Part 3Pukul tujuh malam akhirnya kedua orang tua Ning tiba juga di rumah. Perjalanan jauh ditambah suasana hati yang tidak baik-baik saja membuat penampilan kedua orangtua Ning terlihat begitu lusuh dan memprihatinkan.Keduanya tampak begitu terpukul dan sedih. Sorot mata hampa jelas terlihat di kedua bola mata ibu dan bapak Ning.Ya, selama ini Ning adalah harapan besar sepasang suami istri itu. Sebagai anak tertua, Ning adalah tulang punggung keluarga. Sejak bapaknya terkena hernia dan tak bisa kerja berat lagi, praktis Ning-lah yang mengambil alih peran sebagai kepala di keluarga itu.Sayang, untuk ke depannya, tentu tak bisa lagi. Ning sudah meninggal dunia dan tak mungkin bisa membantu kedua orang tuanya lagi.Entah bagaimana suami istri itu harus memenuhi kebutuhan hidup mereka kelak. Pasti kesulitan, sementara aku juga tak mungkin bisa membantu kecuali ada yang bersedia menggantikan Ning, karena bagaimanapun aku butuh asisten rumah tangga pengganti Ning.Begitu ibu dan bapak
Part 4Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku, Mas Reno mengernyitkan dahinya."Maksud Mama?" tanyanya bingung."Jangan pura-pura, Pa. Di rumah ini cuma ada Papa dan Andre. Sementara kita sama-sama tahu, Ning nggak pernah keluar rumah kecuali ke supermarket atau ke mall, itu pun nggak lama. Ning juga nggak pernah menunjukkan gelagat atau pernah bercerita kalau dia memiliki kekasih. Lalu siapa yang punya kesempatan untuk berhubungan sama dia kalau bukan Papa atau ... Andre! Tapi aku nggak percaya kalau anak kita akan berani melakukan hal itu pada Ning. Jadi kesimpulan mama ... kesimpulan mama ... Papa pasti ada hubungannya dengan kehamilan Ning. Iya 'kan? Ngaku aja, Pa. Biar Papa nggak dihantui arwah Ning lagi seperti subuh tadi. Kalau Papa nggak punya hubungan apa-apa sama Ning, kenapa dari sebanyak ini orang, cuma Papa yang didatangi?" tanyaku seru.Saking sudah dikuasai oleh rasa curiga, aku sampai tak bisa lagi menahan diri hingga mengucapkan begitu saja apa yang terlintas d
Part 5"Iya sih. Tapi tumben ya, sudah lama teman-teman Andre nggak pada main ke sini? Biasanya kan ngumpul terus di sini. Apalagi kita sedang ada musibah begini, harusnya mereka empati. Bukan Andre yang ke sana cari teman buat nenangin diri, tapi mereka yang ke sini untuk menghibur Andre, karena bagaimana mereka pasti tahu, bagi kita Ning bukan lagi orang lain.""Iya, Ma. Tapi Papa curiga, jangan-jangan ... .""Jangan-jangan apa, Pa?" Aku menatap Mas Reno dengan kening berkerut. Menunggu kelanjutan ucapan suamiku itu.Melihatku menatapnya tajam, Mas Reno terlihat kikuk. "Ehm, bukan maksud Papa suudzon, tapi ... bisa saja kan di antara teman-teman Andre itu ada yang ... memiliki perasaan spesial pada Ning dan melakukan perbuatan terkutuk itu ...?"Gludak! Prang!Belum selesai Mas Reno berucap, tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh dari atas lemari tepat di depan kami.Entah tersebab apa, lampu cas yang kuletakkan di atas lemari kamar tiba-tiba jatuh menimpa lantai dengan sendirinya h
