak mengerti bisnis ini memang membosankan," keluh Margareth agak dikeras- keraskan membuat orang- orang yang sedang membicarakan bisnis itu terhenti."Ah tidak juga, Tante. Kita sebagai wanita juga bisa kok membangun bisnis," jawabku berusaha membuat tante Margareth optimis.Aku tidak setuju setiap orang mengatakan bahwa wanita itu tugasnya di rumah mengurus rumah tangga. Kami sebagai wanita juga berhak berkarir sesuai keinginan kami. Hanya memang kami juga harus menjalankan tugas dan tanggung jawab tambahan sebagai ibu dan istri jika sudah menikah. Jadi tidak ada salahnya seorang wanita berkarir asalkan bisa membagi waktu dan sang suami juga harus mendukung.Reyna POV endReyna tidak menyadari bahwa orang- orang tengah memperhatikannya yang terus berbicara, tidak canggung dan takut seperti saat datang tadi. Karena sejatinya ia gadis yang cerdas apalagi soal bisnis tapi tidak
Menyadari Reyna yang tengah marah Brandon menghentikan mobilnya."Rey?" Brandon sepenuhnya menghadap Reyna setelah melepas seat belt."Aku sengaja mengenalkan kamu ke orang tuaku malam ini karena aku benar- benar mencintaimu. Aku tidak tahu kalau Daddy ternyata juga mengundang Alyne dan keluarganya. Setelah aku mengungkapkan penolakanku untuk dijodohkan pada Daddy melalui sambungan telpon, kupikir Daddy mengerti dan membatalkan rencananya. Tapi ternyata aku salah, Daddy tetaplah Daddy yang gak bisa ditolak. Sorry kalau aku menempatkanmu dalam situasi yang gak mengenakkan," jelas Brandon namun tak membuat Reyna bergeming."Hey, look at me," Brandon meraih wajah Reyna dan jarak wajah mereka sekarang kurang dari satu jengkal."I'm sorry for inconvenience. Aku butuh kamu untuk meyakinkan Daddy," entah siapa yang memulai bibir mereka sudah tak berjarak. Awalnya hanya menempel tapi sedetik kemudian berubah menjadi lumatan dan saling bertukar saliva.Hingga
"Bukan begitu!" bantah Reyna."Aku bisa berjuang kalau itu tentang materi. Tapi soal restu itu tidak akan berakhir baik.""Banyak di luar sana yang berjuang mendapatkan restu dan berhasil. Kenapa kita tidak bisa? Bahkan Mommy sudah merestui kita hanya tinggal Daddy.""Alyne terlihat seperti gadis baik- baik, Brandon. Aku tak punya hal apapun yang bisa kubanggakan untuk bisa mempertahankanmu. Kamu akan lebih baik dengannya," kata Reyna lirih.Brandon tersentak, dia lupa seperti apa Reyna. Wanita di hadapannya mengalami krisis kepercayaan diri. Brandon melangkah mendekati Reyna dan memeluknya. Reyna tak menolak juga tak membalas pelukan Brandon."Kita bisa melewatinya, Rey. Aku akan memperjuangkanmu karena kamu berharga," bisik Brandon.Reyna menangis tanpa suara mendengar perkataan Brandon."Lupakan yang tadi malam. Aku sendiri yang akan menghadapi Daddy. Selama Mommy berada di pihakku maka kemenangan akan jadi milikku," Brandon me
Ponsel Reyna berdering saat matanya hampir terlelap. Melihat nama ID caller yang terpampang di screen ponsel membuatnya memilih untuk mengabaikan panggilan itu. Ya, Brandon yang menghubunginya. Tadi setelah makan siang pria itu mengurung diri di ruangannya masih tanpa penjelasan apapun setelah mengabaikan Reyna, membuat Reyna menyiapkan hati untuk kemungkinan yang terburuk. Margareth, ibu Brandon pun entah kenapa berubah, menyapa pun tidak. Mungkin memang lebih baik begini. Air mata Reyna menetes di sudut matanya yang mulai terpejam.Paginya saat Reyna menyiapkan sarapan bel pintu apartemennya berbunyi. Rayan yang akan berangkat kuliah membuka pintu dan menemukan Brandon sudah berpenampilan rapi dengan koper kecil di sampingnya."Reyna masih ada kan?" tanya Brandon."Ada. Lagi buat sarapan untuk Reyhan. Masuk aja," Rayan membuka pintu lebih lebar mempersilahkan Brandon untuk masuk. "Aku pergi dulu, ada kelas pagi," lanjut Rayan yang diangguki Brandon."Si
