Share

Bab 5

Author: Aura_Aziiz16
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Part 5

 

"Iya sih. Tapi tumben ya, sudah lama teman-teman Andre nggak pada main ke sini? Biasanya kan ngumpul terus di sini. Apalagi kita sedang ada musibah begini, harusnya mereka empati. Bukan Andre yang ke sana cari teman buat nenangin diri, tapi mereka yang ke sini untuk menghibur Andre, karena bagaimana mereka pasti tahu, bagi kita Ning bukan lagi orang lain."

 

"Iya, Ma. Tapi Papa curiga, jangan-jangan ... ."

 

"Jangan-jangan apa, Pa?" Aku menatap Mas Reno dengan kening berkerut. Menunggu kelanjutan ucapan suamiku itu.

 

Melihatku menatapnya tajam, Mas Reno terlihat kikuk. 

 

"Ehm, bukan maksud Papa suudzon, tapi ... bisa saja kan di antara teman-teman Andre itu ada yang ... memiliki perasaan spesial pada Ning dan melakukan perbuatan terkutuk itu ...?"

 

Gludak! Prang!

 

Belum selesai Mas Reno berucap, tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh dari atas lemari tepat di depan kami.

 

Entah tersebab apa, lampu cas yang kuletakkan di atas lemari kamar tiba-tiba jatuh menimpa lantai dengan sendirinya hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

 

Sontak aku terkejut dan melompat ke arah Mas Reno yang terlihat juga sama terkejutnya mendengar suara benda jatuh itu.

 

Suamiku itu bahkan terlihat tegang dan berkali-kali mengucap istighfar.

 

Aku menyelundupkan kepala ke dalam pelukan Mas Reno. Rasanya saat ini aku benar-benar merasa takut. Takut jika arwah Ning benar-benar gentayangan dan tak mau pergi dari rumah ini. Aku bukan orang yang berani menghadapi gangguan makhluk dari alam berbeda soalnya.

 

"Tenang, Ma. Kita keluar saja yuk. Ajak Bapak dan Ibu Ning makan malam, setelah itu baru doa sama-sama supaya arwah Ning tenang di alam sana. Soal Andre, biar saja dulu. Ini kan belum terlalu malam. Mungkin dia masih nyaman di luar sama teman-temannya, maklum anak muda. Nanti kalau nggak pulang-pulang juga, baru kita telpon."

 

"Iya, Pa."

 

Aku menganggukkan kepala lalu dengan masih dikuasai rasa takut, beranjak mengikuti langkah Mas Reno duluan keluar dari kamar dengan perasaan tegang.

 

💌💌💌💌💌

 

"Bu, tadi suara apa ya? Kok kenceng sekali terdengar sampai ke kamar kami?" tanya Bapak Ning saat aku berdua Mas Reno mengajak sepasang suami istri itu makan malam bersama.

 

Mendengar pertanyaan itu, aku dan Mas Reno saling pandang.

 

Apa harus kukatakan bahwa lampu cas yang tergeletak di atas lemari jatuh dengan sendirinya saat kami sedang membicarakan Andre dan teman-temannya?

 

Ya, aku tak mau lagi bersikap suudzon dan curiga tak beralasan pada orang lain sebelum mendapatkan bukti yang jelas.

 

Aku sadar hal itu tidak ada gunanya. Seperti saat aku menuduh Mas Reno tadi. Untunglah suamiku itu bukan tipe laki-laki pemarah dan gampang terpancing emosi sehingga tuduhan dariku dapat ia patahkan dengan tenang karena kemungkinan besar ia memang tidak bersalah.

 

Tapi bagaimana jika aku melayangkan tuduhan itu begitu saja di hadapan Andre atau pun teman-temannya? Apakah mereka akan bisa terima dan membela diri dengan tenang atau sebaliknya akan bersikap emosional hingga melawanku dan aku tak berdaya karena terus terang tak punya bukti yang kuat? 

 

Ya, mulai sekarang sepertinya aku harus belajar menahan diri dan berusaha menguak semua tabir kematian Ning dengan lebih sabar dan hati-hati. Apalagi hasil penyelidikan polisi juga belum keluar, apakah Ning meninggal akibat rekayasa atau benar-benar murni bunuh diri?

