"Nanti malam Mama mengundangmu dan juga Azmar untuk makan malam di rumah," ujar Adelio, Mira langsung melihat ke arah Adelio.
Adelio mengambil jus miliknya dan menyeruputnya kemudian berkata "Tenang saja, Mama sudah tahu semuanya dan aku pastikan mama tidak akan melakukan yang tidak-tidak kepada cucu dan...." Adelio tidak melanjutkan ucapannya membuat Mira penasaran.
"Dan apa?" tanya Mira dengan menautkan kedua alisnya.
"Dan calon istriku," ujar Adelio membuat pipi Mira memerah.
Mira melihat jam dipergelangan tangannya, sudah menunjukkan jam satu kurang sepuluh menit.
"Apa Kamu tidak bekerja?" tanya Mira lagi.
Adelio melihat jam dipergelangan tangannya, kemudian melihat ke arah Mira dan berkata "Aku akan kembali bekerja, setelah memastikan kamu kembali ke ruanganmu." jawab Adelio kemudian meninggalkan lima lembar uang merah dimeja dan membawa Mira masuk ke dalam kantor.
Setelah mengantarkan Mira keruangan
"Mama, kenapa Mama tidak nikah saja sama Papa biar kita bisa sama-sama terus," ucap Azmar, Mira yang mendengar itu hanya bisa terdiam tanpa bisa menjawabnya."Mengapa Azmar bertanya seperti itu?" tanya Mira dengan nada lembut."Mama, Azmar mau kita hidup bertiga di rumah tidak berpisah seperti ini," ujar Azmar, bertepatan dengan selesak Azmar berkata sebuah mobil sport memasuki pekarangan rumah.Melihat siapa yang turun dari mobil Azmar langsung berlari dari samping Mira menuju ke luar rumah dan menghambur kepelukan Adelio."Papa, kenapa Papa baru datang sekarang?" tanya Azmar dengan suara cerianya."Maaf ya Papa lagi sibuk, jadi ngga bisa bermain dengan Azmar," jawab Adelio dan membawa Azmar dalam gendongannya masuk ke dalam rumah."Selamat sore," sapa Adelio kepada Mira."Ini masih jam setengah enam dan kamu sudah datang," ujar Mira dengan melihat ke arah Adelio."Memangnya tidak bole
Seperti biasa hari ini Mira juga sibuk dengan pekerjaannya, saat sedang sibuk seorang meletakkan amplop coklat cukup tebal di meja Mira, Mira mengngankat kepalanya melihat ke orang yang berdiri di depannya."Apa ini Kak?" tanya Mira dengan terbengong melihat isi amplop itu."Ini kan sudah satu bulan kamu bekerja, jadi itu gaju pertamamu." jawab Leo.Mira melihat ke arah kalender benar ini sudah satu bulan dirinya bekerja, kemudian Mira melihat ke arah Leo dan berkata "Terimakasih Kak," ucap Mira kemudian menyimpan amplop berisi uang itu ke dalam tasnya.Dengan uang ini Mira bisa mengajak Azmar untuk liburan, besok adalah hari minggu, Mira kembali menyibukkan dirinya sampai jam lima sore.Hari ini Mira pulang bersama Leo, jam enam sore Mira sudah sampai rumah seperti biasa Azmar selalu memeluknya dan mengatakan apa saja yang dilakukan hari ini dengan Omanya."Mama besok kan libur, Azmar mau ke taman ya," ucap Azmar ket
Mata Mira melotot, dirinya merasa tidak yakin dengan pria yang ada dihadapannya sekarang."Ma.. Mas Ridho," ucap Mira dengan nada bergetar dirinya sangat terkejut bisa bertemu kembali dengan Ridho.Ya Pria tadi adalah Ridho mantan suami Mira yang pertama, dirinya merasa sangat beruntung bisa dipertemukan dengan Mira saat ini, setidaknya dirinya bisa meminta maaf sebelum ajalnya menghampiri."Jadi benar kamu, Mira," ucap Ridho dengan nada yang juga tidak yakin.Kemudian kepala Ridho menunduk tidak berani menatap ke arah Mira, wanita baik yang dulu Ia sia-siakan sekarang berdiri di depannya, Ridho tidak bisa berkata-kata sekarang hanya ada penyesalan yang selalu menghantui jiwanya, kejadian saat dirinya menyakiti Mira kembali berputar."Bolehkah Aku meminta waktumu sebentar saja?" tanya Ridho kepada Mira.Mira menghela nafas kemudian berkata "Tentu saja, duduklah," perintah Mira, dirinya bergeser agar Ridho bisa duduk disampi
