Klik tanda vote ya kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku (Tamat.)
Maaf, Aku Pantang Cerai(40)"Wisnu buka pintu, ibu mau ngomong!"Mendengar teriakan ibu mertuanya, membuat alea mendesah lalu memberi tanda pada pak Jaja untuk membuka pintu pagar. Wisnu segera berdiri di samping sang istri dan mengengam erat tangannya.Alea hanya tersenyum karena dia tau saat ini Wisnu sedang dilema. Menghadapi sang ibu secara langsung membuatnya tak enak hati."Dasar anak kurangajar."Plak ....Alea terkejut dengan tindakan ibu mertuanya. Dia tak menyangka wanita itu langsung menampar anak lelakinya."Apa yang ibu lakukan?!"Alea berteriak sembari membelai pipi Wisnu yang terlihat berwarna merah. Ibu mertuanya benar-benar sekuat tenaga menampar anaknya."Tutup mulutmu Alea, berani sekali kau menguasai harta anakku. Seumur hidup aku tak ikhlas, jangan kau kira aku tak tau kalau rumah dan mobil Wisnu sekarang menjadi milikmu. Anak kurangajar ini bahkan melupakan ibunya dengan memberikan semua hartanya padamu."Alea tertawa mendengar ucapan mertuanya, dia menatap iba pa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (41)Prak ...prang ....Semua barang berserakan di lantai. Rumah sudah dalam keadaan kacau, begitu mendengar Wisnu dan Alea kembali ke rumah lama mereka Citra mengamuk. Apalagi saat sang ibu bilang kalau mereka tak bisa ikut bersama Wisnu."Bodoh, ibu memang bodoh. Bagaimana bisa ibu kalah dari Alea, seharusnya kita yang tinggal bersama mas Wisnu bukan perempuan itu."Bu Wastika terdiam dia tak bisa berkata Apa-apa lagi. Wisnu sudah tidak bisa dia kuasai lagi, sejak terpuruk dia memang tak bersikap baik pada anak laki-lakinya. Sekarang anak itu membalasnya."Tidak bisa begini Bu, kita yang berhak tinggal bersama mas Wisnu bukan Alea. Kita bersiap tinggal bersama di rumah besar itu, kalau Alea menolak kita permalukan saja dia."Citra dengan percaya diri masuk ke kamar hendak bersiap. Namun di depan pintu dia terkejut saat melihat siapa yang datang."Bagus kalian berdua datang. Aku dan ibu akan ikut tinggal di rumah itu, kalau ada yang tak suka silakan pergi."De
Maaf, Aku Pantang Cerai(42)Seminggu sudah Alea dan Wisnu menempati rumah lama mereka. Selama itu juga mereka tak terganggu oleh perbuatan ibu dan adik Wisnu, namun masalahnya justru datang pada Wisnu, pria itu terlihat dingin saat bersama Alea. Membuat wanita itu sedikit curiga dan mulai waspada."Apa kau mulai menyesali keputusan yang kita buat Mas? Jika iya, mari kita selesaikan sekarang juga. Aku tak mau membangun mahligai di atas bara api."Dengan perasaan perih Alea duduk di hadapan sang suami. Namun pria itu tak mengangkat kepalanya sama sekali, hanya tangan yang terus mengaduk nasi di dalam piringnya. Seolah dia tak mendengar apa yang Alea katakan barusan."Tidak usah di makan kalau memang tak mau Mas."Alea menarik piring berisi nasi goreng di hadapan Wisnu, membuat pria itu terkejut dan langsung membanting sendok hingga terpental ke lantai. Alea segera bergegas pergi tanpa bersuara, dia tak mau berteriak pada wisnu yang mulai berubah lagi."Mau kemana Al? Mau ngadu pada Erlan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (43)"Apa kau mau menikah dengan Alea, Lang?"Wisnu bertanya di saat tak tepat, hasilnya harus membuatnya menyesal karena telah bertanya hal sensitif itu pada Erlangga."Ada apa dengan wajahmu, Mas?"Alea bertanya sembari meneguk jus jeruk di hadapannya. Dia bertanya tapi terlihat hanya basa-basi saja di hadapan suaminya, rasa marah dan kesal masih terlihat di wajahnya.Setelah menghilang sejak pagi, akhirnya Alea menghubungi Erlangga yang terus menghubunginya sejak dia pergi tadi. Rasanya tak enak membuat pria itu cemas, walau akhirnya dia datang bersama Wisnu yang sudah babak belur."Aku tak mengadu pada siapapun Mas, ternyata kau juga yang menghubungi Erlangga."Erlangga dan Wisnu heran melihat cara Alea makan. Di mejanya hampir penuh berisi makanan yang dia pesan."Jangan hanya dilihat, makan cepat dan habiskan. Aku sengaja memesan untuk kalian agar kita bisa segera pulang, karena aku capek seharian bermain." Erlangga dan Wisnu segera duduk di depan Alea.