 

"Bukan apa-apa, Pak. Ayo kita makan malam saja dulu, habis ini kita doa sama-sama," ujarku sembari menggandeng bahu ibu Ning yang terlihat masih tak tenang.

 

Wanita yang usianya tak beda jauh denganku itu tampak begitu sedih dan kalut. Kehilangan putri sulungnya itu pasti merupakan sebuah pukulan terberat bagi wanita itu.

 

Bapak Ning mengangguk. Kami berempat akhirnya makan malam bersama-sama dalam suasana hening dan tak enak.

 

Usai makan, kami pun melanjutkan rencana semula yakni doa sama-sama, membacakan ayat-ayat Al-Qur'an untuk ketenangan arwah Ning di alam kuburnya.

 

Hingga pukul sepuluh malam doa bersama yang kami lakukan baru selesai dan gelisah saat menyadari Andre belum juga pulang.

 

💌💌💌💌💌

 

"Andre, kamu dari mana saja? Kok jam segini baru pulang?" tanya Mas Reno saat Andre akhirnya pulang ke rumah.

 

Tampak wajah putraku itu begitu kacau. Entah gerangan apa yang membuatnya seperti itu.

 

Andre diam, tak menjawab. Langsung saja masuk ke dalam rumah tanpa bicara apa-apa.

 

"Ndre, kamu nggak sadar, kita baru saja kena musibah! Tapi kamu bukannya empati dan ikut mendoakan, malah keluyuran sampai malam begini. Maumu apa sebenarnya?" tanya Mas Reno tiba-tiba dengan nada suara meninggi hingga membuatku ikut terkejut mendengarnya.

 

Mendengar nada suara Mas Reno itu, aku langsung bertindak. Menyongsong tubuh putraku dan menuntunnya pelan-pelan ke kursi.

 

Aku tahu, sama sepertiku, Andre pasti juga merasa terpukul mendapati musibah ini dan melarikannya dengan melakukan hal-hal yang sekiranya bisa meringankan pikirannya, meski itu salah.

 

"Sabar, Mas. Andre baru pulang. Biarkan dia tenang dulu. Ndre, kamu mandi habis itu makan terus kita bicara ya. Mama dan Papa perlu tahu kamu habis dari mana, karena ada hal yang harus kamu ketahui sehubungan dengan kematian Ning. Tapi, nanti saja mama ceritakan. Sekarang kamu mandi dulu terus makan ya, baru kita bicara," ucapku menengahi suasana antara tegang antara Papa dan anak itu.

 

Mendengar ucapanku, Andre mengangguk kecil, lalu beranjak pelan menuju kamar dan menghilang di baliknya.

 

Beberapa saat kemudian kudengar suara Andre sedang membersihkan diri. Namun baru beberapa saat, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari mulut putraku itu yang sontak membuatku dan Mas Reno menghambur menuju kamar Andre dengan perasaan terkejut dan tak tenang.

 

💌💌💌💌💌

 

"Andre, kamu kenapa?" Kulihat tubuh Andre yang hanya mengenakan celana pendek dan masih berselimut busa sabun menunjuk ke sudut kamar mandi dengan ekspresi takut yang sangat.

 

Tampaknya ia belum selesai mandi tapi sudah diganggu oleh sesuatu yang tidak kasat mata, sama seperti saat kami di kamar tadi.

 

"Mbak Ning, Ma ... Mbak Ning marah dan melotot di situ. Aku takut ... takut, Ma ... ." ucap Andre dengan suara tersendat-sendat.

