Mengapa Nyonya Kim bertanya seperti itu, Aku harus jawab apa batin Mira.
"Mama mengapa menanyakan seperti itu sih?" tanya Tuan Kim.
Nyonya Kim tersenyum mendengar pertanyaan suaminya, kemudian dirinya menyuruh Mira kembali makan dan tidak perlu memikirkan perkataannya tadi.
"Aku akan ke kamar dulu Ma, selamat malam," pamit Adelio.
"Selamat malam." jawab Nyonya Kim.
"Mira tolong antarkan Adelio ke kamarnya ya." perintah Nyonya Kim.
"Iya Nyonya." jawab Mira.
Mira berjalan ke belakang Adelio dan mendorong kursi rodanya menuju ke lift, sesampainya di kamar Adelio.
"Saya akan kembali ke bawah, selamat malam Tuan," pamit Mira.
Tapi sebelum Mira pergi dari hadapannya, Adelio menarik tangan Mira, Mira yang tidak siap dengan hal itu langsung terduduk dipangkuan Adelio.
Adelio melingkarkan tangannya kepinggang Mira, Adelio merasa ada yang berubah disebagian tubuh Mira, apakah
"Kamu tampan." tanpa Mira sadari bibirnya mengatakan itu semua, setelah menyadari apa yang baru saja dia katakan Mira menutup mulutnya. Adelio tersenyum melihat tingkah Mira tangannya meraih tangan mungil Mira. "Ada apa?" tanya Mira menyadari Adelio menarik tangannya, Adelio malah mencium tangan Mira kemudian menuntun tangan Mira ke arah dadanya. Jantung Mira sudah tidak beraturan sejak tadi, tapi Mira berusaha menjaga raut wajahnya agar tetap terlihat tenang. Adelio tidak menjawab tapi, dari raut wajahnya Mira bisa melihat ada kerinduan yang begitu dalam. Mira melanjutkan memotong rambut yang tumbuh dibagian wajah Adelio, Mira mengoleskan crem kemudian mulai mencukurnya, dalam hati Adelio berharap agar ini semua jangan cepat berakhir. Tangan sebelah Mira memegang dada Adelio, hembusan nafasnya menyapu wajah Adelio hangat Mira sangat teliti saat memotong rambut Adelio. "Selesai." teriak Mira, dirinya pua
"Akan saya usahakan Tuan, tapi.. " Mira tidak melanjutkan ucapannya, dirinya juga tidak yakin."Tapi apa Mira?" tanya Tuan Kim, dirinya sangat penasaran."Tapi saya sendiri juga belum yakin Tuan!" jawab Mira, sebenarnya bukan itu alasannya, Mira takut jika selalu dekat denga Adelio akan melakukan hal yang lebih jauh dari tadi."Tidak masalah, nanti saya juga akan membantunya," Nyonya Kim menyela ucapan Mira dan suaminya."Kalian sedang membicarakan apa, kelihatan serius sekali?" tanya Adelio, dirinya turun dibantu Pak Sem."Hanya sedikit perkerjaan." jawab Tuan Kim.Dirinya merasa sangat senang melihat penampilan putranya pagi ini, dan juga pancaran mata bahagia saat melihat gadis yang ada disampingnya, tapi semua itu belum bisa melulukan hatinya.Tuan Kim masih berharap suatu hari nanti, Adelio akan menerima Sherly dan memiliki banyak anak.Selesai sarapan Mira mengajak Adelio untuk keliling taman
Sementara itu di dalam kamar yang pintunya terbuka seorang pria sedang mengusap air matanya, dirinya terharu dan juga bahagia melihat dua wanita yang berbeda generasi itu saling berpelukan."Aku akan membuat janji dengan Dokter Riki sekarang." ucap Tuan Kim."Iya Pa, takutnya nanti Adelio berubah pikiran." jawab Nyonya Kim."Bagaimana dengan yang mendonorkannya Pah?" tanya Nyonya Kim setelah melihat suaminya kembali."Barusan Papa telepon dan dia masih bersedia untuk mendonorkan," jawab Tuan Kim.Nyinya kim kemudian menarik nafas lega, Nyonya Kim masih sibuk menanyakan apa saja selama ini yang terjadi kepada Mira, Mira hanya menjawab sebisanya dan tentu tanpa menyebutkan Azmar."Kenapa kalian belum bersiap-siap?" tanya Adelio yang baru datang ke ruang televisi."Sebentar lagi, sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin ketemu dengan dokter sayang?" ucap Nyonya Kim."Aku hanya ingin cepat melihat apa saja yang sud