Maaf, Aku Pantang Cerai!(44)"Perhiasan yang kau gunakan untuk mahar ya?"Alea tersenyum sinis pada Wanda dan juga pada ibu mertuanya. Merasa di tatap setajam itu oleh Alea membuat Bu Wastikah dan Wanda merasa sedikit serba-salah."Kau sudah mendapatkan semua harta Wisnu, tapi kau tak bisa menguasai perhiasan yang jadi mahar pernikahan Wisnu dan Wanda, karena perhiasan itu milik Wanda."Alea tertawa membuat semua orang menatapnya heran termasuk Wisnu. Dia tak tau apa yang membuat istrinya tertawa."Sayangnya ibu lupa, perhiasan itu di beli mengunakan uang suamiku. Jelas tertera pada mutasi rekening milik mas Wisnu, jadi tak ada yang berhak meminta benda itu lagi, bukan begitu mas Wisnu yang cakep?"Alea tertawa sembari melemparkan resit pembayaran perhiasan, yang di belikan mertuanya untuk Wanda mengunakan uang Wisnu. Mereka semua terkejut karena tak menyangka Alea mengetahui semuanya."Kalian salah kalau mengira aku bodoh. Selama ini aku memang diam, tapi bukan berarti tak berbuat apa
Maaf, Aku Pantang Cerai!(45)"Gila, dukun kali si Alea. Bisa meramal begitu tepat, kasihan Dewi kena tulah."Terdengar bisik para wanita itu semakin gencar, apalagi ketika melihat Dewi melintas dengan mata bengkak. Wanita itu pasti menangis sejak semalam, sejak suaminya pulang mengambil baju-bajunya."Dewi! Gak mau mampir? Mungkin ada kabar baru yang mau kau bagikan?"Tawa mereka begitu kencang membuat Dewi malu sekaligus marah. Dia menuju ke rumah Alea, dia yakin wanita itu penyebab semua kemalangannya kali ini."Mau apa kau kemari? Jangan mencoba memfitnah atau menuduhku yang tidak-tidak. Kalau kau tak punya buktinya, ingat ada hukum untuk perbuatan tak menyenangkan itu."Alea melipat tangan di dada. Dia sudah tau apa yang terjadi semalam, jadi dia sudah tau akan ada kejadian seperti ini. Dia sudah bersiap untuk segala kemungkinan yang akan menimpanya."Kenapa kau begitu kejam padaku, Al. Aku hanya menasehati mu agar tidak membuat Wisnu menjadi anak durhaka, tapi kau membalas sedemik
Maaf, Aku Pantang Cerai!(46)"Jadi benar kau selingkuh dengan pria ini, Alea?"Sebuah suara yang cukup membuat Alea dan Erlangga terkejut. Namun tidak dengan Dewi, wanita itu tampak tersenyum dengan sinis.Sayangnya senyum itu terlihat oleh Erlangga. Membuat pria itu geram luar biasa, dia tau wanita yang baru saja memohon bantuan Alea tadi, ternyata tak menyesal telah melakukan kesalahan pada Alea dan padanya."Aku kira kau sudah menyadari kesalahan, hingga aku tak berniat menjebloskan kau ke penjara. Sayang kau tak berubah sama sekali, tunggu sebentar lagi polisi akan datang untuk menangkap mu."Seperti kata Erlangga, tak butuh waktu lama. Sebuah mobil polisi telah datang dan berhenti di depan rumah Alea, Dewi histeris sembari memohon ampun, tapi Erlangga dan Alea tak ada yang berniat menolong sama sekali. Begitu juga dengan ibu mertua Alea yang baru saja datang."Saya akan segera ke kantor untuk membuat laporan secara resmi. Tentu dengan membawa bukti perbuatan tak menyenangkan wanit