 

💌💌💌💌💌

 

Hai, tinggalkan komentar dan love-nya ya 😍

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Keizaurelia shafal
Asikk banget cerita aku suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 6

    Part 6"Mbak Ning, Ma ... Mbak Ning marah dan melotot di situ. Aku takut ... takut, Ma ... ." ucap Andre dengan suara tersendat-sendat.Dengan tubuh yang masih basah, putraku itu menghambur ke dalam pelukanku dan menenggelamkan kepalanya di dadaku, meminta perlindungan.Sementara, mendengar penuturannya itu aku hanya bisa beristighfar dalam hati dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang telah terjadi hingga Ning harus menghantui seisi rumah ini?Usai menemaninya mandi dan berpakaian, aku langsung membawa Andre keluar kamar dan berkumpul bersama Mas Reno di ruang tengah sementara Bapak dan Ibu Ning kami minta istirahat dulu di kamarnya karena kami hendak bicara bertiga saja. Dan tampak nya mereka pun memaklumi.Sepeninggal suami istri itu, aku langsung mengemukakan hal yang mengganjal pikiranku saat ini."Pa, apa sebenarnya yang sudah terjadi hingga ... arwah Ning mengganggu kita? Papa dan juga Andre khususnya?" tanyaku sembari menatap Mas Reno tajam.Mendengar pertanyaanku, Mas Reno bal

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 7

    Part 7Aku sedang membersihkan teras setelah beberapa hari kehilangan mood untuk bersih-bersih saat dari luar pagar terdengar suara motor berhenti dan sosok yang telah cukup lama tidak kulihat, muncul di sana.Sosok Ferdy. Satu dari beberapa orang teman Andre yang dulu sering mampir ke rumah ini.Sayang, akhir-akhir ini kulihat hubungan pertemanannya dengan Andre tak lagi seakrab dulu. Entah apa sebabnya."Assalamualaikum, Tante. Andre-nya ada?" sapa Ferdy sambil menyunggingkan senyum, meskipun terkesan dipaksakan dan menganggukkan kepala."Oh, Andre. Ada. Ayo, silahkan masuk, Fer. Sudah lama ya kamu nggak ke sini, ke mana saja?" tanyaku mencoba beramah tamah pada teman putraku itu."Lagi sibuk kegiatan kampus aja sih, Tan. Andre juga sibuk persiapan ujian kemarin, jadi kita sepakat nggak kumpul-kumpul dulu, biar bisa lulus mata kuliah dengan baik dan nggak perlu perbaikan nilai lagi, Tan,' sahut Andre sambil kembali tersenyum tipis.Aku pun balas tersenyum, membuka pintu pagar lalu m

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 8

    Part 8Tetapi lagi-lagi, Andre tidak mengindahkannya hingga akhirnya lelaki bersorban putih di depan kami itu membacakan ayat-ayat suci dan tubuh Andre akhirnya menegang serta dari mulutnya terdengar jerit kesakitan yang memilukan."Cepat katakan kamu siapa?" Ustadz Yusuf bertanya lebih tegas sembari mulut beliau tak putus-putusnya merapal doa dan berbarengan dengan itu, dari bibir Andre pun keluar jerit kesakitan yang tak henti-henti."Ampun ... ampun ...! Panas ...! Panas ...! Jangan teruskan lagi. Tolong ...," ratap Andre dengan suara mengiba."Kalau kamu mau saya berhenti menyakitimu, cepat katakan kamu siapa dan apa tujuanmu masuk ke tubuh cucuku ini? Jawab yang jujur?" Ustad Yusuf menghentikan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'annya dan memberikan kesempatan pada mahluk gaib di dalam tubuh Andre untuk bicara."Saya ... Ning. Saya sengaja masuk ke tubuh ini untuk balas dendam. Saya sudah disakiti, sudah dihina, dilecehkan dan direndahkan begitu saja! Dan saya tidak terima semua itu!

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 9

    Part 9Ya, aku perhatikan akhir-akhir ini putraku itu memang suka sekali melamun sendirian. Entah apa yang dia pikirkan tapi setiap kali ditanya, ia hanya menggelengkan kepalanya dan menghindariku dengan berbagai macam cara."Andre, benar kata ustadz Yusuf, akhir-akhir ini kamu mama perhatikan memang suka melamun. Ada apa, Ndre? Ayo, cerita sama mama. Jangan ada yang disembunyikan dan ditutup-tutupi?" ujarku pada Andre yang duduk sembari sesekali menatap ujung kaki dengan ekspresi tak tenang seperti biasanya.Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan putraku itu hingga gelagatnya jadi mencurigakan seperti ini ya?"Nggak ada apa-apa, Ma. Andre cuma kepikiran ujian semester aja. Pengen semester ini lulus semua dengan baik biar nggak perlu perbaikan nilai lagi. Cuma mikirin itu aja kok, Ma," sahut Andre. Sama seperti biasanya tiap kali kutanya mengapa sikapnya tak lagi ceria seperti dulu.Tanpa menunggu reaksiku atas jawaban klise nya itu, anak lelakiku itu tiba-tiba bangkit bersamaan d

