Nayla hanya diam. Ia seperti sedang berpikir. Perkataan Bundanya barusan sangat benar.
"Tapi Bunda bingung, kenapa sintren itu mengejar kamu?"
Nayla sedikit tersentak. Tak mungkin ia mengatakan sejujurnya pada Bu Ningrum kalau sintren itu menginginkan raga Nayla untuk wadah (tempat) yang baru. Nayla tak ingin membuat sang Bunda kepikiran dan khawatir.
"M-mungkin karna Nayla yang menemukan tusuk konde itu, Bun."
Dari kejauhan terlihat mobil berwarna biru melaju ke arah mereka. Sepertinya angkot yang ditunggu Nayla dan Angel sudah tiba. Nayla dan Angel pun berpamitan pada Bu Ningrum dan mencium tangannya.
Dari kejauhan Bu Ningrum sudah melambaikan tangannya agar angkot itu berhenti.
Setelah berhenti tepat di depan mereka. Nayla dan Angel langsung naik ke angkot.
Terlihat angkot itu masih belum ada penumpang lain selain Nayla dan Angel.
"Hati-hati ya, Nak! Kabarin Bunda terus," pesan Bu Ningrum.
"Iya, Bun. Pasti
Tiga detik Ibu itu terdiam dengan mata terpejam dan mulut yang komat-kamit.Lalu melemparkan garam tepat di sebelah Nayla.Seketika terdengar suara percikan api seperti sedang membakar sesuatu.Seiring dengan aroma yang sangat busuk menysuk hidung.Sopir angkot yang duduk di depan pun sampai bisa mencium arima busuk itu.'Buang angin enggak sopan banget. Baunya kayak tempat sampah gini!' omel sopir dalam hati. Sambil matanya melirik ke belakang.Bau busuk itu Nayla juga bisa menciumnya. Nayla memencet hidungnya sendiri karena bau busuk yang sangat."Dia sudah pergi. Tapi dia masih tetap mengikuti kamu. Memangnya kamu habis dari mana?" tanya Ibu itu."Kami enggak habis dari mana-mana, Bu.""Lalu kenapa kamu selalu diikuti sama sosok perempuan berkebaya merah? Dia berbahaya. Auranya sangat hitam. Dia enggak segan-segan untuk mencari korban untuk tumbal.""Iya, saya tahu itu, Bu.""Saya merasak
Nayla merogoh saku celananya untuk membayar ongkos angkot. Selesai membayar, Nayla berjalan untuk mencari angkot yang menuju ke stasiun. Dengan wajah masam, Angel masih mengikuti Nayla dari belakang.Namun, Nayla terkejut ketika sopir angkot kembali memanggilnya. Sontak Nayla dan Angel menoleh ke belakang.Mobil angkot berjalan mendekati mereka berdua."Kenapa, Pak?" tanya Nayla."Mbak ini uangnya kurang.""Kurang?" ulang Nayla mengerutkan kedua alisnya."Iya, ini cuma untuk berdua. 'Kan kalian bertiga.""Tiga?! Kami berdua, Pak! Jangan macam-macam ya!" sentak Angel nampak emosi pada sopir angkot."Berdua apanya? Kalian itu bertiga, satu lagi perempuan pakai kebaya merah. Duduk di samping Mbak ini dari tadi," ujar sang sopir sambil menunjuk pada Nayla.Sontak Angel dan Nayla saling menoleh dan berpandangan. Suara klakson kendaraan yang lain membuat Nayla dan Angel terkejut.Tak sadar mereka
'Siapa sebenarnya yang dimaksud anak kecil itu ya?' tanya dalam benak Nayla.Akhirnya, Nayla memberanikan diri untuk melihat ke arah kaca angkot yang mengarah padanya.Perlahan manik matanya melihat ke kaca. Seketika Nayla menjerit. Kedua tangan menutupi wajah. Tubuhnya bergetar ketakutan. Membuat Angel kaget dan panik."Nay, ada apa?""Di belakangku ... a-ada Ku-Ku-sumawardhani." Suara Nayla terbata.Angel beralih melihat ke belakang Nayla yang tak ada siapa pun.Ketika itu manik mata Angel bertatapan dengan manik mata anak kecil yang ketakutan. Anak kecil mengintip dari lengan Ibunya."Enggak ada apa-apa kok, Nay."Sopir angkot yang mendengar Nayla teriak sampai ikut menoleh. Sambil melihat ke jalanan yang mulai ramai."Kenapa Mbak?""Enggak kok, Pak," sahut Angel.Nayla masih ketakutan. Tangannya tak mau lepas dari wajah."Nay, ada dia di belakangku. Aku masih bisa lihat kebayany
"Oke. Sekali lagi maaf ya.""Iya."Nayla menyeret Angel yang masih tak berkedip melihat petugas kereta tadi."Woi, kedip mata!!" celetuk Nayla."Ihh ... ganteng banget. Dia sering WA aku tuh gara-gara kamu.""Semua kamu bilang ganteng, Aldo, Dano. Sebenarnya kamu suka yang mana?""Suka semua! Hahahaha." Angel tertawa sambil memilih snack untuk mereka di kereta.Sementara Angel sedang sibuk memilih snack, Nayla sibuk mencari sesuatu di tasnya.Raut wajahnya berubah membuat Angel bertanya."Kenapa? Kok mukanya tegang gitu?"Nayla tak menggubris pertanyaan temannya itu. Matanya masih fokus melihat ke dalam tas. Sambil kedua tangannya sibuk merogoh tas kecil berwarna hitam."Tusuk kondenya di mana, Ngel?" Suara Nayla mulai panik.Dahi Angel mengernyit. "Tusuk kondenya enggak ada, Nay?""Enggak tau. Tapi di dalam tas enggak ada.""Ketinggalan mungkin. Coba kamu telepon Bunda kamu