Maaf, Aku Pantang Cerai! (47)Satu Minggu Wisnu menjadi seperti orang gila. Dia mencari kesemua tempat yang dia kira adalah tempat Alea bersembunyi, sayangnya dia tak tau kalau saat itu istrinya sedang berada dalam perlindungan Erlangga.Erlangga juga hancur melihat betapa rapuhnya Alea saat itu. Wanita yang dia cintai hanya diam, sembari merenung di balkon apartemen miliknya. Sudah berkali dia bertanya tapi Alea tak juga mau bicara."Wisnu sudah seperti orang gila, Al. Apa kau memang tak ingin kembali untuk melihat keadaannya? Aku rasa ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah kalian berdua. Jika tak bisa lagi di perbaiki maka putuskan untuk berpisah saja, daripada kalian terus menerus saling menyakiti."Alea tak bersuara dia masih ingat saat terakhir melihat suaminya. Saat itu seorang wanita mengengam erat tangan Wisnu, bukannya menolak pria itu terlihat menundukkan kepala, seolah menikmati gengaman tangan itu."Apa aku salah ingin mempertahankan pernikahan, Lang? Apa pria meng
Maaf, Aku Pantang Cerai! (156)"Mama pasti tidak lupa di mana tempat itu? Lihat kain yang di kenakan Aino. Mama tidak lupa kan dengan hadiah istimewa itu?"Erlangga tertawa puas hingga menangis. Alea semakin mengeratkan pegangan tangannya, dia tau Erlangga tengah kembali ke masa paling menyedihkan dalam hidupnya."Siapa jalang yang sebenarnya, Ma. Aku kasihan melihatmu tapi kau sendiri yang menginginkannya, gadis yang kau puja setinggi langit justru wanita mainan suamimu. Dia di puaskan sebelum memuaskan dirimu, mereka bahkan bercinta di tempat tidur yang kau persiapkan untuk acara ulang tahun mu, bahkan mengunakan baju yang sama seperti milikmu. Saat kau mengerang di atas tubuh pria ini, dia tengah membayangkan bercinta dengan Aino buka dengan wanita tua sepertimu."Erlangga menuding jarinya pada sang mama. Terlihat kurang ajar jadi Alea menarik tangan itu dan mengecupnya, membuat Erlangga segera mengusap wajahnya dengan kasar."Rekaman ini yang suamimu minta sebelum mengirim ku ke pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (155)"Apa yang kau lakukan perempuan sialan? Kau menghancurkan perusahaan papaku!"Jennie berteriak seperti orang gila. Dia berusaha menyerang Alea, namun di saat yang tepat seseorang mendekap erat Alea."Jangan berani menyentuh istriku. Kalau tidak kau akan bernasib sama seperti perusahaan papamu, coba saja jika kau ingin membuktikannya."Jennie terkejut mendengar suara dingin di depannya. Dia tak menyangka Erlangga akan datang tepat waktu, dia sudah merencanakan penyerangan pada Alea, tapi tetap saja ketahuan."Dia hanya seorang janda beranak satu, Angga. Kenapa kau begitu mencintainya bahkan mengabaikan aku dan Aino."Jennie benar-benar tak habis pikir pada otak Erlangga. Dia sudah begitu lama berada di sisi Aino, tapi tak membuatnya ingat pada dirinya yang selalu ada ketika Erlangga bertemu Aino."Kau pasti tak bisa melihatnya karena matamu sudah buta. Wanita itu tak hanya cantik wajahnya tapi juga hatinya, sesuatu yang tak kau miliki begitu juga dengan Ai
Maaf, Aku Pantang Cerai! (154)"Selamat siang Bu Alea, bisakah kita bicara sebentar. Saya ada hal penting untuk dibicarakan dengan Bu Alea."Alea menatap wanita yang ada di depannya. Wanita yang baru-baru ini membuatnya pusing, sekarang dengan berani dia mengajak bicara. Apakah pelakor memang tak takut lagi dengan kuasa istri sah."Apa yang ingin anda katakan? Silakan saya akan mendengarkan."Alea memberi kesempatan pada Jennie untuk bicara. Dia ingin tau apa yang wanita ini inginkan, dia juga ingin