Hari ke-3 Honeymoon...
Hujan terus saja mengguyur sejak tadi pagi..
Raline termangu menatap televisi yang sedang menyala,ia merasakan kebosanan karena harus duduk seharian di dalam kamar hotel. Sedangkan,Tristan sedang mandi.
Derrrt...derrrt..derttt..
Suara getaran Ponsel Raline terdengar. ia segera beranjak dari sofa depan televisi,kemudian mengambil ponsel nya yang terletak diatas kasur.
"Ya,Nit" Jawab Raline.
Nita baru saja menghubunginya memberitahu semua dokumen sudah ia kirim melalui surel.
"Oke,Baiklah.Bagaimana dengan TC Corpooration?" Tanya Raline kepada sekretarisnya itu.
"Semua jadwal di Reschedule bu" Jawab Anita.
"Baiklah,dua hari lagi saya pulang. jadi pertemuannya bisa diadakan setelah kepulangan saya"Ucap Raline sebelum memutuskan panggilan telpon ini.
Ia kembali duduk di sofa depan televisi,di utak atiknya Remote untuk mencari Program acara yang menarik untuk ia tonton.
"Kenapa Drama itu ti
Raline tampak masih tertegun..dipandangi tekuk lehernya yang sudah penuh oleh tanda merah dari suaminya itu.Dirabahnya beberapa Tanda merah di permukaan kulitnya yang halus ini."kalau seperti ini,terpaksa harus ditutupi sampai leher" Gerutunya sebelum mengambil pakaian di lemari.Tristan yang sedang menunggu Raline, tengah sibuk dengan gadgetnya. ia harus menyelesaikan beberapa dokumen mengenai project yang harus ia periksa sebelum ditandatangani oleh direktur utama yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Dengan teliti Tristan memeriksa Beberapa isi dokumen di tablet nya.Tidak lama kemudian Raline menemui Tristan yang sedang berada di ruang kerja."Kamu sudah siap?' Tanya Tristan yang masih melhat layar Tabletnya.Tristan kemudian menutup Layar Tabletnya dan melihat Raline yang sudah berada di depan meja kerja." Kenapa memakai pakaian ini?" tanya Tristan sembari beranjak.Raline mengenakan baju dengan turtlen
Wanita ini dengan santai nya duduk disebelah Tristan. Tristan pun tidak melarang atau menolaknya.Seperti Ada api terbakar di relung hati Raline,sekali lagi ingin ia jadikan sate wanita yang bernama Jessica ini."Hai,aku belum berkenalan secara resmi denganmu" Ucap Jessica sembari menyodorkan Tangan kanannya untuk bersalaman dengan Raline yang duduk di depannya."Jessica wailey" Jawabnya dengan logat agak kebule-bule an.Raline mendengar cara berbicara wanita ini tersenyum sinis. Selama 4 tahun dia tinggal di Amerika,ia tidak pernah bertemu dengan bule dengan gaya kebule-bulean seperti ini.Raline membalas dengan senyum kecut,sembari terus mengutak atik ponselnya untuk mengalihkan pandangannya.Tristan tampak memperhatikan gerak gerik Raline yang terlihat tidak nyaman. ia sudahi aksi bisunya,kemudian ia beranjak untuk duduk disebelah istrinya itu. Jessica melihat pergerakan Tristan yang berubah Haluan duduk didepannya nya sekarang. Seperti a
Lala tampak sudah menunggu di depan Villa mewah nya yang berada tidak jauh dari hotel dan resort milik keluarga nya.Ia menunggu dengan cemas, setelah setengah jam lalu Raline menghubungi nya dengan terisak-isak.Dilihatnya Jam yang ada di pergelangan tangannya, Jam merk mewah itu sudah menunjukkan pukul 6 sore.Mobil sport mewah, memasuki halaman luas Villa dua lantai ini.Villa yang tepat berada diatas Bukit yang ada lautan di bawahnya ini terlihat sangat asri dengan berbagai tanaman yang tumbuh disekelilingnya. Orang tua Lala adalah pemilik Villa bergaya Khas Bali ini. Raline yang sudah beberapa kali ke Bali sering menginap di Villa yang baru saja di renovasi satu tahun lalu ini.Mobil sport merah ini berhenti tepat di depan pintu masuk Villa,dimana Lala sudah menunggu.Roy turun lalu membukakan pintu untuk Raline."Line" Lala langsung memeluk sahabatnya ini."Roy , Thank u" Ucap Lala yang masih memeluk Raline.
Matahari mulai menyingsing..Wajah pulas wanita ini terganggu oleh suara deringan ponselnya yang sedaritadi terus saja berbunyi.Tangan Raline meraba diatas Nakas samping tempat tidurnya. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya di pagi buta ini. Raline menjawab dengan suara enggan."Halo..." Ia sembari memejamkan matanya karena masih sangat mengantuk."Selamat pagi sayang?" Ucap suara lembut lelaki di telinga Raline.Ia mengenali suara ini,bahkan nafas lelaki ini saja ia hafal.Tubuhnya beranjak dan muali duduk di ranjang ukuran besar ini.Ditatapnya Layar ponsel "MY ENEMY?" Gumam Raline sedikit menyesal.Suara lembut yang menyapa paginya berasal dari suaminya.Raline ingin menutup panggilan ini,tetapi hati kecilnya tidak mengizinkan untuk memencet tombol merah dilayar ponsel ini. alasan satu-satunya hanyalah ia merasakan ada yang aneh saat didapati ranjang yang ia tiduri tidak terdapat tubuh atletis suaminya.