"Cukup Brandon. Mommy selalu mendukung kamu, tapi tidak untuk kali ini," Mommy sepertinya benar- benar sedang dalam mood keras kepala."Mom, tidakkah setiap orang punya kesempatan untuk memperbaiki diri?" tanyaku. Aku tak banyak tahu mengenai masa lalu Reyna jadi aku tak bisa melakukan pembelaan apapun. Sial. Harusnya aku bertanya. Sekarang aku seperti pria bodoh yang tidak bisa melakukan apapun untuk kekasihnya."Kamu kenal Mommy kan, Brandon?" Mommy menatapku tajam membuatku tertunduk. Baru tadi pagi aku dan Reyna baikan perihal masalah semalam karena Daddy. Aku berkata untuk memperjuangkannya tapi sekarang aku seperti pria tak berguna."Sekarang ikut Mommy makan siang. Putuskan hubunganmu dengannya besok," putus Mommy."Mom! Ini keterlaluan!" protesku."Atau kamu pilih Mommy yang bicara dengannya?""Fine!" putusku. Aku tak mungkin membiarkan Mommy bicara dengan Reyna.Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya Mommy keluar ru
Keadaan Jessica pasca kecelakaan sudah berangsur membaik. Dengan terpaksa Hans mengajak Jessica dan Joane tinggal di rumahnya. Sikap Hans juga sudah kembali seperti dulu apalagi ada Joane di antara mereka. Apa yang diinginkan bocah itu selalu diturutinya.Tentu saja Jessica senang, musibah membawa berkah, itu yang selalu diucapkannya. Pagi ini ia masuk ke kamar Hans untuk membantu pria itu menyiapkan keperluannya. Hans menolak untuk tidur sekamar dan hal itu belum bisa diterima Jessica. Namun wanita itu tidak menyerah."Kenapa kita tidak tidur satu kamar aja sih, Hans?" pagi ini Jessica mencoba peruntungannya kembali."Ini Indonesia, Je. Bahkan sebenarnya kita tidak bisa tinggal satu rumah apalagi satu kamar," terang Hans."Tapi mereka kan gak tahu," timpal Jessica.Hans menggeleng," Tidak Je. Keluarlah, aku mau mandi dan bersiap ke kantor.""Aku bantu menyiapkan keperluanmu ya, Hans?""Tidak perlu. Aku bisa sendiri," Hans
"Hans, apa... ada... lowongan pekerjaan di kantormu?" tanya Jessica ragu- ragu saat tengah makan malam."Kenapa?""A... aku ingin bekerja.""Apa uang yang kuberi masih kurang?" tanya Hans dengan mengerutkan kening, pasalnya selama ini ia sudah memberikan 1 atm dan 1 kartu kredit untuk memenuhi keperluan Jessica dan Joane."Bukan begitu. Aku tidak mau terus bergantung padamu?" balas Jessica, sebenarnya ia ingin mengetahui kegiatan Hans di luar rumah dan mencari tahu wanita yang pernah dekat dengan Hans hingga menyebabkan pria itu berubah."Joane?""Aku berencana mencari baby sitter untuk menjaganya," jelas Jessica."Coba nanti aku tanyakan bagian SDM. Kalau ada aku kasih tahu.""Begitu?" Jessica terdengar tidak puas mendengar jawaban Hans."Iya. Harus ikut prosedur, kalau ada pun kamu harus mendaftar seperti karyawan lain," terang Hans."Kamu gak bisa bantuin aku gitu? Aku kan warga asing jadi takut aja gak s
Hans mengecupi kening Reyna yang tengah berbaring di ranjang mereka."Terima kasih Sayang, terima kasih," ucapnya berulang- ulang.Tadi pagi Reyna merasakan mual dan muntah yang membuat Hans panik dan memanggil dokter keluarga ke rumah. Dan menurut hasil pemeriksaan dokter Reyna positif hamil 5 minggu. Semua orang di rumah Reyna bersorak senang namun orang yang paling berbahagia tentu saja sang ayah si jabang bayi. Hans tak bisa berkata- kata, matanya berkaca- kaca dan langsung menghambur memeluk tubuh sang istri membuat semua orang mencibirnya terlebih Anjas."Ck... kamu ini memang pria brengsek yang beruntung Hans," cemooh Anjas yang mendapat hadiah cubitan di perut oleh sang istri.Ya, akhirnya Anjas dan Laila memutuskan menikah setelah enam bulan pernikahan Reyna dan Hans. Bahkan saat ini Laila tengah hamil 4 bulan. Wanita itu bersyukur perilaku buruknya di masa lalu tak mempengaruhi kesehatan rahimnya. Justru Reyna yang memang harus sedikit bersabar karena baru mendapatkan kabar