"Pak Sem biar Mira yang membantu saya mandi sekarang." ujar Adelio menghentikkan langkah Mira yang ingin keluar dari kamar.Mira menggeleng melihat ke arah Pak Sem tanda Mira menolaknya, begitu juga Pak Sem yang nggan meninggalkan Adelio hanya berdua dengan Mira."Tapi Tuan..." belum selesai Pak Sem bicara Adelio sudah memotongnya."Ini perintah Pak." ujar Adelio, Pak Sem yang tidak bisa membantah perkataan Bosnya kemudian mengangguk dan meninggalkan kamar."Ayo antarkan Aku ke kamar mandi," perintah Adelio.Mira membalikkan badan menuju ke arah Adelio, kemudian memapahnya ke kamar mandi."Aku akan menunggu di luar, jika sudah panggil saja." ucap Mira.Selesai urusan mandi Adelio menyuruh Mira mengantarnya ke bawah, tapi kali ini Adelio tidak ingin menggunakan kursi roda, jadi Mira memapahnya dan menuruni tangga satu persatu.Ke esokkan paginya Adelio sudah menuju ke rumah sakit, selama Adeli
Adelio tahu surat itu pasti surat perpisahan, jadi alasan ini mengapa kamu tidak ingin berjanji saat Aku memintamu untuk menjadi orang pertama yang Aku lihat Mira.Adelio tidak langsung membuka surat itu, melainkan menyimpannya dilaci yang ada disampingnya.Dua hari kemudian Adelio sudah lebih baik dan dirinya sudah tidak betah di rumah sakit."Ma jadi kapan Adelio boleh pulang?" tanya Adelio."Mungkin sore nanti kamu sudah boleh pulang sayang." jawab Nyonya Kim."Tuan Adelio sudah diperbolehkan pulang sore ini, tapi ingat pesan saya untuk memeriksakan diri tepat waktu." pesan dokter yang memeriksa Adelio.Setelah pemeriksaan sore harinya Adelio sudah diperbolehkan pulang, dokter mengingatkan agar selalu kontrol tepat waktu.Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di rumah, Adelio memasuki kamarnya, dirinya membaringkan tubuhnya diranjang king size yang ada di sana.Kenapa rasanya ber
"Sampai kapan kamu akan membohongi keluarga sebaik mereka Sherly!" Tuan Arga berbicara penuh dengan penekanan kepada putrinya, Sherly langsung membuang mukannya.Sebenarnya Shelrt hanya koma selama dua minggu, tapi entah mengapa Sherly meminta agar orang tetap tahu dirinya masih koma, Tuan Arga sudah mulai muak dengan terus berbohong, apa lagi kepada besannya yang sangat baik.Dulu sebelum pernikahan itu terjadi, memang Tuan Arga ingin mengusai harta besannya, tapi setelah mengetahui mereka melakukan Sherly dengan baik, Tuan Arga mulai berubah pikiran.Harta bisa dicari tapi kebahagiaan tidak bisa pikir Tuan Arga, tapi setelah pernikahan putrinya memasuki tahun ke tiga.Tuan Arga tahu bahwa putrinya tidak dicintai oleh suaminya, hingga sekarang Sherly di rumah sakit baru sekali Adelio menjeguknya."Aku akan tetap seperti ini Ayah, sampai suamiku mau berubah!" bentak Sherly kepada Ayahnya."Sherly, lepaskan Adelio, dia
