Terima kasih karena mengikuti cerita ini. Yuk klik tanda vote ya kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (Tamat.)
Maaf, Aku Pantang Cerai(54)"Apa kau sudah gila, Al? Apa yang akan kau katakan pada Wisnu? Jika rumah kalian terjual begitu juga dengan mobilnya."Erlangga terlihat murka, saat mengetahui Alea tinggal di rumah kontrakan kecil. Wanita itu bahkan menjual rumah dan mobilnya, lalu menyerahkan semua uangnya untuk biaya pengobatan suaminya."Aku yakin mas Wisnu akan menerima keputusan ku itu, Lang. Aku tau perusahaan tidak menjamin pengobatan pegawai sampai keluar negeri. Biaya kesehatan di dalam negeri juga di batasi, jadi gunakan uang itu untuk membayar pengobatan suamiku."Alea tersenyum membuat Erlangga merasakan sakit teramat sangat di hatinya. Wanita yang dia cintai, terus menerus menerima ujian hidup yang tak ringan. Ingin memeluknya tapi dia tak punya hak untuk itu. Alea masih istri pria lain, dia tak boleh asal menyentuh wanita itu."Kalau begitu aku pergi dulu, Al. Kau baik-baik di sini, soal Wisnu dia sudah berhasil di operasi sekarang kita tunggu kabar selanjutnya dari pihak ruma
Maaf, Aku Pantang Cerai!(55)Tiga bulan Wisnu berada di Singapura untuk menjalani pengobatan. Hari ini pria itu berdiri di depan istrinya yang tengah menghela napas panjang, karena bayi dalam perutnya bergerak dengan lincahnya.Wanita itu tak menyadari sorot mata penuh kerinduan seseorang yang sangat dia tunggu kepulangannya. Seseorang yang berjuang untuk tetap hidup demi kembali ke pelukkannya."Aku juga ingin merasakan kehadirannya, Al."Alea tersentak mendengar suara pria yang dia rindukan. Pria yang selama tiga bulan ini tak lepas dari doa-doanya, siapa sangka pria itu kini berdiri di hadapannya dengan wajah yang masih terlihat pucat."Mas, Mas Wisnu!"Alea berteriak dan hendak berlari menyongsong suaminya. Namun Wisnu segera memintanya berhenti karena perut istrinya sudah terlihat besar."Tetap di sana biar aku yang datang."Alea merentangkan tangan untuk memeluk Wisnu. Pria itu mengerakkan kursi rodanya untuk menghampiri sang istri, airmatanya tumpah karena tak mengira masih bisa
Maaf, Aku Pantang Cerai!(56)"Maaf, maafkan ibu karena kau harus menderita begini. Sejak kau dan Citra kecil ibu menghidupi kalian meski menjanda dan kalian baik-baik saja, tapi sekarang sejak kau menikah begini jadinya hidupmu."Alea meringis mendengar ucapan ibu mertuanya. Wanita itu seolah berkata, kalau semua yang menimpa anaknya karena ulahnya. Wanita itu masih saja tak sadar diri kalau yang terjadi karena ikut campurnya dia dalam rumahtangga sang anak."Mau kemana?"Wisnu mengengam tangan istrinya saat melihat wanita itu beranjak dari duduknya. Wisnu tau Alea hanya tak ingin mendengarkan ucapan ibunya, dia tau wanita itu pasti sakit hati, tapi mau bagaimana lagi dia tak mungkin mengusir sang ibu."Aku mau ke dapur menyiapkan makan siang. Mas duduk saja di sini temani ibu, aku harap mas tak berpikir hal yang tak perlu, tenangkan diri agar segera sehat."Alea menepuk tangan suaminya lalu meninggalkan pria itu bersama ibunya. Dia memilih pergi ke dapur, karena tak ingin tertekan kar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (57)"Hai, lagi mikir apa?"Alea naik ke tempat tidur setelah meletakkan gelas bekas air minum suaminya, pria itu baru saja menelan obat yang masih harus dia konsumsi entah sampai kapan."Tidak ada, kemarilah tidur di dekatku."Wisnu menepuk lengannya, agar sang istri meletakkan kepalanya di sana. Alea tersenyum lalu bergeser mendekat ke tubuh Wisnu.Wanita itu merasa nyaman ketika berada di pelukan sang suami. Dia bisa tidur pulas meski perut besarnya kadang terasa tak nyaman, karena Wisnu akan membelai perut itu hingga membuat Alea tenang."Aku minta maaf, Al. Sampai sekarang tak bisa membuatmu bahagia, hanya airmata yang terus aku berikan selama kita menikah."Alea membuka matanya untuk kesekian kalinya. Wisnu meminta maaf, sepertinya ini menjadi ritual mereka setiap malam sebelum tidur."Mas, aku bahagia selama menikah denganmu. Lupakan semua yang terjadi, kita sudah bahagia jadi jangan terus minta maaf."Alea mendekatkan wajahnya dan mencium bibir sang sua
