Di kedai bakso
Leo cemberut, hingga bibir nya maju beberapa senti seraya bertopang dagu. Alexa sesekali memperhatikan raut muka tidak enak yang Leo tunjukkan.
"Kenapa sih kak? di tekuk mulu tuh muka. Udah jelek, makin jelek tau." Ujar Alexa seraya memasukkan bakso kedalam mulut nya. Mengunyah nya dengan memejamkan mata menikmati.
"Wah, bakso paling enak ya disini. Surga nya bakso." Ujar nya tersenyum menang, bibirnya selalu menyunggingkan senyum bahagia.
"Apaan? kakak tuh barusan bakar lemak, eh kamu malah ngajak kakak nimbun lemak lagi." Gerutu Leo tak suka. Karena sebenarnya ia ingin diet, agar menjaga tubuh nya tetap ideal. Tapi Alexa malah memaksa nya mampir ke kedai bakso.
Bukan ia tak suka bakso, malah ia sangat menyukai bakso. Sama seperti Alexa, tapi gegara ini Leo gagal diet. Karena ia tidak sanggup menahan dari godaan bakso yang tersaji di hadapannya. Ada bakso tumpeng, bakso kuburan mantan dan bakso jumbo lain nya. Alexa sengaja mem
Setelah dari kedai bakso, Alexa mengajak Leo untuk pergi ke mall terbesar yang ada di kota itu. Tak lupa pula Jin yang ikut serta dengan mereka. Alexa menyusuri mall bersama Leo dan Jin. Sebenarnya ia sangat tidak suka karena Jin ikut bersama mereka, tapi karena Leo yang mengajak Jin untuk ikut maka Alexa tak bisa menolak. "Kak, Alexa mau beli es krim ya." Ujar Alexa seraya menunjuk stand es krim yang berada tak jauh dari mereka. "Iya, kamu beli sendiri ya. Kakak tunggu disana." Leo menunjuk sebuah kursi yang ada beberapa meter di depan mereka. "Aku temenin." Jin menawarkan diri dengan senyum yanh tak surut sedari tadi. "Hah..eh nggak usah repot-repot. Aku bisa sendiri." Tolak Alexa dengan halus. "Nggak repot kok. Lagian kasian kamu sendirian." Leo mengedip kan matanya pada Alexa, mengisyaratkan untuk menerima tawaran Jin. Alexa memutar bola matanya jengah, tapi ia tak bisa membantah juga. "Ya
Hasil kesepakatan bersama, kami semua memutuskan untuk nonton film di bioskop. Sebenarnya aku sangat malas dan ingin segera pulang, tapi karena pemaksaan dari mereka semua membuat aku mau tidak mau menyetujui ide mereka dan ikut bersama mereka.Dan disinilah aku sekarang, duduk di kursi paling ujung bersama Jin. Aku yakin,ini semua hasil rekayasa para sahabat koplak ku itu. Mengatur segala cara agar aku bisa dekat dengan jin. Dan entah mengapa di saat aku bersama Jin, aku selalu merindukan Mr ice. Aku pun tak fokus melihat film yang kami tonton. Yang ada di kepalaku hanya Mr. Ice yang bermuka datar tanpa ekspresi.Meski Jin selalu memberikan perhatian lebih padaku, hatiku tetap tak bisa menerima nya. Ah entahlah, Mr ice sudah terlanjur masuk jauh ke dalam hati ku. Hingga menghapus nya bagai menyakiti aku terlalu dalam. Mengapa cinta bisa sebodoh ini? Hati terus berharap meski otak menyuruh berhenti. Hati terus mencintai meski logika menyuruh ku mundur.
Aku mencintaimu. Aku tidak bisa jauh darimu, ku mohon. Menikahlah dengan ku Alexa." Mr. Ice berlutut di hadapan ku dengan wajah tampan nya dan penuh harap. Tangan nya memegang sebuah kotak beludru berwarna merah yang terdapat cincin bertahta berlian yang sangat indah. Hatiku menghangat, senyum kebahagiaan tak pernah surut dari wajahku. Aku mengangguk dengan pasti. Mana mungkin aku menolak lamaran pria yang selama bertahun-tahun aku cintai. Inilah waktu yang ku tunggu-tunggu sepanjang hidupku.Aku mengangguk cepat,tanpa ragu "Ya, aku mau. Aku mau banget." Jawabku bahagia. Ingin rasanya aku meloncat dari tempatku saat ini."Benarkah?" Wajah Mr. Ice berbinar bahagia atas jawaban yang aku berikan. Aku hanya mengangguk, sebutir bulir bening tak kuasa turun dari telaga mata ku yang berharga. Aku menitikkan air mata kebahagiaan. Ya.. Aku bahagia. Sangat.Mr. Ice menggenggam jemari ku. Meremas nya sedikit dengan penuh rasa cinta. Kemudian ia menyematkan cinc
Aku duduk di kantin persis di belakang Bintang dan wanita yang sedang bersama nya. Aku tak mengenal nya, mungkin dia satu jurusan dengan Bintang. Aku menyiapkan telinga ku, siap menerima apa yang akan mereka sampai kan.Eh bukan mereka sampaikan, tapi mereka bicarakan dan aku mencuri dengar. Hihihi..."Di dekat kecamatan Duren sawit Jakarta timur biasanya ada. Aku sering kesana untuk mencari buku." Ujar Bintang, membuat ku semakin mempertajam pendengaran. "Iya, aku akan kesana nanti malam. Kamu juga pergi kan?" Terlihat wanita itu sangat antusias. "Tentu saja." Bintang mengangguk pasti. Kulihat ia tersenyum tipis. Aahh senyum itu manis sekali. Jantung ku seakan berhenti menatap senyum yang seakan menjadi candu bagiku. "Baiklah, sampai bertemu nanti malam." Wanita itu berdiri mulai beranjak meninggalkan Bintang. Bintang hanya mengangguk kecil. "Mereka janjian bertemu nanti malam? Aku harus datang. Harus."