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 10

    Part 10Pagi ini, setelah semalam ustad Yusuf mengatakan bahwa jin yang sengaja menyerupai sosok Ning, insyaallah tak akan datang lagi menganggu asalkan aku rajin menjaga amalan yang diperintahkan bagi seorang muslim untuk diamalkan sehari-hari.agar terhindar dari godaan jin dan syaitan, maka aku pun mulai memberanikan diri masuk ke dalam kamar Ning untuk bersih-bersih.Sudah hampir dua minggu memang kamar itu kubiarkan kotor begitu saja. Sebab jangankan masuk ke sana, bahkan berada di dalam rumah sendiri saja, perasaanku selalu dicekam ketakutan.Namun, sejak ustadz Yusuf datang dan membantu kami mengusir jin yang selama ini mengaku telah bersemayam di tubuh Ning, situasi di dalam rumah ini pun mulai berangsur-angsur pulih kembali hingga aku pun mulai merasa nyaman dan tenang serta berani beres-beres masuk ke dalam kamar-kamar yang selama dua minggu ini nyaris tak pernah aku bersihkan.Apalagi kamar Ning yang notabene menjadi tempat meninggalnya gadis itu kemarin. Suasana horor dan

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 11

    Part 11"Andre Herlambang Putra. Itu nama yang tertulis di sini, Bu," ucap petugas perempuan itu sambil berpaling menatapku.Degg!!!Mendengar nama itu, sontak aku memegangi dada yang tiba-tiba berdebar kencang. Tubuhku bergetar hebat dan nyaris limbung jika tidak buru-buru berpegangan pada tepi meja.Apa? Jadi putraku sendiri pelakunya? Lelaki yang sudah tega menghamili Ning dan membiarkannya sendirian menanggung beban itu hingga akhirnya gadis itu memutuskan bunuh diri?Itu juga sebabnya, Ning tak mau jujur berterus terang mengenai keadaannya yang sedang berbadan dua karena tentu saja ia takut padaku dan juga pada Mas Reno?Ya, Tuhan. Bagaimana bisa Andre berbohong dan mengatakan tidak tahu menahu soal Ning yang sedang berbadan juga jika sebenarnya dia lah yang sudah merenggut kehormatan Ning dan menanamkan benih di rahimnya? Benar. Bukti seprai yang robek di sana sini itu sudah lebih dari cukup untuk mengarahkan semua tuduhan itu pada putraku sendiri. Putra yang tega berbohong pad

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Part 12

    Part 12"Beberapa hari ini aku justru diancam oleh seseorang, Ma. Dia mengancam agar aku tak bicara lagi soal kematian Ning, atau ... .""Atau apa?" Kali ini Mas Reno yang buka mulut."Mereka akan menghabisi keluarga kita!" sahut Andre dengan nada suara nyaris putus asa dan membuatku kembali dilanda rasa terkejut dan shock untuk kesekian kalinya.======"Maksud kamu?" Aku memicingkan mata demi mendengar ucapan Andre yang begitu mengejutkan.Siapa yang hendak menghabisi kami hanya gara-gara membicarakan soal Ning yang bahkan sudah meninggal dunia?"Aku nggak tahu, Ma. Cuma setelah Ning meninggal, aku sempat nanya ke Ferdy, apa dia pernah gangguin Ning, soalnya malam itu dia yang ngantar aku pulang sementara aku nggak ingat sama sekali kalau sudah melakukan perbuatan buruk itu pada Ning," sahut Andre sembari menunduk.Mendengar jawaban Andre, aku menghembuskan nafas dengan perasaan gundah. Ah, kenapa semua jadi rumit begini?Kupikir awalnya sudah menemukan titik terang saat mendapati na