Sore ini Tuan Kim kembali ke rumah lebih awal dan itu membuat Nyonya Kim heran, tidak biasanya suaminya pulang lebih awal."Tumben Pah pulang lebih awal?" tanya Nyonya Kim."Iya Mah, tadi Arga ngundang kita untuk makan malam di rumahnya." jawab Tuan Kim.Kemudian dirinya berjalan ke kamar Adelio.Tok... Tok... Tok...Adelio yang sedang berbaring diranjang bangun dan membuka pintu, melihat Papanya sudah berdiri dibelakang pintu."Ada apa Pah?" tanya Adelio."Bersiap-siap sekarang Adelio, Papanya Sherly mengundang kita untuk makan malam di rumahnya!" perintah Tuan Kim.Adelio sebenarnya sangat malas untuk datang, tapi demi kedua orang tuanya Adelio bersiap-siap.Jam tujuh malam mereka berangkat ke rumah Sherly, satu jam kemudian mereka sudah sampai, Tuan Arga sudah menunggunya di depan pintu."Ayo masuk-masuk." ajak Tuan Arga.Setelah cukup lama
"Berjanjilah agar kamu juga mencari kebahagiaanmu." ucap Sherly, kemudian tersenyum kepada Adelio. Tidak lama kemudian Sherly melepas pelukan mereka dan mengusap air matanya, Adelio keluar dari kamar turun ke bawah untuk menemui Tuan Kim. Setelah berbicara panjang lebar Keluarga Kim pamit pulang, mereka berencana akan ke rumah Tuan Arga lagi besok malam. Karena waktu yang sudah malam jadi jalanan sudah mulai sepi, mereka dalam perjalanan hanya dua puluh menit. "Pah ada yang ingin Adelio bicarakan," ucap Adelio. "Ayo ikut Papa," ajak Tuan Kim. Mereka berjalan ke ruangan tempat kerja Tuan Kim, Tuan kim membuka pintunya kemudian duduk dikursi kebesarannya. "Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Tuan kim yang melihat putranya hanya terdiam. "Adelio ingin mengakhiri pernikahan ini dengan Sherly pah, selama ini Adelio sudah menganggap Sherly seperti adik sendiri," jelas Adelio. Untuk
"Ngga Mas, biar Azmar di antar Pak Agu saja ya," pinta Mira, Adelio tidak bisa menolak kemauan istrinya jadi dirinya hanya bisa mengangguk dan naik kembali ke atas ranjang.Setelah itu Adelio menelepon sekolah Azmar, agar menyiapkan makan siang untuk Azmar setelah itu Adelio keluar kamar untuk memberitahukan kepada Azmar kalau Mamanya lagi sakit, dan Papanya tidak bisa mengantarnya ke sekolah, untungnya Azmar sudah bisa mengerti dan sudah mandiri.Adelio kembali ke kamar dengan membawa satu mangkok berisi bubur ayam, Adelio mengambil satu sendok dan menyuapi Mira.Baru suapan yang ke dua perut Mira seperti menolak bubur itu, Mira langsung berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua yang ada diperutnya sampai tidak tersisa.Adelio langsung berlari ke kamar mandi dan membantu Mira, Mira kembali ke ranjang dengan berpegangan tangan Adelio."Dek kamu mau periksa ke dokter, kayanya sakitmu parah dan tidak seperti biasanya," sara
Bibir Mira tersenyum, dirinya sangat mengharapkan allah memberika zuriat padanya, tangan Mira mengusap perutnya kemudian meletakkan kembali sepatu bayi itu pada tempatnya, dan kembali keliling menemani Azmar bermain.Dua jam mereka keliling mal dan kaki sudah mulai terasa lelah apalagi Cila yang sedang hamil muda, mereka langsung berbelanja yang mereka butuhkan, setelah itu mereka pulang.Tut... Tut... Tut...Mira menelepon Adelio setelah mereka sudah sampai di rumah Mamanya, panggilan kedua baru diangkat oleh Adelio."Halo... Ada apa Dek?" tanya Adelio yang masih duduk diruang kerjanya."Mas nanti pulangnya ke rumah Mama ya, aku lagi main ke rumah Mama," perintah Mira."Iya oke sayang, mulai besok kamu jangan jemput Azmar lagi ya, tadi kata Mbak Tika kamu yang jemput Azmar, benar?" tanya Adelio dengan nada lembut."Iya Mas, kan kemarin aku sudah janji sama Mama setelah jemput Azmar aku mau main," jelas Mir