Hans menatap Rayan penuh permusuhan. Kesuksesan Reyna mengelabuhinya di malam pengantin mereka ternyata ada sutradara amatir di balik layar. Ya, Rayan menyuruh Reyna bersandiwara untuk menolak Hans dan berpura- pura masih trauma. Namun sang istri yang tidak tega padanya akhirnya memilih jujur di malam keempat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada sang suami. Bahagia tak terkira tentu saja memenuhi dadanya tapi tak bisa dipungkiri, Hans menyimpan secuil dendam pada Rayan.Dan disinilah mereka sekarang. Duduk saling berhadapan di kursi tunggu bandara. Hans mengajak Reyna untuk mengunjungi putra mereka di Australia sambil honeymoon tentu saja. Tapi Faira dan Rayan sepertinya akan merusak rencananya. Karena mereka memutuskan untuk ikut dengan alasan rindu pada teman- teman mereka di negara itu."Ngapain kamu ngelihatin Rayan seperti itu?" tanya Faira sinis setelah beberapa kali memergoki Hans yang menatap Rayan penuh permusuhan."Punya mata kok, emang salah? Kalau gak boleh dilihat masukin
Hans keluar dari kamar mandi hotel dengan rambut basah. Istrinya tengah tertidur nyenyak dengan posisi meringkuk di sisi kanan ranjang. Dengkuran halusnya membuat Hans tak bisa kembali tidur. Sekali lagi dirinya kembali diuji. Entah ujian atau karma lain atas dosa- dosanya di masa lalu. Namun dirinya tak peduli. Seperti yang pernah ia katakan sebelumnya bahwa ia rela menjalani karmanya yang tentu saja sepaket dengan anugerah terindahnya. Beberapa jam lalu saat Hans sudah siap meng-unboxing istrinya dengan penuh semangat, tiba- tiba istrinya yang terlihat gugup meminta izin ke kamar mandi. Dengan raut pasrah, terpaksa dirinya mengangguk lemah. Memandang lesu ke arah juniornya yang menggeliat. Menggaruk kepalanya frustasi karena acara buka puasanya tertunda. Sampai hampir 30 menit tetapi sang istri tak juga keluar dari kamar mandi membuatnya khawatir terjadi apa- apa dengan Reyna.Tok tok tok"Sayang? Kamu baik- baik aja kan di dalam?" tanya Hans khawatir."I.. iya! Reyna baik- baik aj
Tak ada yang tidak mungkin bagi Hans. Meskipun membuat EO kualahan karena mengubah konsep pertunangan menjadi pernikahan namun dengan menyodorkan check kosong tak bisa membuat pihak EO mundur. Uang memang punya kuasa tertinggi.Tak hanya EO, Riana pun tak kalah heboh karena harus menambah list tamu undangan dan mengecek segala persiapan lainnya. Maklum Reyna anak satu- satunya jadi perhelatan harus sebaik mungkin. Si pengantin wanita ngambek karena semua terkesan mendadak bahkan Faira yang menerima undangan pertunangan dan kemudian menerima undangan pernikahannya mencecar dan mengira bahwa dirinya kembali dihamili oleh Hans sebelum menikah. Yang terlihat santai hanya Rashad sementara Anjas uring- uringan karena merasa dilangkahi.Dan disinilah mereka sekarang, berdiri di pelaminan yang megah dan mewah menyalami tamu undangan setelah tadi pagi melangsungkan akad nikah di tempat yang sama. Senyum tak pernah luntur dari bibir Hans yang kebahagiaannya tak terkatakan. Di sampingnya Reyna se
Jessica tersenyum lebar saat menerima pesan dari Hans tadi malam. Pria itu memintanya datang siang ini ke kantornya bersama Joane. Mungkin Hans merasa bersalah pada Joane akan sikapnya pada Joane kemarin lalu dan sekarang ingin meminta maaf, pikir Jessica.Seperti biasa Jessica merias diri secantik mungkin dan mendadani Joane agar terlihat lebih menggemaskan dari biasanya. Dengan dagu terangkat dan langkah mantap, Jessica memasuki lobi kantor sambil menenteng bag berisi makan siang di tangan kanannya dan tangan kirinya menggandeng tangan Joane. Dirinya tadi sempat mampir ke restoran ternama untuk membeli makan siang untuk Hans.Tak ada yang melarangnya masuk termasuk resepsionis karena Hans memang sudah berpesan bahwa dirinya memang ada janji dengan Jessica. Keluar dari lift di lantai ruangan Hans, Jessica tak mendapati sekertaris Hans di mejanya karena ini memang jam makan siang.Tok tok tokTak mau kembali menimbulkan penilaian buruk dirinya di depan Hans, Jessica memilih mengetok pi