Part 6"Mbak Ning, Ma ... Mbak Ning marah dan melotot di situ. Aku takut ... takut, Ma ... ." ucap Andre dengan suara tersendat-sendat.Dengan tubuh yang masih basah, putraku itu menghambur ke dalam pelukanku dan menenggelamkan kepalanya di dadaku, meminta perlindungan.Sementara, mendengar penuturannya itu aku hanya bisa beristighfar dalam hati dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang telah terjadi hingga Ning harus menghantui seisi rumah ini?Usai menemaninya mandi dan berpakaian, aku langsung membawa Andre keluar kamar dan berkumpul bersama Mas Reno di ruang tengah sementara Bapak dan Ibu Ning kami minta istirahat dulu di kamarnya karena kami hendak bicara bertiga saja. Dan tampak nya mereka pun memaklumi.Sepeninggal suami istri itu, aku langsung mengemukakan hal yang mengganjal pikiranku saat ini."Pa, apa sebenarnya yang sudah terjadi hingga ... arwah Ning mengganggu kita? Papa dan juga Andre khususnya?" tanyaku sembari menatap Mas Reno tajam.Mendengar pertanyaanku, Mas Reno bal
Part 7Aku sedang membersihkan teras setelah beberapa hari kehilangan mood untuk bersih-bersih saat dari luar pagar terdengar suara motor berhenti dan sosok yang telah cukup lama tidak kulihat, muncul di sana.Sosok Ferdy. Satu dari beberapa orang teman Andre yang dulu sering mampir ke rumah ini.Sayang, akhir-akhir ini kulihat hubungan pertemanannya dengan Andre tak lagi seakrab dulu. Entah apa sebabnya."Assalamualaikum, Tante. Andre-nya ada?" sapa Ferdy sambil menyunggingkan senyum, meskipun terkesan dipaksakan dan menganggukkan kepala."Oh, Andre. Ada. Ayo, silahkan masuk, Fer. Sudah lama ya kamu nggak ke sini, ke mana saja?" tanyaku mencoba beramah tamah pada teman putraku itu."Lagi sibuk kegiatan kampus aja sih, Tan. Andre juga sibuk persiapan ujian kemarin, jadi kita sepakat nggak kumpul-kumpul dulu, biar bisa lulus mata kuliah dengan baik dan nggak perlu perbaikan nilai lagi, Tan,' sahut Andre sambil kembali tersenyum tipis.Aku pun balas tersenyum, membuka pintu pagar lalu m
Part 8Tetapi lagi-lagi, Andre tidak mengindahkannya hingga akhirnya lelaki bersorban putih di depan kami itu membacakan ayat-ayat suci dan tubuh Andre akhirnya menegang serta dari mulutnya terdengar jerit kesakitan yang memilukan."Cepat katakan kamu siapa?" Ustadz Yusuf bertanya lebih tegas sembari mulut beliau tak putus-putusnya merapal doa dan berbarengan dengan itu, dari bibir Andre pun keluar jerit kesakitan yang tak henti-henti."Ampun ... ampun ...! Panas ...! Panas ...! Jangan teruskan lagi. Tolong ...," ratap Andre dengan suara mengiba."Kalau kamu mau saya berhenti menyakitimu, cepat katakan kamu siapa dan apa tujuanmu masuk ke tubuh cucuku ini? Jawab yang jujur?" Ustad Yusuf menghentikan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'annya dan memberikan kesempatan pada mahluk gaib di dalam tubuh Andre untuk bicara."Saya ... Ning. Saya sengaja masuk ke tubuh ini untuk balas dendam. Saya sudah disakiti, sudah dihina, dilecehkan dan direndahkan begitu saja! Dan saya tidak terima semua itu!