"Ngga apa-apa Kok Pah, kan Azmar sudah besar," jawab Azmar kemudian mereka makan malam dengan diam.Selesai makan malam Mira dan Adelio langsung masuk ke dalam kamar, saat pintu baru saja terkunci Adelio langsung menggendong tubuh Mira."Ya ampun sayang," ucap Mira dengan kaget karena tidak siap dengan apa yang dilakukan Adelio."Kenapa?" tanya Mira ketika Adelio sudah membaringkannya diranjang, tangan Mira mengusap-usap pelan kepala Adelio."Ngga apa-apa sayang, pengin dimanja aja sama kamu," jawab Adelio dengan menenggelamkan wajahnya ke dada Mira."Sayang Aku pengin punya dede kata Kak Cila, Ali juga mau punya adik lagi, tadi wa ke aku," bisik Mira ditelinga Adelio."Kalau begitu ayo kita buat," ucap Adelio.Tanpa menunggu jawaban Mira, Adelio sudah membungkam mulut Mira dengan mulutnya, dan mulai menciumi setiap inci tubuh Mira.Adelio selalu dibuat kagum dengan keindahan tubuh Mira membuat dirinya tidak p
Nyonya Giani melihat tingkah anaknya dengan wajah bingung, jadi dirinya ikut berjalan dibelakang Mira dan langsung menepuk kepalanya melihat tingkah anaknya yang pelupa ini."Kamu ada saja masa lagi makan sampai lupa," ujar Nyonya Giani dengan duduk di kursi yang berada di depan Mira."Iya Ma, saking senengnya kedatangan Mama sampai lupa kalau lagi makan," ucap Mira dengan nada malu."Oh iya Mir besok main ya ke rumah Mama, biar Mama ngga sendirian di rumah," perintah Nyonya Giani."Iya Ma, besok setelah menjemput Azmar, Mira main ke rumah Mama, sudah lama juga ngga main," jawab Mira.Selesai makan Mira berjalan ke arah dapur dan membuatkan kopi kesukaan Mamanya, setelah itu mereka mengobrol sampai jam setengah dua karena Mira harus menjemput Azmar.Nyonya Giani yang tidak mau sendiri ikut menjemput Azmar begitu juga dengan Ali, lima belas menit kemudian mobil yang dikendarai Mira sudah sampai disekolah Azmar.&n
"Ya allah Nak kenapa kamu melakukan itu semua," gumam Mamanya Mila tetapi Mira dapat mendengarnya dengan jelas.Mira mendekat ke arah Mamanya Mila dan memeluknya, Mira Membawa tubuh renta itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap punggungnya dengan pelan."Kalau begitu kami pamit terbih dahulu," pamit dokter itu, setelah kepergian dokter kami semua masuk ke dalam ruangan Mila.Tubuh kaku Mila sudah tertutup dengan kain putih tipis, Mama Mila melepaskan dirinya dari Mira dan berlari menuju brangkar dan menangis disana.Jam satu lebih Adik dan Kakak dari Mamanya Mila mulai berdatangan, karena merasa sudah tidak dibutuhkan kembali Mira dan Adelio pamit.Saat kaki ingin melangkah keluar dsri rumah sakit, suara Nyonya Kim menghentikan langkah Mira, Nyonya Kim berlari ke arah Mira."Mira tunggu," ucap Nyonya Kim kemudian memeluk tubuh Mira."Maafkan Mami sayang, seharusnya Mami tidak melakukan ini s
Kemudian Adelio mengajak Mira untuk duduk dikursi tunggu, meninggalkan Nyonya Kim yang terdiam mematung.Nyonya Kim merasa kalah berdebad dengan anaknya, apa benar yang dikatakan anaknya bahwa dirinyalah yang ikut adil dalam kecelakaan Mila kali ini, tapi sifatnya yang tidak mau kalah lebih besar jadi Nyonya Kim ini semua terjadi karena menantunya.Semua yang ada disana hanya diam menunggu dokter keluar dari ruangan IGD, Adelio melihat jam dipergelangan tangannya menunjukkan jam sebelas malam, Adelio pamit untuk menelepon rumah takut Azmar terbangun."Halo Mbak, Azmar tidak menanyakan kami kan?" tanya Adelio saat teleponnya sudah tersambung."Tidak Pak, malah belum bangun si dede Azmar," jawab Mbak Tika diseberang sana.Setelah mengentahui semua baik-baik saja Adelio mematikan sambungan teleponnya, dan kembali ke depan ruangan IGDJam setengah dua belas terdengar derap langkah yang menunu ke depan ruangan, saat Mira melihat ke ar