    Last Updated : 2024-10-29
  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Part 13

    Part 13Ning hanya mampu teriak tertahan karena lakban yang dibalut ke mulutnya membuatnya tak bisa teriak sekencang mungkin, agar para tetangga mendengar dan menolongnya.Sosok Alvaro yang sudah dikuasai nafsu setan membuatnya tidak berdaya. Berkali-kali gadis itu menerjang dan meronta tapi percuma.Ning hanya bisa menangis pasrah saat akhirnya kesuciannya direnggut paksa oleh laki-laki biadab itu.Laki-laki yang selalu memandanginya dengan sorot mata aneh saat datang menjemput Andre kuliah, atau main keluar. Namun, Ning tak pernah menyangka jika ternyata lelaki itu memendam keinginan untuk melakukan perbuatan biadab seperti ini dan melampiaskannya saat kedua majikannya sedang tidak ada di rumah dan Andre juga dalam keadaan tidak sadar karena mabuk berat.Lalu setelah itu bergantian Bram dan Dicky melampiaskan nafsu setan mereka. Membuat Ning makin hancur, bukan saja oleh sakit fisik tapi juga hati."Sekarang gantian kamu, Fer!" ucap Dicky, laki-laki yang terakhir merenggut kehormata

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 23 (Ekstra Part)

    Part 23Nungky menatap lelaki muda berwajah tampan yang barusan menjadi saksi sidang kasus pembunuhan Ning Adelia, kakak kembarnya dengan senyum terulas di bibirnya.Sejak sidang kasus itu mulai bergulir, Ferdy memang menjadi saksi utama kasus pembunuhan itu, selain Bram dan kedua orang tuanya yang juga ikut menjadi saksi yang memberatkan para terdakwa.Kesaksian Ferdy sendiri soal kedatangan Varo dan kawan-kawannya ke kediaman majikan kakaknya malam di mana Ning dinodai, memang menjadi bukti permulaan kejahatan Varo dan para pembantunya terkuak.Satu persatu tabir kejahatan itu akhirnya terbongkar juga, hingga terakhir adalah terungkapnya kejahatan dokter Herman, yang bukan saja telah sengaja menghilangkan nyawa Ning atas permintaan Varo tetapi juga kejahatannya selama ini telah membuka praktek aborsi ilegal yang dilarang oleh agama dan pemerintah.Oleh karena itu, selain dihukum atas kesalahannya yang telah sengaja melakukan upaya pembunuhan dan malpraktek terhadap Ning dengan membe

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 22 (Ending)

    Part 22"Aku tak akan pernah mengakui hal yang tidak aku perbuat! Lagipula apa hak kalian memaksaku bicara? Andai pun benar aku yang menyuruh orang lain untuk menghilangkan nyawa perempuan itu, kalian mau apa? Ingat, orang tuaku orang terpandang dan berpengaruh di sini, kalau aku tidak pulang sampai besok pagi, bisa dipastikan polisi akan mengejar kalian ke manapun kalian pergi. Siap-siap saja kalian masuk penjara!" sahut Varo dengan bibir tersenyum sinis.Mendengar kalimat itu, Joe menggertakkan rahangnya."Oh ya? Coba kau lihat aku sekarang! Apa kelihatannya aku orang yang takut pada ancaman polisi? Kau salah, aku justru berteman baik pada mereka. Itu sebabnya hanya dengan sedikit bukti dan pengakuan saja darimu, kupastikan polisi justru akan membekukmu dan memasukkanmu dalam penjara! Kau tidak percaya? Perlu aku buktikan?" tanya Joe sembari menaikkan sedikit sudut bibirnya tak kalah sinis, membuat Alvaro mencibir mendengarnya."Terserah, apapun katamu, aku tak akan pernah mengakui