"Tristan!" Celetuk Raline kemudian beranjak dari kursi penumpang yang baru saja akan ia duduki."Kenapa kamu disini?" Ucap Raline dengan sinis.Tristan menarik Tangan Raline, untuk kembali duduk di sampingnya."Sebentar lagi akan lepas landas" Ucap Tristan sembari memasangkan sabuk pengaman di tubuh Raline. Setelah itu ia memasang sabuk pengaman untuk dirinya sendiri."KENAPA KA-MU DISINI?!" Tanya Raline seraya menekan suaranya."Kan mau pulang ke jakarta" Jawab Tristan dengan santai."Ya,kenapa bisa waktu dan penerbangan kita sama,duduk bersebelahan lagi?" tanya Raline terlihat curiga."Mungkin memang kita sudah ditakdirkan bersama,alias jodoh" Jawab Tristan dengan bercanda. kemudian ia tersenyum simpul,sembari memberikan selimut di tubuh bagian bawah istrinya ini.Raline merasa curiga ,ia tidak percaya ini suatu kebetulan. ingin di aktifkannya ponselnya untuk menghubungi Lala ,tetapi karena dalam mode pesawat ia terpaksa mena
KRING.....Suara Alarm berbunyi..Raline sengaja menyetel Alarm agar ia bisa bangun lebih cepat.Mata Raline terbuka..Pandangan sayup-sayup nya menatap langit-langit kamar ini. Masih terasa enggan ia beranjak dari kasur empuknya ini.Tatapannya beralih ke lelaki sebelahnya, ditatapnya Tristan masih tertidur pulas bak bayi yang masih polos. Wajar saja ini masih pukul 05.30 pagi. Terlalu Pagi bagi Tristan untuk bangun, apalagi semalam dia baru kembali dari Bali.Raline menghela nafas perlahan,ia menyiapkan ancang-ancang untuk segera beranjak dan bersiap.Baginya yang penggila kerja,libur hampir seminggu merupakan masalah besar. Ditambah beberapa dokumen Belum sempat ia tandatangani dan periksa, karena urusan pribadinya yang banyak menyita tenaga,waktu,dan juga pikirannya.Kakinya melangkah menuju ke kamar mandi..CEKREKKKK.Suara pintu terbuka..Raline menutup kembali pintu kamar mandi ini,takut kalau suamin
"Tentu saja Bapak Tristan, saya juga banyak mendengar tentang ketampanan anda. Dan saya rasa tidak ada pasangan yang lebih sempurna daripada kalian berdua" Puji Lelaki ini.Tristan merespon ucapan lelaki ini dengan senyuman simpulnya.Walaupun sekarang ia sedang sibuk menahan tangan Istrinya ini yang terus saja menggeliat ingin segera dilepaskan.Rapat berlangsung...Suasana ruang Rapat menjadi lebih dingin. Tidak seperti penyambutan tadi, dimana sekarang Pimpinan perusahaan DM Coorporation dan TC Coorporation sedang membahas perjanjian akuisisi antar kedua perusahaan.Waktu sudah berjalan satu jam lebih..Kesepakatan Akuisisi akhirnya selesai. Raline dengan senyum Ramahnya menyalami satu persatu direksi di ruangan Rapat ini. Perusahaan ini sekarang sudah menjadi bagian dari DM Coorporation.Setelah Rapat, Raline mengambil ponsel yang ada di dalam Tas mewah nya ini. Dicarinya Kontak atas nama Anita, sekretaris nya.Ia mem
Tristan masih memeluk Raline dengan erat. ia tampak bahagia mendengar bahwa istrinya ini tidak akan marah lagi."Tristan lepaskan" Ucap Raline lembut.Mata nya beradu pandang dengan suaminya ini. dipandanginya wajah cerah suaminya yang tadi masih terlihat nanar.Tangan Tristan masih melingkar erat di pinggang ramping Raline.Wajahnya semakin mendekat..Hidung mancung kedua pasangan suami istri ini beradu..Tristan memperhatikan setiap lekuk bibir lembut Raline,ingin Rasanya ia cumbui sekarang.Perasaanya tidak tertahankan,ia sekarang ingin mencumbui istrinya sekarang.Tiba..tiba..Jari telunjuk Raline menyentuh Bibir Suaminya ini."Aku memaafkan mu,tetapi belum tentu aku menerimamu" Gumam Raline yang terlihat salah tingkah.Tangan Raline melepaskan rengkuhan Tristan,ia mengambil kembali bunga yang belum selesai ia rangkai. kemudian satu persatu ia masukan ke dalam vas bunga yang tinggi ini.Ral