Mira tidak dapat mendengar suara Maminya tapi satu hal yang membuat dirinya terkejut saat Adelio berkata dengan nada keras, kecelakaan."Kamu darimana saja Adelio, kenapa kamu baru angkat telepon Mami, cepat datang ke jalan Y, Si Mila kecelakaan dia menabrak pembatas jalan," ucap Mami diseberang sana."Hah kecelakaan, ya sudah nanti Adelio akan datang kesana," jawab Adelio kemudian mematikan sambungan teleponnya."Kenapa bisa kecelakaan," gumam Adelio."Siapa Mas yang kecelakaan?" tanya Mira dengan nada panik."Si Mila gadis yang kemarin dikenalkan ke Mas, dan Mami menyuruh Mas untuk datang ke tkp," ujar Adelio."Nanti aku akan mengantar kalian ke rumah terlebih dahulu, setelah itu Mas akan pergi kesana," lanjut Adelio."Tidak aku juga akan ikut kesana," ucap Mira, dirinya merasa tidak rela suaminya pergi menemui seorang yang pernah dikenalkan untuk menjadi istri kedua."Kamu capet Dek, lebih baik kamu d
Melihat Mira sudah tertawa membuat hati Adelio merasa lega, berarti Mira sudah tidak sedih lagi dengan kejadian semalam, Adelio ikut tertawa dan memeluk tubuh Azmar.Saat mereka berpelukan aroma masakan gosong masuk ke indera penciuman, Mira langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke arah kuali yang berisi telor yang sudah berwarna hitam."Ya ampun ini siapa yang masak?" tanya Mira dengan mematikan kompor dan meletakkan kuali panas itu diwetafel."Maaf Dek, Mas ngga lupa hehe," jawab Adelio dengan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal."Lebih baik kalian pergi ke meja makan saja, biar Mama yang buat sarapannya," perintah Mira.Setelah itu Mira membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adelio, tidak membutuhkan waktu lama nasi goreng spedial dengan telor dadar di atasnya sudah jadi, Mira membawa tiga piring dan mulai mengambilkan nasi goreng untuk Adelio dan Azmar.Mereka sarapan dengan diam hanya ada suara deting
kemudian Adelio berbalik menghadap ke Mira dan melihat istrinya sedang mengusap air matanya, Adelio berlari dan langsung memeluk tubuh Mira, Nyonya Kim terlihat emosi begitu juga dengan Mila yang wajahnya memerah karena marah.Mila merasa sangat sakit dirinya dibilang murahan oleh pria yang dirinya cintai, dan dia bicara di depan istrinya dan juga Mamanya.Mila tanpa pamit langsung berlari keluar dari rumah Tuan Kim dan mengeluarkan kunci mobil dari dalam tas, dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sedangkan Adelio setelag merasa Mira mulai tenang langsung mengajaknya keluar dari rumah Maminya, begitu juga dengan Azmar, mereka sampai di rumah jam setengah sebelas malam."Mbak tolong tidurkan Azmar di kamarnya ya," perintah Adelio karena sejak tadi Mira hanya terdiam dan masuk ke dalam kamarnya.Sebelum dikunci Adelio masuk ke dalam kamar dan memeluk kembali tubuh Mira, Mira tidak menolak karena ini yang dirinya inginkan saat ini.