Maaf, Aku Pantang Cerai! (58)Alea bergegas berjalan menuju ke kamar. Dia mengambil obat dan juga air minum untuk suaminya, saat kembali dia terkejut melihat mertuanya datang bersama seorang wanita muda."Sepertinya bakal ada drama baru," desis Alea."Namanya Dena, dia gadis yang banyak membantu ibu selama ini. Kau tak tau kan? Kalau selama ini ibu sangat menderita, tak ada yang perduli kecuali dia."Wisnu segera mengambil tangan sang istri ketika melihat lirikan sinis ibunya pada Alea. Dia belum tau apa tujuan sang ibu datang, lalu memperkenalkan gadis yang dia bawa. Dia hanya bisa menunggu ibunya mengatakan tujuannya datang ke rumah mereka."Kalau begitu aku ucapkan terima kasih. Semoga kau akan tetap berbuat baik pada ibu dan juga adikku, sepertinya ibu sangat menyukaimu."Wisnu tersenyum namun matanya menatap sang istri. Seolah senyum itu hanya untuk Alea, membuat ibunya mendengus kesal begitu juga dengan gadis bernama Dena itu."Dena memang baik, Nu. Karena itu ibu sangat ingin di
Maaf, Aku Pantang Cerai!(59)Alea terdiam menatap Wisnu yang tertidur lelap. Tadi dia sempat takut melihat suaminya terkulai lemas di sofa, untunglah tak lama suaminya terlihat tenang dan memintanya membawa ke kamar."Mas."Alea merasa iba saat melihat wajah Wisnu. Perlahan dia mengusap airmata yang jatuh mengalir di wajah suaminya, dia tak tau lagi harus bagaimana menghadapi ibu dan adik suaminya."Maaf, aku tak tau harus berbuat apa lagi. Ibu terlalu keras untuk di sadarkan begitu juga dengan Citra."Alea meraih tangan Wisnu dia ingin memberi pria itu kekuatan untuk terus bersabar. Setelah kejadian pernikahan yang gagal itu, ujian hidup Wisnu semakin berat, kini penyakit dalam tubuhnya juga membuatnya tersiksa."Hai ...jangan menangis lagi, Al. Aku baik-baik saja, kemarilah berbaring di sampingku."Alea segera naik ke tempat tidur dan memeluk perut suaminya. Mencoba menghirup aroma tubuh Wisnu yang terasa menenangkan, Wisnu membelai bahu sang istri yang mulai terguncang ada rasa taku
Maaf, Aku Pantang Cerai! (60)"Apa yang terjadi, Lang? Tadi waktu aku tinggal dia baik-baik saja."Alea menghampiri Erlangga yang berdiri di depan pintu IGD. Dia hanya pergi sebentar ke rumah pak RT untuk membayar iuran keamanan, tapi begitu pulang dia terkejut karena Erlangga sudah membawa Wisnu ke rumah sakit. Pria itu terlalu panik sehingga tak menunggu Alea pulang, untung ada warga yang membantunya mengabari Alea."Tenang dulu Al, duduklah di sini kita tunggu Dokter keluar."Dengan gemetar Alea menuruti Erlangga dan duduk dengan resah di kursi depan IGD. Berkali-kali dia berharap agar pintu di depannya segera terbuka, jantungnya berdebar kencang karena menunggu."Lang?"Alea menatap Erlangga dia penasaran apa sebenarnya yang terjadi. Kenapa tiba-tiba Wisnu kembali masuk ICU, dia benar-benar tak habis pikir karena setahunya sang suami sudah membaik keadaannya."Tenangkan dirimu, Al. Kita tunggu Dokter keluar, aku juga tak bisa bicara apa-apa. Tiba-tiba saja Wisnu tak sadarkan diri."
Maaf, Aku Pantang Cerai! (61)"Mas, ayo bangun. Aku takut kalau kau terus tidur begini, lihat anak kita terus berputar di perutku. Sepertinya dia tak sabar untuk mengajakmu bermain."Alea meraih tangan Wisnu dan mengarahkan ke perutnya. Dia terisak karena tangan itu diam dan tak bergerak, perlahan dia meletakkan kembali tangan Wisnu agar tak menyakiti suaminya, karena tangan itu yang di tusuk jarum infus."Apakah ini sudah saatnya, Mas?" Lirih Alea di telinga sang suami. "Al."Lirih Wisnu menyebut nama sang istri, tapi cukup membuat Alea tersentak kaget. Wanita itu menangis memeluk suaminya, ada rasa lega karena Wisnu berhasil bangun."Mas, tunggu sebentar aku panggil Dokter."Alea bersiap untuk pergi tapi Wisnu mengengam tangannya dengan erat. seolah tak ingin dia pergi meski untuk memanggil Dokter agar memeriksanya."Tolong panggilkan Erlangga."Alea terdiam dia seolah memilki perasaan yang tak enak. Entah kenapa suaminya ingin bertemu dengan Erlangga, meski berat dia tetap menurut
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,