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 21

    Part 21Perempuan muda bernama Lira itu membuka pintu mobil yang terparkir di depan tempat hiburan malam di mana mereka baru saja menghabiskan waktu bersama lalu membantu Alvaro yang tampak sempoyongan tidak berdaya dalam pelukannya untuk masuk dan duduk di bagian kursi penumpang.Laki-laki itu terlihat mabuk berat hingga tak memungkinkan baginya untuk mengemudikan kendaraan sendirian. Apalagi Lira memang bukan tak punya tujuan tertentu membawa Alvaro saat ini. Ada sebuah rencana yang sedang bermain di benak gadis itu saat ini, tentu saja atas perintah Joe, partner kerjanya.Usai membantu Alvaro duduk, Lira kemudian bergeser ke bagian sopir dan bersiap-siap pergi dari tempat itu.Tetapi sebelum pergi, ia mengambil ponsel miliknya lebih dulu dari dalam tas lalu menghubungi Joe yang saat itu juga sedang mengawasi dua teman Lira yang lain yang saat itu tengah menemani Dicky dan Bram, menghabiskan minumannya di bar.Berkali-kali Joe menggeleng-gelengkan kepalanya demi melihat keliaran Bra

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 20

    Part 20 "Sekarang ceritakan padaku, bagaimana kronologi kematian Ning sebenarnya sepanjang yang kamu ketahui?" tanya Nungky sembari menatap Ferdy yang sedang memainkan pipet minumannya dengan gerakan tak tenang di depannya. Ada mendung bergayut di sepasang bola mata elang lelaki itu, membuat Nungky sadar jika lelaki di depannya itu memang benar-benar telah kehilangan seorang Ning. Sebelum menjawab, Ferdy menghembuskan nafasnya terlebih dahulu. "Baiklah. Aku akan bicara jujur apa adanya tanpa ada satu hal pun yang akan aku tutup-tutupi. Silahkan berikan penilaian apa saja padaku setelah kau mendengar penjelasanku, tapi satu hal jangan pernah ragukan ketulusanku pada Ning karena aku berani bersumpah atas nama Tuhan, jika aku memang benar-benar ingin menolong saudarimu." Ferdy menghela nafas lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Malam itu ... aku terpaksa mengantar Andre, anak majikan kakak kembarmu yang sedang mabuk, pulang ke rumahnya. Aku hampir saja pergi setelah itu ta

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 19

    Part 19[Kamu siapa?] tanya Ferdy pada gadis pengirim inbox.[Aku Ning.] Jawab Nungky dengan harap-harap cemas menanti sebuah petunjuk dari laki-laki di seberang telepon yang akan mampu membongkar misteri kematian saudari kembarnya itu sesungguhnya.[Ning? Jangan bercanda! Dia sudah meninggal dunia!] sahut Ferdy dengan tegas. Ia memang tak sudi dipermainkan, apalagi oleh orang yang tidak ia kenal seperti gadis ini.Senyum simpul tampak terukir di bibir Nungky demi membaca balasan pesan darinya itu. Ia merasa pancingannya kena. Sejauh ini Ferdy menunjukkan sikap mengenal Ning dengan cukup baik. Itu membuatnya tinggal mengorek sejauh mana lelaki itu mengenal Ning.[Kamu yakin? Aku Ning. Dan aku masih hidup.] balas Nungky lagi. Keukeuh.[Jangan main-main! Aku tahu Ning sudah meninggal dunia, dan orang yang sudah meninggal dunia tak akan bisa hidup lagi dan kembali lagi ke dunia. Jadi berhentilah mempermainkanku karena aku nggak punya waktu untuk bercanda!] tegas Ferdy lagi.[Tapi aku ben

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 18

    Part 18Nungky menatap pria di depannya yang tengah duduk dan terlihat tidak sabar menunggu instruksi darinya.Lelaki bertubuh gempal dengan tatto menghiasi hampir sekujur tubuhnya itu tampak menyeringai lebar sambil memandangi foto yang terlihat berserakan di hadapannya. Semuanya ada tujuh buah foto dengan orang yang berbeda-beda."Jadi, katakan apa tugasku?" tanya pria itu dengan suara parau sembari mengambil foto-foto itu dan mengamatinya satu persatu.Pada foto yang memperlihatkan gambar Alvaro, lelaki itu mengamatinya lebih lama dan tajam. Keningnya berkerut, mata memicing lalu detik berikutnya hembusan nafas keluar dari hidungnya. "Andai ada tugas lain yang lebih menyenangkan daripada harus berurusan dengan begundal-begundal ingusan ini. Mereka berbuat kejahatan bukan karena terpaksa tapi karena tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengisi hidup mereka yang kosong. Bocah butuh pengakuan! Butuh jati diri tapi orang tuanya tak peduli dan jadi bocah sampah! Hanya bisa berlindun

