"Sampai kapan kamu akan membohongi keluarga sebaik mereka Sherly!" Tuan Arga berbicara penuh dengan penekanan kepada putrinya, Sherly langsung membuang mukannya.
Sebenarnya Shelrt hanya koma selama dua minggu, tapi entah mengapa Sherly meminta agar orang tetap tahu dirinya masih koma, Tuan Arga sudah mulai muak dengan terus berbohong, apa lagi kepada besannya yang sangat baik.
Dulu sebelum pernikahan itu terjadi, memang Tuan Arga ingin mengusai harta besannya, tapi setelah mengetahui mereka melakukan Sherly dengan baik, Tuan Arga mulai berubah pikiran.
Harta bisa dicari tapi kebahagiaan tidak bisa pikir Tuan Arga, tapi setelah pernikahan putrinya memasuki tahun ke tiga.
Tuan Arga tahu bahwa putrinya tidak dicintai oleh suaminya, hingga sekarang Sherly di rumah sakit baru sekali Adelio menjeguknya.
"Aku akan tetap seperti ini Ayah, sampai suamiku mau berubah!" bentak Sherly kepada Ayahnya.
"Sherly, lepaskan Adelio, dia
Sore ini Tuan Kim kembali ke rumah lebih awal dan itu membuat Nyonya Kim heran, tidak biasanya suaminya pulang lebih awal."Tumben Pah pulang lebih awal?" tanya Nyonya Kim."Iya Mah, tadi Arga ngundang kita untuk makan malam di rumahnya." jawab Tuan Kim.Kemudian dirinya berjalan ke kamar Adelio.Tok... Tok... Tok...Adelio yang sedang berbaring diranjang bangun dan membuka pintu, melihat Papanya sudah berdiri dibelakang pintu."Ada apa Pah?" tanya Adelio."Bersiap-siap sekarang Adelio, Papanya Sherly mengundang kita untuk makan malam di rumahnya!" perintah Tuan Kim.Adelio sebenarnya sangat malas untuk datang, tapi demi kedua orang tuanya Adelio bersiap-siap.Jam tujuh malam mereka berangkat ke rumah Sherly, satu jam kemudian mereka sudah sampai, Tuan Arga sudah menunggunya di depan pintu."Ayo masuk-masuk." ajak Tuan Arga.Setelah cukup lama
"Berjanjilah agar kamu juga mencari kebahagiaanmu." ucap Sherly, kemudian tersenyum kepada Adelio. Tidak lama kemudian Sherly melepas pelukan mereka dan mengusap air matanya, Adelio keluar dari kamar turun ke bawah untuk menemui Tuan Kim. Setelah berbicara panjang lebar Keluarga Kim pamit pulang, mereka berencana akan ke rumah Tuan Arga lagi besok malam. Karena waktu yang sudah malam jadi jalanan sudah mulai sepi, mereka dalam perjalanan hanya dua puluh menit. "Pah ada yang ingin Adelio bicarakan," ucap Adelio. "Ayo ikut Papa," ajak Tuan Kim. Mereka berjalan ke ruangan tempat kerja Tuan Kim, Tuan kim membuka pintunya kemudian duduk dikursi kebesarannya. "Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Tuan kim yang melihat putranya hanya terdiam. "Adelio ingin mengakhiri pernikahan ini dengan Sherly pah, selama ini Adelio sudah menganggap Sherly seperti adik sendiri," jelas Adelio. Untuk
"Jika ayahku menolak maka Aku yang akan menerimanya," ucap seorang wanita yang sedang berjalan di tangga, dengan senyum diwajahnya.Semua yang berada di ruang tamu langsung melihat ke arah Sherly, Adelio merasa bahagia karena dengan perceraian mereka Sherly tidak murung."Baiklah kalau kamu menerima, tolong tanda tangan di sini," tunjuk Tuan Kim dan memberikan pulpen kepada Sherly.Dengan semangat Sherly menambahkan tanda tangannya, Sherly melirik ke arah Ayahnya yang sedang tersenyum bahagia.Bukankah ini yang Ayah mau kenapa beliau menolak begitu saja, saat Tuan Kim memberinya apa yang dia incar selama ini batin Sherly.Setelah itu Tuan Kim juga tersenyum lebar "Kalo begitu saya pamit," ucap Tuan Kim, Sherly dan Tuan Arga mengantar mereka sampai di luar rumah.Setelah kepergian Tuan Kim dan Adelio, Sherly melihat Ayahnya meninggalkan sertifikat dimeja begitu saja tanpa menyentuhnya."Yah," panggil Sherly kemudi
Tunggu Aku di sana, Aku akan mencarimu batin Adelio, kemudian tersenyum tangannya mengusap foto wanita itu.Adelio meletakkan ponselnya kemudian mengemudi mobilnya menuju ke rumah, jam setengah enam pagi Adelio baru sampai di rumah.***Sementara itu di rumah keluarga Lii mereka sedang berkumpul, bercanda ria dengan cucu satu-satunya."Mira, apakah benar Kamu akan ikut Leo besok?" tanya Tuan Abian.Mira langsung menghentikan tawanya, dan melihat ke arah Papanya."Iya, daripada Mira tidak punya pekerjaan di rumah Pah, lebih baik membantu Kak Leo di kantor." jawab Mira.Meski semua kebutuhannya selama ini tercukupi, tapi tidak mungkin Mira akan merepotkan kedua orang tuanya terus menerus, jadi Mira memutuskan untuk bekerja di kantor Papanya sebagaai sekertaris Leo."Ayo makan dulu, makanannya sudah siap!" perintah Nyonya Giani.Mereka semua langsung menuju ke meja makan dan mel