tau sampai mana kebohongan Erlangga."Sebelumnya saya minta maaf, karena telah membuat Bu Alea dan pak Erlangga menjadi salah paham. Sebenarnya saya memang tak mengenal pak Erlangga sebelum saya pergi ke kantornya, kebetulan saat itu kami bertemu dan satu lift."Alea tersenyum tak menyela penjelasan Jennie. Jari tangannya mengetuk pelan meja, membuat Jennie sedikit gelisah. Ketukan jari Alea berhenti saat pelayan kafe datang membawa pesanan mereka."Silakan nikmati dulu minuman yang anda pe
Maaf, Aku Pantang Cerai! (153)Erlangga mendesah kesal, sembari menatap ruangan sang istri yang terlihat kosong. Wanita itu benar-benar marah hingga tak mau bicara dengannya, bahkan dia rela pindah ke kantor agar ayah dan ibunya tak curiga. Kalau anak dan menantunya sedang ribut, tapi begitu di kantor dia menutup ruangannya dan menghabiskan waktu dengan kedua anaknya. Pintu semua terkunci, jadilah Erlangga tak bisa masuk. Kalau Erlangga tidur di kamarnya, Alea dan kedua anaknya tidur di ruangan Alea, mengunakan tilam lantai."Bos, makan siang sudah siap."Dani berkata pelan sembari menatap kaca pembatas ruangan yang sudah tertutup gorden. Kemudian dia berbalik dan menatap si Bos yang terlihat kacau, jangankan makan, minum saja si bos tak mau."Dan, aku tunggu di ruanganku. Tetap di tempatmu." Melihat Alea muncul di pintu ruang istirahat. Erlangga hendak menemuinya, tapi Alea segera memberinya peringatan untuk tidak bergerak.Dani hanya bisa menggaruk kepalanya. Setelah melihat pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (152)"Selamat siang Bu Alea, saya perwakilan dari perusahaan Samudra Jaya. Saya ada janji dengan pak Erlangga, tapi di arahkan untuk bicara dulu dengan anda."Alea menjabat tangan wanita yang baru saja menemuinya. Sepertinya wanita ini belum tau prosedur di perusahaan Erlangga."Iya silakan duduk, mohon maaf kalau boleh tau nama anda ....?"Alea bertanya karena sejak tadi wanita ini belum memperkenalkan dirinya. Dia melihat wanita ini sering melirik ke arah ruangan Erlangga, walau suaminya tak bereaksi tapi dia sedikit tak menyukainya."Di perusahaan ini memang seperti prosedurnya. Tamu pria bertemu dengan pak Erlangga sedangkan tamu wanita bertemu istrinya. Pria di sana itu suami saya jadi jangan tergoda dengannya."Alea tertawa seolah ucapan hanya bercanda. Wanita di depannya juga tertawa walau terdengar garing. Alea heran karena sampai sekarang wanita ini belum menyebut namanya sama sekali."Maaf sekali lagi saya harus memanggil nyonya atau nona?" tanya Ale
Maaf, Aku Pantang Cerai! (151)"Assalamualaikum Bu," ucap Alea."Mau apa kau kemari? Mau menertawai kemalanganku ini," tanya Bu Wastika."Bu, sekali saja jangan berpikir buruk padaku. Sejak awal menikah dengan mas Wisnu ibu tau pasti, kalau aku berusaha keras berbakti padamu, karena saat itu aku tak tau masih memiliki orang tua. Jadi aku menganggap ibu sebagai orang tuaku sendiri, apa yang tak ku lakukan untuk kalian semua. Jadi pembantu gratisan aku juga rela, tapi apa pernah kalian menganggap ku? Tidak sama sekali.Ibu terus membenci dan memfitnahku, di depan tetangga bahkan di depan suamiku sendiri. Seolah senang aku diam ibu terus berulah, hingga akhirnya menikahkan suamiku dengan wanita lain. Jika wanita itu baik mungkin aku bisa terima