Aku masih menyusuri jalan setapak yang di penuhi oleh kios-kios buku. Masih melihat-lihat dan membaca nya sedikit-sedikit. Beralih dari satu stand ke stand yang lain untuk menemukan buku yang akan ku beli. Tiba-tiba aku melihat pandangan yang paling indah dalam hidupku. Aku terpaku beberapa saat.Diantara lalu lalang orang orang yang berjalan, ku lihat sosok yang paling aku kenal berdiri dengan kepala yang melihat ke atas langit. Dia Mr. Ice, mata ku tak mungkin salah mengenalinya. Ku lihat wajahnya tersenyum. Indah sekali. Rambutnya yang lurus jatuh di wajahnya dan membuat nya terlihat amat sangat keren. Aku tersenyum, melihat ciptaan Tuhan yang paling indah di hadapan ku. Aku merekam momen indah itu dalam otak dan tak akan ada yang bisa menghapus nya ataupun melupakan nya. Aku bersyukur bisa melihat momen terindah ini. Aku melihat ke atas langit yang kelam. Penasaran dengan apa yang dilihat Mr. Ice hingga ia tersenyum dengan sangat indah?
Aku duduk di bangku taman kampus di bawah pohon Trengguli yang sedang berbunga. Bunga nya berwarna kuning cerah, cantik sekali. Kepalaku sedikit pusing dan terasa agak berat, aku menyandarkan punggung ku. Memejamkan mata seraya menikmati semilir angin yang berhembus lembut. Menerbang kan beberapa daun yang kering berguguran di bawah pohon.Tubuhku memang disini, tapi tidak dengan pikiran ku.Pikiran ku sedang berperang dengan segala praduga, pertanyaan dan asumsi. Ahh aku bingung.Kata-katanya yang semalam itu..Apa berarti kami sudah pacaran ya? Tapi dia tak mengucapkan apa-apa. Hanya mengajakku menikmati hujan.Huhhh... Bagaimana sebenarnya ini? Nanti ketika bertemu dengannya lagi, apa yang harus aku katakan? Mengapa sekarang aku jadi merasa sungkan sekali padanya? Sepertinya lebih baik ketika Bintang bersikap dingin padaku seperti dulu.Ah tidak!Ini adalah langkah terbesar dalam hubungan kami. Ini adalah kemajuan yang luar biasa !
Mataku terbuka. Aku melihat sekeliling, dimana aku? Mengapa tempat ini terasa asing bagiku.Aku merasakan sesuatu yang dingin di kepalaku,basah. Ya sebuah handuk basah.Sepertinya seseorang telah mengompres ku.Pintu terbuka, ku lihat Bintang berjalan menghampiri ku bersama dengan seorang laki-laki yang memakai kemeja kotak-kotak, berkumis tipis dengan tubuh proporsional. Usianya sekitar tiga puluh tahunan."Alexa, are you okay?" Tanya Bintang lembut seraya menyentuh kening ku.Aku tersenyum."Ya, aku rasa begitu." Jawab ku pelan."Yakin?" Tanya Bintang memastikan.Aku mengangguk meyakinkan Bintang. Terlihat kekhawatiran di wajah nya, seketika hatiku menghangat. Diam-diam aku mengulum senyum atas perhatian nya padaku. Eh, apa ini bisa di katakan perhatian? Ah entahlah, yang pasti aku bahagia."Dokter, tolong periksa Alexa kembali!" Ucap Bintang pada lelaki yang berdiri di sebelahnya, yang ternyata adalah seorang dokt
Saat ini, aku sedang berada dalam satu mobil yang sama dengan Bintang. Ya, dia memutuskan untuk mengantarkan ku pulang. Dan ku rasa ini merupakan suatu kemajuan yang sangat luar biasa dalam hubungan kami.Kami saling diam tanpa ada yang mengeluarkan suara. Bintang terlihat fokus menyetir, sedangkan aku sibuk menenangkan jantung ku yang bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya. Terkadang aku mencuri pandang pada pria yang duduk di balik kemudi bersebelahan dengan ku. Pria yang ku intai bertahun-tahun lalu, kini duduk bersebelahan dengan ku. Aku merasa ini semua mimpi, ku cubit pipi ku untuk menyadarkan ku."Aduuhh.." Ternyata sakit. Ini bukan mimpi."Konyol." Bintang menggeleng kan kepala, ternyata diam-diam ia melihat tingkah konyol ku barusan.Aku hanya nyengir kuda, lalu memalingkan wajahku dan melihat keluar jendela. Aku yakin, pasti saat ini pipi ku sudah memerah.Aku menyembunyikan nya, pura-pura sibuk dengan jalanan yang kita lalu