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 17

    Part 17Mobil taksi online berwarna hitam pekat itu berhenti tepat di depan gapura pemakaman umum desa Giri Purna.Sesaat setelah berhenti, pintu bagian belakang pun terbuka dan sepasang kaki jenjang berbalut high heels berwarna maroon turun dengan langkah pelan dan tenang.Usai membayar taksi, perempuan itu melangkah memasuki pemakaman umum sementara pengemudi taksi segera meninggalkan area tersebut.Perempuan itu terus masuk. Matanya berusaha mencari-cari kuburan baru, tanda sang penghuni makam baru saja disemayamkan.Benar saja. Di sebuah sudut, akhirnya ia menemukan juga makam yang ia cari. Sebuah makam yang tampaknya baru saja dibuat. Tanahnya masih basah. Bunga setaman yang ditaburkan di atasnya juga belum mengering.Gadis itu berjongkok di depan makam, lalu sudut matanya mulai berkaca-kaca. Beberapa kalimat sapa ia lontarkan diselingi Isak yang berusaha ditahan dengan susah payah."Ning, aku minta maaf. Nggak bisa jaga kamu dengan baik hingga kamu harus meninggal dunia dengan c

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 16

    Part 16Varo menatap sosok dua manusia yang baru saja keluar dari klinik. Bibirnya menyunggingkan seringai lebar. Tawa licik pun kemudian kemudian lolos dari mulutnya.Ia sudah memberikan imbalan yang tidak sedikit pada dokter Herman untuk memberikan obat-obatan yang dapat membahayakan bukan saja kandungan Ning semata tapi sekaligus juga nyawa gadis itu.Tekadnya sudah bulat, kalau ia tak bisa memiliki gadis itu maka Ferdy pun tak boleh.Varo sempat menguping pembicaraan saat Ferdy dan Ning sedang berada di ruang tunggu pasien. Sang teman berujar soal hari pernikahan keduanya yang tidak akan lama lagi karena sang papa telah memberikan persetujuan. Dan demi mendengar pembicaraan keduanya itu, jujur Varo merasa shock bukan main dan tentu saja tidak terima.Bagaimana pun ia tak rela Ning menikah dengan Varo, apalagi dalam keadaan sedang berbadan dua yang bisa saja itu merupakan benih dari dirinya.Varo merasa terhina. Sangat! Dan akhirnya bertekad untuk menggagalkan rencana keduanya den

  • MISTERI KEMATIAN ART-KU    Bab 15

    Part 15"Maksud kamu? Demi pembantu kampungan itu kamu berani mengancamku dan rela mengambil resiko melawan kami seperti ini? Memangnya apa artinya gadis itu buat kamu?" hardik Varo dengan nada tidak percaya.Sungguh ia merasa heran sekaligus hatinya panas bukan main mendapati Ferdy mati-matian membela Ning, gadis yang pernah menolak cintanya habis-habisan hingga ia menyimpan bara dendam dan merencanakan perkosaan itu di saat kedua orang tua Andre, majikan gadis itu sedang berada di luar kota.Dan saat akhirnya kesempatan itu datang. Ia pun mengajak teman-temannya untuk sama-sama mengerjai Ning, kecuali Andre tentunya. Bram dan Dicky menyambut baik ajakannya ikut mengerjai Ning. Sayang, Ferdy menolak hingga akhirnya ia terpaksa mengancam agar Ferdy bersedia ikut melakukan hal itu dan akhirnya setelah diancam, temannya itu mau juga melakukannya meski terpaksa."Kamu nggak perlu tahu sedalam apa arti gadis itu buatku! Di mataku dia bukan gadis biasa, bukan seorang asisten rumah tangga

DMCA.com Protection Status