Leo merasa bersalah saat mendengar pertanyaan Cila kepada Mira, ini juga salahnya tidak memberitahu Cila tentang Mira.
"Cila..." panggil Leo dirinya ingin memberitahu apa yang terjadi. tapi terhenti saat mendengar suara Mira.
"Papa Azmar sudah tidak ada." jawab Mira masih dengan senyum dibibirnya.
Cila tidak lagi bertanya, begitu juga yang berada dimeja makan semua menghembuskan nafas lega. mereka makan malam dengan diam sampai selesai.
"Kapan kalian akan bertunangan?" tanya Mira.
Uhuukk... Uhukkk..
Leo malah terbatuk mendengar pertanyaan Adiknya."Leo bilang mungkin bulan depan." jawab Tuan Abian.
Mereka membicarakan rencana pertunangan Leo dengan Cila. Mira melihat ke arah jam di dinding sudah menunjukkan jam sepuluh malam. Azmar sudah tertidur lebih dulu.
"Oh iya Mira, bisakah kamu membantu Cila?" tanya Leo.
"Kenapa harus Aku." jawab Mira.
"Ayolah
Saat keluar dari lift Mira bertabrakan dengan seorang Pria yang akan masuk ke dalam lift.Mira melihat ke arah Pria yang menabraknya, mungkin dia pekerja baru di sini karena Mira belum pernah melihat orang ini sebelumnya."Maafkan Saya, Bu," ucap Pria itu dengan terbata-bata."Iya, tidak apa-apa lain kali lebih hati-hati ya." jawab Mira, kemudian Mira berjalan ke arah kantin.Intan yang melihat Mira sedang berdiri di depan kantin..langsung melambaikan tangannya, Mira tersenyum ke arahnya kemudian duduk di kursi depan Intan."Sudah lama ya menunggu?" tanya Mira."Belum juga, ini baru sampai." jawab Intan kemudian mereka makan siang bersama.Hari berganti hari, tidak terasa sudah hampir satu minggu Mira bekerja menjadi sekertaris Leo, dan Intan sudah menjadi sahabatnya. Siang ini Cila dan Mira akan membeli perlengkapan untuk acara ulang tahun Azmar, yang ke lima tahun tentu di antar Leo.Mereka
Tubuh Mira membeku mendengar jawaban Adelio, apa tadi dia bilang cerai pikir Mira."Apa kamu sedang bercanda?" tanya Mira, baru empat bulan yang lalu dirinya merawat Adelio dan sekarang pria itu berdiri dihadapannya dengan membawa berita yang sangat mengejutkan."Aku tidak sedang bercanda, sedang apa kamu di sini?" tanya Adelio."Bukan urusanmu, Aku mau kembali takut Kakakku mencarinya," ujar Mira kemudian melepas pegangan tangan Adelio.Bibir Adelio terangkat kemudian melihat Mira pergi dari hadapannya, setelah tiga bulan lamanya dia mencari wanita pujaannya dan sekarang takdir memudahkan urusan Adelio.Adelio membiarkan Mira pergi, tadi waktu dirinya makan siang dengan rekan kerjanya, tidak sengaja mendengar seperti suara Mira yang berada di satu restoran.Saat Adelio memalingkan wajahnya ke arah suara, ternyata benar disana Mira tengah berdiri dengan seorang pria yang Adelio tahu dia adalah Kakaknya dan satu
"Sama-sama, punya Mama ada punya Leo dan Cila sudah Mama berikan tadi," jawab Nyonya Giani."Kalo gitu Mira kembali ke kamar dulu ya Ma," pamit Mira, kemudian keluar dari kamar Nyonya Giani dan naik ke kamarnya.Pagi ini Mira terbangun jam lima, dirinya juga membangunkan Azmar untuk bersiap-siap."Sayang bangun ya," ucap Mira pelan.Azmar menggeliat sebentar dan menutup matanya kembali, Mira yang gemas melihat tingkah anaknya langsung mencium perut Azmar."Haa.. Haa.. Haaa.. Iya Mama, Azmar sudah bangun geli Mama," ucap Azmar masih dengan tertawa.Mira mengajak Azmar untuk mandi kemudian memakaikan baju yang kemarin diberikan Nyonya Giani."Tampan sekali putra Mama ini," ucap Mira kemudian mencium pipi Azmar dengan gemas."Azmar keluar dulu ya, Mama mau siap-siap," ujar Mira, Azmar menurut dirinya keluar dengan suster.Mira masuk ke kamar mandi, dua puluh menit kemudian Mira kembali dengan h
"Wajah anak itu mengapa mirip sekali denganku," batin Adelio, tangan kekarnya mengusap-usap wajahnya.Adelio tidak melepas pandangannya dari Azmar, Mira tidak menyadarimya karena dirinya tengah sibuk.Adelio berjalan ke arah Mira,tapi sebelum sampai telepon miliknya sudah berbunyi, dilayar depan tertulis nama Asistennya, ada apa ya pikir Adelio."Halo.. Ada apa?" tanya Adelio ketika sambungan teleponnya sudah diangkat."Halo Pak, ini ada mitra bisnis dari luar negeri dan ingin bertemu dengan Bapak, sekarang mereka sudah menunggu disini," jelas Asisten Adelio."Bukankah disana ada Papa?" tanya Adelio, dirinya masih banyak urusan disini masih banyak juga pertanyaan yang ingin Ia tanyakan kepada Mira."Tuan Kim tadi keluar Pak." jawab Asisten itu."Baiklah Saya akan datang," setelah mengatakan itu Adelio memutuskan sambungan teleponnya, kemudian Adelio berjalan ke arah Tuan Lii."Om, Adelio harus pergi seka