bermadu, tapi wanita itu seorang pelacur yang hamil bukan anak mas Wisnu. Katakan Bu, tidakkah ibu yang telah begitu kejam padaku dan mas Wisnu?"Alea menyeka airmatanya dia sudah tak tahan lagi. Semua yang dia pendam selama ini akhirnya keluar dar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (150)"Ada apa? Aku lihat melamun aja daritadi."Erlangga merentangkan tangannya agar sang istri tidur beralas lengannya. Sejak kembali dari beli makanan bersama ibunya, Alea terus diam seolah memikirkan sesuatu."Ini soal ibunya mas Wisnu. Tadi tak sengaja aku melihatnya sedang memulung, apa begitu parah nasibnya, Yank. Apa kau tak ada cara untuk membantunya tanpa berurusan soal uang?"Erlangga menarik napas setelah mendengar ucapan istrinya. Dia memang sudah tau tentang ibunya Wisnu tapi dia belum tau cara untuk membantunya."Kalau kita beri uang pasti nanti dia akan terus meminta. Satu-satunya cara kita memang harus tega padanya, tapi hati ini juga tak kuat melihatnya seperti itu."Kembali Erlangga menarik napas panjang. Masalah Bu Wastika memang susah di selesaikan, karena wanita ini keras kepala dan juga serakah."Hentikan Lang, geli ih."Tiba-tiba Erlangga mengecup leher Alea karena melihat wanita itu mulai melamun lagi. Dia memang tak bisa membuat sang i
Maaf, Aku Pantang Cerai! (149)"Ini benar-benar luar biasa. Aku akan punya cicit lagi," ucap tuan Dirga."Iya Kek, kemungkinan anak kami ini perempuan. Doakan saja agar kelak ada lagi perempuan terlahir dari rahim Alea, jadi keturunan anak perempuan bisa lebih banyak," ujar Erlangga.Plak ...."Ini saja belum lahir tapi kau sudah bermimpi punya anak lagi."Alea memukul pelan tangan sang suami. Dia tak habis pikir dengan apa yang Erlangga inginkan."Kita harus punya rencana, Yank. Bunda anak perempuan satu-satunya, kau juga begitu jadi kita harus berjuang untuk punya anak perempuan lebih banyak."Lang, kau mau aku mutilasi gak itu mu. Enak aja kalau ngomong, lahir kan dulu anak ini baru kita pikirkan yang lainnya," ucap Alea lagi."Yakin mau dimutilasi? Ingat kalau itu tak ada kau tak punya pegangan kalau tidur."Erlangga tertawa saat melihat wajah sang istri yang memerah. Untung mereka bicara berbisik kalau tidak bisa makin malu Alea."Kalau boleh kakek minta. Bisakah acara tujuh bulan
Maaf, Aku Pantang Cerai! (148)"Yank, syukurlah aku sudah bangun. Tolong jangan membuatku takut."Alea terpaku melihat Erlangga memeluknya sembari menangis. Dia masih tak mengerti apa yang terjadi, hanya saja tadi dia bermimpi tentang Wisnu. Membuatnya percaya kalau dia adalah pendosa yang sebenarnya."Tolong pergilah, Yank. Aku minta maaf kalau selama ini bersalah padamu, katakan pada Jenie aku juga minta maaf. Sekarang kembalilah padanya aku akan mengurus perceraian kita."Alea sudah menguatkan hatinya untuk berpisah dengan Erlangga. Dia sudah tau apa yang terjadi memang salahnya, jadi dia rela kehilangan pria sebaik Erlangga."Apa kau dengar sayangku Jennie. Cepatlah datang papi dan mami menunggumu."Alea tersentak mendengar ucapan Erlangga di depan perutnya. Dia masih tak mengerti tapi Erlangga tak mau menjelaskannya, dengan kesal dia menarik rambut sang suami membuatnya mengangkat kepalanya."Apa maksudmu memanggil nama Jennie di depan perutku. Memangnya perempuan itu ada di sana,