Part 9Ya, aku perhatikan akhir-akhir ini putraku itu memang suka sekali melamun sendirian. Entah apa yang dia pikirkan tapi setiap kali ditanya, ia hanya menggelengkan kepalanya dan menghindariku dengan berbagai macam cara."Andre, benar kata ustadz Yusuf, akhir-akhir ini kamu mama perhatikan memang suka melamun. Ada apa, Ndre? Ayo, cerita sama mama. Jangan ada yang disembunyikan dan ditutup-tutupi?" ujarku pada Andre yang duduk sembari sesekali menatap ujung kaki dengan ekspresi tak tenang seperti biasanya.Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan putraku itu hingga gelagatnya jadi mencurigakan seperti ini ya?"Nggak ada apa-apa, Ma. Andre cuma kepikiran ujian semester aja. Pengen semester ini lulus semua dengan baik biar nggak perlu perbaikan nilai lagi. Cuma mikirin itu aja kok, Ma," sahut Andre. Sama seperti biasanya tiap kali kutanya mengapa sikapnya tak lagi ceria seperti dulu.Tanpa menunggu reaksiku atas jawaban klise nya itu, anak lelakiku itu tiba-tiba bangkit bersamaan d
Part 10Pagi ini, setelah semalam ustad Yusuf mengatakan bahwa jin yang sengaja menyerupai sosok Ning, insyaallah tak akan datang lagi menganggu asalkan aku rajin menjaga amalan yang diperintahkan bagi seorang muslim untuk diamalkan sehari-hari.agar terhindar dari godaan jin dan syaitan, maka aku pun mulai memberanikan diri masuk ke dalam kamar Ning untuk bersih-bersih.Sudah hampir dua minggu memang kamar itu kubiarkan kotor begitu saja. Sebab jangankan masuk ke sana, bahkan berada di dalam rumah sendiri saja, perasaanku selalu dicekam ketakutan.Namun, sejak ustadz Yusuf datang dan membantu kami mengusir jin yang selama ini mengaku telah bersemayam di tubuh Ning, situasi di dalam rumah ini pun mulai berangsur-angsur pulih kembali hingga aku pun mulai merasa nyaman dan tenang serta berani beres-beres masuk ke dalam kamar-kamar yang selama dua minggu ini nyaris tak pernah aku bersihkan.Apalagi kamar Ning yang notabene menjadi tempat meninggalnya gadis itu kemarin. Suasana horor dan
Part 23Nungky menatap lelaki muda berwajah tampan yang barusan menjadi saksi sidang kasus pembunuhan Ning Adelia, kakak kembarnya dengan senyum terulas di bibirnya.Sejak sidang kasus itu mulai bergulir, Ferdy memang menjadi saksi utama kasus pembunuhan itu, selain Bram dan kedua orang tuanya yang juga ikut menjadi saksi yang memberatkan para terdakwa.Kesaksian Ferdy sendiri soal kedatangan Varo dan kawan-kawannya ke kediaman majikan kakaknya malam di mana Ning dinodai, memang menjadi bukti permulaan kejahatan Varo dan para pembantunya terkuak.Satu persatu tabir kejahatan itu akhirnya terbongkar juga, hingga terakhir adalah terungkapnya kejahatan dokter Herman, yang bukan saja telah sengaja menghilangkan nyawa Ning atas permintaan Varo tetapi juga kejahatannya selama ini telah membuka praktek aborsi ilegal yang dilarang oleh agama dan pemerintah.Oleh karena itu, selain dihukum atas kesalahannya yang telah sengaja melakukan upaya pembunuhan dan malpraktek terhadap Ning dengan membe
Part 22"Aku tak akan pernah mengakui hal yang tidak aku perbuat! Lagipula apa hak kalian memaksaku bicara? Andai pun benar aku yang menyuruh orang lain untuk menghilangkan nyawa perempuan itu, kalian mau apa? Ingat, orang tuaku orang terpandang dan berpengaruh di sini, kalau aku tidak pulang sampai besok pagi, bisa dipastikan polisi akan mengejar kalian ke manapun kalian pergi. Siap-siap saja kalian masuk penjara!" sahut Varo dengan bibir tersenyum sinis.Mendengar kalimat itu, Joe menggertakkan rahangnya."Oh ya? Coba kau lihat aku sekarang! Apa kelihatannya aku orang yang takut pada ancaman polisi? Kau salah, aku justru berteman baik pada mereka. Itu sebabnya hanya dengan sedikit bukti dan pengakuan saja darimu, kupastikan polisi justru akan membekukmu dan memasukkanmu dalam penjara! Kau tidak percaya? Perlu aku buktikan?" tanya Joe sembari menaikkan sedikit sudut bibirnya tak kalah sinis, membuat Alvaro mencibir mendengarnya."Terserah, apapun katamu, aku tak akan pernah mengakui