Adelio, apa artinya Adelio juga melihat putranya batin Mira perasaannya mulai tidak tenang.Perasaan takut mulai menyelimuti hatinya, dirinya takut kehilangan Azmar."Adelio bukannya Papa tidak mengundangnya?" tanya Mira, raut wajahnya sudah tidak bisa ditebak."Iya dia datang mewakili Tuan Kim." jawab Tuan Lii kemudian berbalik arah menghampiri Mira yang sedang duduk dengan gelisah."Kamu tidak perlu kewatir Papa akan menambahkan beberapa penjaga untuk Azmar, biar tidak ada kejadian yang tidak kita inginkan," ujar Tuan Lii berusaha menenangkan putrinya, tangannya mengelus lembut tangan Mira."Mir," panggil seorang dari arah belakang.Mira melihat dan Cila berdiri dengan menggendong Azmar yang tertidur, setelah Mira melihat ke aranya Cila mengatakan akan ditidurkan dimana tanpa suara Cila takut suaranya akan membangunkan tidur nyenyak Azmar.Mira mengajak Cila ke kamarnya dan menidurkan Azmar diranjangnya
Deg...Jantung Mira berdetak lebih cepat, ada apa dengan putranya kenapa akhir-akhir ini jadi sering mengatakan dia bertemu dengan Papanya batin Mira."Sudah ya jangan nangis lagi, sekarang kita turun ya makan malam Oma sama Opa sudah nunggu di bawah," ajak Mira tangannya langsung mengusap air mata Azmar, kemudian menggendongnya keluar dari kamar."Mama ayo buka kadonya," ajak Azmar menarik tangan Mira.Mira menuruti putranya dan mulai membuka kado satu persatu, senyum bahagia selalu tercetak dibibir Azmar saat melihat isi kado yang dikasih teman-temannya."Hay ponakanku yang paling tampan," ujar Leo yang baru masuk dari luar."Hay juga Pade, Pade darimana?" tanya Azmar dengan suara lucunya."Habis jalan-jalan, ponakan Pade banyak juga dapet kadonya ya?" tanya Leo tangannya memegang hidung mungil Azmar."Iya Pade, lihat ini Azmar punya robot baru yeeay," teriaknya girang, Azmar melompat -lompat
Mira melihat ke arah suara yang menurutnya tidak asing, matanya langsung melotot saat tahu siapa pria yang memimpin perusahaan J.K group.'Adelio." batin Mira, Mira menyambut uluran tangan Adelio, tubuhnya langsung bergetar rasa rindu kepada pria yang ada di depannya terus menggebu.Begitu juga denga Adelio, dirinya seperti tersengat listrik saat tangannya bersetuhan dengan Mira, ada sesuatu yang berontak dalam dirinya.Mira menarik tangannya kemudiam mereka meeting dengan sangat profesional, Mira dengan susah payah agar tetap profesional dalam pekerjaan, tapi matanya selalu melihat ke arah Adelio, jam sepuluh pagi meeting selesai."Aku ke toilet dulu Kak," bisik Mira ditelinga Leo, Leo mengangguk menjawab ucapan Mira.Mira mencuci wajahnya kemudian memoleskan kembali make up, setelah menenangkan detak jantungnya Mira keluar dari dalam toilet."Mira," ucap Adelio yang sudah berdiri dibelakang Mira, Mira yang tekejut langsung berb
Setelah mendengar suara Mamanya diseberang sana tubuh Mira langsung lemas seperti tidak bertenaga, Leo yang melihat itu langsung menghentikan mobilnya. "Ada apa Mir?" tanya Leo dengan nada panik melihat wajah pucat adiknya, Leo melihat ke ponsel Mira yang masih menyala. Leo mengambil ponselnya "Halo Ma ada apa Ma?" tanya Leo dirinya melihat ke arah Mira dan memberinya air putih. "Leo, Azmar kecelakaan sekarang sudah dibawa ke rumah sakit tapi keadaannya kritis," ucap Nyonya Giani diseberang sana dengan isak tangis. "Mah kirim alamatnya ya, Leo dan Mira kesana," setelah mengatakan itu Leo mematikan sambungan teleponnya. "Kak cepat ke rumah sakit kak, Aku takut Azmar akan...." Mira tidak melanjutkan kata-katanya tapi air matanya selalu mengalir. "Iya kamu tenang dulu ya," ucap Leo. Setengah jam kemudian Mira sudah sampai di rumah sakit, Mira langsung berlari ke arah resepsionis dan menanyakan dimana
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.