"Aku hanya ingin kamu, memaafkan semua kesalahan yang pernah Aku lakukan kepadamu," ujar Ridho kemudian memalingkan wajahnya ke arah samping, dan mengusap air matanya yang tidak bisa dirinya tahan."Aku sudah memaafkanmu bahkan sebelum kamu memintanya," ucap Mira, hatinya merasa tersentuh saat melihat Ridho mengusap air matanya."Terimakasih banyak Mira, Aku tahu kamu wanita yang baik bahkan sangat baik," ucap Ridho dengan suara tercekat."Kalau begitu Aku pamit, terimakasih untuk waktunya," pamit Ridho kemudiak berdiri dari tempat duduknya."Tunggu," ucap Mira kemudian dirinya juga berdiri."Itu apa yang kamu bawa?" tanya Mira dengan menunjuk ke amplop coklat yang dibawa Ridho."Ini, ini untuk melamar pekerjaan." jawab Ridho.Mira mengeluarkan kartu nama Kakanya dari dalam tas dan memberikannya ke Ridho."Kamu bisa datang keperusahaan ini, kebetulan disana sedang ada lowongan," ujar Mira.&nb
"Apa yang kamu katakan aku hanya ingin...." ucapannya Adelio terhenti saat melihat Mira menatapnya dengan tatapan tajam."Iya baiklah aku tidak akan menganggumu makan lagi, lanjutkan," ujar Adelio kemudian membenarkan letak duduknya."Oh iya tumben kamu kesini?" tanya Mira yang baru sadar dari tadi, ada keperluan apa Adelio datang."Hari ini kan minggu Aku mau ngajak kalian ke mall." jawab Adelio."Ke mall, tadi Aku baru saja jalan-jalan dengan Azmar," ucap Mira dan menatap Adelio."Minggu depan bukannya Kakakmu menikah, emang kamu tidak mau memberikan mereka kado?" bisik Adelio ditelinga Mira.Mira langsung teringat benar bentar lagi Kakaknya mau menikah, dan dirinya belum tahu apa yang akan dirinya berikan kepadanya."Iya baiklah Aku akan ikut tapi tunggu Azmar bangun ya," ucap Mira dan Adelio mengangguk.Jam satu siang Adelio sudah bangun, setelah tadi menyuruhnya makan siang terlebi
"Mira," ucap Adelio, dan Mira langsung menatap ke arah Adelio."Iya, ada apa?" tanya Mira matanya menatap ke lurus ke mata Adelio yang terlihat gelisah.Adelio menarik nafas panjang kemudian berkata "Aku... Aku mau tanya memang siapa pria yang kamu temui?" tanya Adelio."Oh dia Mas Ridho, mantan suamiku dulu yang pertama kami bertemu juga tidak sengaja kemarin," jelas Mira."Lalu apa saja yang kalian lakukan disana?" tanya Adelio kemudian menatap lurus ke jalan.Mira memalingkan wajahnya melihat lurus juga ke depan "Tidak ada kami hanya mengngobrol biasa, dia lagi mencari pekerjaan jadi aku memberikan kartu nama Kak Leo padanya," jelas Mira.Adelio merasa sangat lega saat Mira mau menjelaskannya semuanya "Tidak ada lagi?" tanya Adelio.Mira langsung menangkupkan tangannya dipipi Adelio, membuat Adelio terkejut dan langsung mengerem mobilnya."Aduhh," ucap Mira yang terbentur bagian depan mobilnya.
Bunga pun dilempar tapi tidak satupun yang berdiri disana mendapatkan bunganya, bunga itu menghampiri wanita yang sedang mengambil makanan.Mira merasa bingung kenapa bunga itu menghampirinya semua tamu undangan melihat ke arahnya dan tertawa ada juga yang berkata semoga Mira segera menyusul kakaknya.Mira melihat ke arah Leo dan Cila yang berada diatas panggung dan tersenyum ke arahnya, Leo mengangkat kedua bahunya tanda dirinya juga tidak tahu.Mira tidak menghiraukan ucapan para tamu itu, dirinya tetap membawa bunga itu ke tempat duduknya dan melanjutkan makannya.Semua tamu melanjutkan acara itu selesai makan sebuah tangan kekar memegang tangan mungil Mira, Mira langsung melihat ke arah pemilik tangan itu."Adelio ada apa?" tanya Mira yang masih bingung dengan makna senyuman Adelio."Tadi kamu yang mendapatkan bungannya ya?" tanya Adelio kemudian duduk disamping Mira."Iya ini, kamu mau?" tanya Mira k
"Hay Bro selamat ya akhirnya kamu diterima juga," ucap Anton kemudian melihat ke arah wanita yang disamping Adelio, Mira dan Anton sama-sama terkejut melihat satu sama lain."Anton,""Bu Mira,"Ucap Mira dan Anton bersamaan, semua teman Adelio langsung melihat ke arah mereka begitu juga dengan Adelio."Kalian saling kenal?" tanya Adelio kepada Mira dan juga Anton."Iya sangat kenal, Aku orang kepercayaannya," jawab Anton begitu juga dengan Mira mengangguk membenarkannya."Bagaimana bisa kamu selalu mengenal pria yang aku kenal Ton?" tanya Mira suasana dimeja itu sudah mulai mencair."Haha tentu aku mengenal Adelio saat Adelio dengan teman-temannya mampir ke kedai milikmu," jelas Anton."Bukan begitu Adelio?" tanya Anton kepada Adelio."Iya benar." jawab Adelio kemudian mereka minum anggur yang sudah disediakan disana.Mira meminumnya cukup banyak hingga m
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.