Part 21Perempuan muda bernama Lira itu membuka pintu mobil yang terparkir di depan tempat hiburan malam di mana mereka baru saja menghabiskan waktu bersama lalu membantu Alvaro yang tampak sempoyongan tidak berdaya dalam pelukannya untuk masuk dan duduk di bagian kursi penumpang.Laki-laki itu terlihat mabuk berat hingga tak memungkinkan baginya untuk mengemudikan kendaraan sendirian. Apalagi Lira memang bukan tak punya tujuan tertentu membawa Alvaro saat ini. Ada sebuah rencana yang sedang bermain di benak gadis itu saat ini, tentu saja atas perintah Joe, partner kerjanya.Usai membantu Alvaro duduk, Lira kemudian bergeser ke bagian sopir dan bersiap-siap pergi dari tempat itu.Tetapi sebelum pergi, ia mengambil ponsel miliknya lebih dulu dari dalam tas lalu menghubungi Joe yang saat itu juga sedang mengawasi dua teman Lira yang lain yang saat itu tengah menemani Dicky dan Bram, menghabiskan minumannya di bar.Berkali-kali Joe menggeleng-gelengkan kepalanya demi melihat keliaran Bra
Part 20 "Sekarang ceritakan padaku, bagaimana kronologi kematian Ning sebenarnya sepanjang yang kamu ketahui?" tanya Nungky sembari menatap Ferdy yang sedang memainkan pipet minumannya dengan gerakan tak tenang di depannya. Ada mendung bergayut di sepasang bola mata elang lelaki itu, membuat Nungky sadar jika lelaki di depannya itu memang benar-benar telah kehilangan seorang Ning. Sebelum menjawab, Ferdy menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. "Baiklah. Aku akan bicara jujur apa adanya tanpa ada satu hal pun yang akan aku tutup-tutupi. Silahkan berikan penilaian apa saja padaku setelah kau mendengar penjelasanku, tapi satu hal jangan pernah ragukan ketulusanku pada Ning karena aku berani bersumpah atas nama Tuhan, jika aku memang benar-benar ingin menolong saudarimu." Ferdy menghela nafas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Malam itu ... aku terpaksa mengantar Andre, anak majikan kakak kembarmu yang sedang mabuk, pulang ke rumahnya. Aku hampir saja pergi setelah itu ta
Part 19[Kamu siapa?] tanya Ferdy pada gadis pengirim inbox.[Aku Ning.] Jawab Nungky dengan harap-harap cemas menanti sebuah petunjuk dari laki-laki di seberang telepon yang akan mampu membongkar misteri kematian saudari kembarnya itu sesungguhnya.[Ning? Jangan bercanda! Dia sudah meninggal dunia!] sahut Ferdy dengan tegas. Ia memang tak sudi dipermainkan, apalagi oleh orang yang tidak ia kenal seperti gadis ini.Senyum simpul tampak terukir di bibir Nungky demi membaca balasan pesan darinya itu. Ia merasa pancingannya kena. Sejauh ini Ferdy menunjukkan sikap mengenal Ning dengan cukup baik. Itu membuatnya tinggal mengorek sejauh mana lelaki itu mengenal Ning.[Kamu yakin? Aku Ning. Dan aku masih hidup.] balas Nungky lagi. Keukeuh.[Jangan main-main! Aku tahu Ning sudah meninggal dunia, dan orang yang sudah meninggal dunia tak akan bisa hidup lagi dan kembali lagi ke dunia. Jadi berhentilah mempermainkanku karena aku nggak punya waktu untuk bercanda!] tegas Ferdy lagi.[Tapi aku ben