Sontak petugas kereta langsung menghubungi polisi dan ambulance. Serta sekitar tempat kejadian langsung di amankan.Kepala Nayla menggeleng perlahan. Dengan pandangannya yang tak lepas dari tubuh laki-laki yang berada di bawah kereta api.Tiba-tiba Nayla terkejut ketika sebuah tepukan mendarat di bahunya. Gadis itu langsung menoleh, yang ternyata adalah Angel yang sudah membuatnya terkejut."Nay, tusuk konde itu ada di saku belakang celanamu.""Apa?" Tangan Nayla langsung mengarah ke belakang. Dan ia kaget menemukan tusuk konde itu di saku celananya.Namun ada yang membuat Nayla dan Angel semakin terbelalak. Batu di tusuk konde itu berubah warna."Jangan-jangan----" Mereka berdua tak melanjutkan ucapannya. Hanya saling menatap seolah apa yang dipikirkan Nayla sama dengan hal yang dipikirkan Angel.Saat Nayla mengalihkan pandangannya pada tubuh lelaki yang terbagi dua itu, matanya membulat lebat.Nayla melihat sosok sintre
Tak lama, seorang lelaki dan perempuan petugas kereta berjalan ke arah gerbong Nayla dan Angel. Sambil membawa beberapa pop mie dan minuman."Mau pop mie?" tawar Angel."Ya deh. Sama minum sekalian."Setelah membayar. Mereka berdua langsung menyantap makanan itu dengan sangat lahap.Hingga laju kereta yang semula kencang, mulai agak melambat. Nayla sangat menikmati kuah pop mie yang masih hangat."Enaak banget ... kenyang aku.""Eehhh ... kok keretanya kayak mau berhenti?""Mungkin berhenti sebentar, ada kereta lain yang lewat juga kali, Ngel."Angel hanya membulatkan bibirnya membentuk huruf O.Beberapa menit berlalu. Nayla dan Angel sudah selesai makan. Mereka berdua bersandar di kursi kereta karena kekenyangan.Pandangan mata Nayla sesekali melihat ke arah jendela. Suasana saat itu sudah sangat gelap. Tak ada lampu penerangan apa pun apalagi rumah-rumah penduduk."Kita ini berhenti di mana si
Angel menoleh ke sebelah. Kembali Angel menelan savalinya."Kamu melihatnya sejak tadi?"Remaja perempuan mengangguk."Sosok makhluk gaib yang memiliki aura berwarna hitam kemerahan, berarti makhluk itu sangat berbahaya dan jahat. Sebab dia sangat membutuhkan tumbal manusia. Selain itu, kekuatan mereka juga sangat susah dikalahkan. Terlebih jika memiliki dendam."Perkataan remaja itu sukses membuat nyali Nayla dan Angel menciut."A-apa kamu tau tentang kejadian di stasiun tadi?"Gadis itu terdiam beberapa detik. Dengan tatapan mata yang tertuju pada Nayla dan Angel bergantian.Kemudian, kepalanya mulai manggut-manggut."Laki-laki yang meninggal di stasiun tadi ...."Remaja itu menoleh ke kaca yg gelap. Jari telunjuknya menunjuk ke arah luar jendela."Disebabkan oleh dia!"Nayla dan Angel melihat arah telunjuk gadis remaja. Di mata mereka berdua, mereka tak melihat apa pun kecuali suasana di luar y
"Kenapa kamu gitu?" Kali ini Angel memberanikan diri untuk bertanya.Sang gadis remaja berambut sebahu itu tak langsung menjawab. Ia berdehem sejenak lalu kembali meneguk botol air."Sejauh ini tusuk konde ini sudah membunuh tiga perempuan dan dua laki-laki. Laki-laki yang Mbak katakan. Dan sekarang tusuk konde ini mengincar nyawa seorang perempuan."Nayla dan Angel melotot dan terkejut dengan apa yang dikatakan Dina tersebut. Mereka tidak percaya dengan yang dikatakan Dina."Enggak mungkin sebanyak itu! Tusuk konde ini membunuh pemilik dari tusuk konde itu sendiri dan dia seorang perempuan!" tegas Nayla."Iya! Kamu pasti ngawur!" seru Angel juga tak percaya."Memang yang aku lihat seperti itu, Mbak. Dan tusuk konde ini tidak bisa dibuang atau dibakar saja. Harus dibuang ke laut agar tidak mencari korban.""Dibuang ke laut?" ujar Nayla dan Angel bersamaan dengan pandangan mata tak lepas dari Dina."Iya, Mbak! Meskip