Hans tersenyum lebar saat menerima pesan dari Reyna. Tanpa membalas pesan Reyna, Hans bergegas pergi. Sampai di taman kota, netranya mencari sang pujaan hati."Daddy!" terdengar suara bocah yang tidak asing di telinganya.Selang beberapa detik seorang bocah memeluk kakinya erat. Hans mengetatkan gerahamnya melihat Jessica yang tersenyum ke arahnya."Hai Hans, maaf aku minta tolong Reyna tadi karena Joane rindu padamu."Hans tahu tak sesederhana itu makna dari 'minta tolong' yang diungkapkan Jessica. Sesuatu yang tidak beres pasti terjadi."Dimana Reyna sekarang?" tanya Hans menahan amarah."Dia tidak mengatakan akan pergi kemana," jawab Jessica.Hans melepas pelukan Joane di kakinya."Kumohon Hans, bermainlah dengan Joane sebentar. Dia rindu padamu," Jessica mendekati Joane yang menatap Hans takut- takut."Baru kali ini aku menemukan wanita menjijikkan sepertimu, Jes. Kamu tega memanfaatkan anakmu untuk kepentinganmu. Entah bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu dulu," Hans menatap Jes
"Aku akan tetap bersikap adil. Seperti yang Reyna katakan tadi bahwa dia juga bersalah. Hukuman untukmu Rey, kamu tidak boleh lagi bertemu dengan Hans....""Pa...," Reyna memotong perkataan papanya dengan mata berkaca- kaca."Bukannya kamu sendiri yang minta dihukum tadi?" Rashad memicing ke arah Reyna.Bahu Reyna merosot dengan kepala tertunduk."Dan kamu...," Rashad menatap tajam ke arah Hans, "Kamu lepaskan Reyna jika....""Tidak!" Hans menggeleng tegas memotong ucapan Rashad membuat papa Reyna itu menggeram marah."Kenapa kalian berdua hobi memotong perkataanku?!" tanya Rashad marah.Hans dan Reyna saling lirik sambil menunduk takut- takut."Lepaskan Reyna jika kamu tak segera melamarnya!" ucap Rashad tegas.Ruangan itu seketika hening. Hans orang yang paling pertama sadar dari situasi horor itu spontan berdiri dan melonjang girang membuat perhatian semua orang beralih padanya."Yesss, kita direstui Sayang!" teriak Hans membuat wajah Reyna merona karena panggilan Hans padanya.Hans
"Apa?!" teriak Rashad dan Anjas bersamaan."Tapi kata Reyna...," kata- kata Rashad menggantung karena mengingat sesuatu.Kemarin dirinya hampir saja kembali menghajar Hans jika tak dicegah oleh Anjas.Flashback on"Masuk!" seru Rashad saat pintu ruangannya diketuk."Maaf Pak, ada Pak Hans yang ingin bertemu," kata sekertarisnya.Rashad hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Hans masuk dengan langkah percaya diri meski disambut tatapan mengintimidasi dari Rashad. Anjas yang kebetulan berada di ruangan yang sama hanya menghela napas lelah. Hans seperti masuk ke sarang harimau tanpa senjata."Ada perlu apa?" tanya Rashad tanpa basa- basi. "Saya ingin melamar Reyna, Pak," Hans pun menjawab terus terang dengan bahasa yang lebih sopan.Anjas terperanjat dengan keberanian Hans sementara Rashad memicingkan matanya disertai senyum sinis."Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?" Rashad bangkit dari kursi kebesarannya."Ini bukan omong kosong Pak. Saya serius ingin melamar Reyna," Hans
Sudah beberapa hari Reyna begitu semangat menjalani hari- harinya. Meski harus terpaksa menjalani hubungan backstreet dengan Hans tapi tak mengurangi kebahagiaan yang ia rasakan."Sayang, kok gak pulang ke rumah? Mama kangen lho," tanya mamanya saat berkunjung ke kantor."Maaf ya Ma, kerjaan lagi banyak banget ini," jawab Reyna yang tak sepenuhnya bohong.Dirinya memang jarang pulang karena sering menghabiskan waktunya di apartemen bersama Hans. Bukan sekedar berduaan karena sedang kasmaran mereka juga saling support dalam beberapa proyek yang berbeda. Karena masalah pribadi mereka, perusahaan papanya jarang mengambil proyek yang ada keterlibatan Hans di dalamnya. Namun ide- ide brilliant Reyna ditambah kejelian dan dieksekusi dengan baik oleh Hans akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa."Jas, bisa gak kalau Reyna jangan dikasih kerjaan banyak- banyak?" pinta Riana pada sang adik."Ya gak bisa gitu dong, Ma. Gaak enak sama yang lain. Anggap aja ini rejeki Reyna," jawab Reyna membuat