Part 18Nungky menatap pria di depannya yang tengah duduk dan terlihat tidak sabar menunggu instruksi darinya.Lelaki bertubuh gempal dengan tatto menghiasi hampir sekujur tubuhnya itu tampak menyeringai lebar sambil memandangi foto yang terlihat berserakan di hadapannya. Semuanya ada tujuh buah foto dengan orang yang berbeda-beda."Jadi, katakan apa tugasku?" tanya pria itu dengan suara parau sembari mengambil foto-foto itu dan mengamatinya satu persatu.Pada foto yang memperlihatkan gambar Alvaro, lelaki itu mengamatinya lebih lama dan tajam. Keningnya berkerut, mata memicing lalu detik berikutnya hembusan nafas keluar dari hidungnya. "Andai ada tugas lain yang lebih menyenangkan daripada harus berurusan dengan begundal-begundal ingusan ini. Mereka berbuat kejahatan bukan karena terpaksa tapi karena tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengisi hidup mereka yang kosong. Bocah butuh pengakuan! Butuh jati diri tapi orang tuanya tak peduli dan jadi bocah sampah! Hanya bisa berlindun
Part 17Mobil taksi online berwarna hitam pekat itu berhenti tepat di depan gapura pemakaman umum desa Giri Purna.Sesaat setelah berhenti, pintu bagian belakang pun terbuka dan sepasang kaki jenjang berbalut high heels berwarna maroon turun dengan langkah pelan dan tenang.Usai membayar taksi, perempuan itu melangkah memasuki pemakaman umum sementara pengemudi taksi segera meninggalkan area tersebut.Perempuan itu terus masuk. Matanya berusaha mencari-cari kuburan baru, tanda sang penghuni makam baru saja disemayamkan.Benar saja. Di sebuah sudut, akhirnya ia menemukan juga makam yang ia cari. Sebuah makam yang tampaknya baru saja dibuat. Tanahnya masih basah. Bunga setaman yang ditaburkan di atasnya juga belum mengering.Gadis itu berjongkok di depan makam, lalu sudut matanya mulai berkaca-kaca. Beberapa kalimat sapa ia lontarkan diselingi Isak yang berusaha ditahan dengan susah payah."Ning, aku minta maaf. Nggak bisa jaga kamu dengan baik hingga kamu harus meninggal dunia dengan c
Part 16Varo menatap sosok dua manusia yang baru saja keluar dari klinik. Bibirnya menyunggingkan seringai lebar. Tawa licik pun kemudian kemudian lolos dari mulutnya.Ia sudah memberikan imbalan yang tidak sedikit pada dokter Herman untuk memberikan obat-obatan yang dapat membahayakan bukan saja kandungan Ning semata tapi sekaligus juga nyawa gadis itu.Tekadnya sudah bulat, kalau ia tak bisa memiliki gadis itu maka Ferdy pun tak boleh.Varo sempat menguping pembicaraan saat Ferdy dan Ning sedang berada di ruang tunggu pasien. Sang teman berujar soal hari pernikahan keduanya yang tidak akan lama lagi karena sang papa telah memberikan persetujuan. Dan demi mendengar pembicaraan keduanya itu, jujur Varo merasa shock bukan main dan tentu saja tidak terima.Bagaimana pun ia tak rela Ning menikah dengan Varo, apalagi dalam keadaan sedang berbadan dua yang bisa saja itu merupakan benih dari dirinya.Varo merasa terhina. Sangat! Dan akhirnya bertekad untuk menggagalkan rencana keduanya den
Part 15"Maksud kamu? Demi pembantu kampungan itu kamu berani mengancamku dan rela mengambil resiko melawan kami seperti ini? Memangnya apa artinya gadis itu buat kamu?" hardik Varo dengan nada tidak percaya.Sungguh ia merasa heran sekaligus hatinya panas bukan main mendapati Ferdy mati-matian membela Ning, gadis yang pernah menolak cintanya habis-habisan hingga ia menyimpan bara dendam dan merencanakan perkosaan itu di saat kedua orang tua Andre, majikan gadis itu sedang berada di luar kota.Dan saat akhirnya kesempatan itu datang. Ia pun mengajak teman-temannya untuk sama-sama mengerjai Ning, kecuali Andre tentunya. Bram dan Dicky menyambut baik ajakannya ikut mengerjai Ning. Sayang, Ferdy menolak hingga akhirnya ia terpaksa mengancam agar Ferdy bersedia ikut melakukan hal itu dan akhirnya setelah diancam, temannya itu mau juga melakukannya meski terpaksa."Kamu nggak perlu tahu sedalam apa arti gadis itu buatku! Di mataku dia bukan gadis biasa, bukan seorang asisten rumah tangga