"Apa kamu tidak ingin memperkenalkan Azmar ke Papa kandungnya," ucap Leo tanpa melihat ke arah Mira.Mira terdiam mencerna kembali ucapan Kakaknya, kemudian kepalanya menggeleng pelan."Aku belum siap Kak, biar untuk sekarang hanya ini yang Azmar tahu." jawab Mira.Leo tidak lagi mengucapkan sepatah kata lagi, dirinya hanya mengucapkan apa yang selama ini menganggu dipikirannya.Leo berjalan ke ruang keluarga untuk memanggil Azmar, karena nanti jam tujuh dirinya dan Mira akan pergi ke kantor.Leo membawa mobilnya menuju ke makam, di dalam mobil tidak ada yang membuka percakapan, tiga puluh menit kemudian Leo menghentikkan mobilnya di tempat parkir."Sampai." teriak Leo.Azmar tersenyum bahagia kemudian menggandeng tangan Mira, berjalan ke makam Alex jantung Mira mulai berdetak sangat kencang.Sudah hampir lima tahun dirinya tidak ke makam ini, tapi makam Alex selalu bersih karena keluarga Lii selal
Semua yang ada di sana langsung melihat ke arah Mira, melihat penampilannya dari atas sampai bawah.Salah satu wanita berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Mira "Selamat bergabung Bu Mira, Saya Intan," ucap Intan dengan tersenyum ramah.Mira menyambut tangan Intan dan mengucapkan terimakasih, begitu juga dengan yang lainnya bergantian menyalami Mira."Terimakasih semuanya mohon bimbingannya," ucap Mira."Ayo." ajak Leo, Mira dan Leo keluar dari ruang meeting dan masuk ke ruangan Leo."Karena Kamu sudah menjadi sekertarisku, tolong bantu koreksi berkas-berkas ini ya," ucap Leo tangannya menunjuk ke tumpukan kertas dimeja.Hari ini Mira dan Leo tenggelam dalam pekerjaan, tidak ada obrolan lagi di antara mereka, sampai jam istirahat Leo keluar dari ruangannya dan pergi ke ruangan Mira."Mau pesan makanan atau kita turun ke bawah Mir?" tanya Leo yang melihat jam ditangannya, sudah menunjukkan jam dua belas lebih sepul
"Halo.. Mama semangat kerjanya ya." ucap Azmar diseberang sana, entah mengapa Mira malah merasa sedih saat melihat putranya."Hay Sayang, Kamu lagi apa?" tanya Mira."Aku lagi main sama Oma." jawab Azmar."Mama akan melanjutkan bekerja ya Sayang, jangan nakal di rumah dan nurut apa yang dikatakan Oma ya," pesan Mira, setelah mendengar jawaban putranya Mira mematikan panggilan teleponnya.Ding....Terdengar pintu lift terbuka, Mira melihat ke arah lift Leo dan Cila keluar dari lift bersamaan."Halo.. Kamu Mira ya." ucap Cila dan langsung memeluk Mira.Mira yang belum siap dipeluk sedikit limbung, untung dengan cepat keseimbangan tubuhnya kembali."Ya ampun Cila pelan-pelan, kamu ini lebih besar dibanding dengan Mira." ujar Leo saat melihat adiknya kerepotan menghadapi kekasihnya.Cila langsung melepas pelukannya dan berbalik menghadap ke arah Leo "Kamu bilang apa Sayang, Kamu bilang aku
Leo merasa bersalah saat mendengar pertanyaan Cila kepada Mira, ini juga salahnya tidak memberitahu Cila tentang Mira."Cila..." panggil Leo dirinya ingin memberitahu apa yang terjadi. tapi terhenti saat mendengar suara Mira."Papa Azmar sudah tidak ada." jawab Mira masih dengan senyum dibibirnya.Cila tidak lagi bertanya, begitu juga yang berada dimeja makan semua menghembuskan nafas lega. mereka makan malam dengan diam sampai selesai."Kapan kalian akan bertunangan?" tanya Mira.Uhuukk... Uhukkk..Leo malah terbatuk mendengar pertanyaan Adiknya."Leo bilang mungkin bulan depan." jawab Tuan Abian.Mereka membicarakan rencana pertunangan Leo dengan Cila. Mira melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Azmar sudah tertidur lebih dulu."Oh iya Mira, bisakah kamu membantu Cila?" tanya Leo."Kenapa harus Aku." jawab Mira."Ayolah
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.