Moonwood sudah memasuki musim gugur. Dedaunan kering berserakan di beberapa sisi bahu jalan. Kehangatan musim panas telah memudar, berganti dengan semilir angin yang terasa dingin ketika bersentuhan dengan permukaan kulit.
Satu bulan lebih Malia masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang panjang, di salah satu ruangan VVIP Moonwood Premier Hospital.Semua anggota Keluarga Argent menunggu kesembuhan Malia dengan sabar, setiap hari mereka bergantian menjaga Malia, kecuali Loui. Sejak hari itu, si sulung tak lagi menginjakkan kedua kakinya di ruangan tersebut. Ia benar-benar menuruti perintah sang adik, untuk tidak menemani Malia.Dari sudut pandang Luca, Loui tak pantas untuk memberikan segala macam perhatian bahkan bersikap baik pada Malia.Segala kebaikan Loui hanya akan menyakiti —melukai perasaan Malia. Sebab, Malia selalu dipandang salah mengartikan segala macam kebaikan dan perhatian yang diberikan sulung Argent.Meski faktanya, secara prib"Kau menyetujui penawaran Lyla, untuk mengawetkan, bahkan membuatnya tampak utuh seperti saat mereka masih hidup." Loui menyeringai tipis, netranya berhasil menangkap keterkejutan yang nampak di wajah Lyla."Sang Alpha, akan sangat marah jika tahu tentang hal ini. Dan hubungan dekat kalian adalah taruhannya." jelas Loui provokatif.Lyla menggeleng sembari mengangkat telapak tangan kanannya ke hadapan Loui, meminta pemuda tersebut untuk berhenti mengatakan apa yang bisa dilihatnya saat itu tentang kejadian yang akan datang."Baiklah, Argent. Aku akan membantumu." tutur Lyla setuju.Tanpa bertanya tentang bantuan apa yang Loui inginkan darinya, ia langsung menyetujuinya, seperti yang dilakukannya dulu pada Irina. Bedanya, ia tak merasakan aura gelap saat Loui berbicara padanya, sejak di dalam Rumah Sakit tadi."Apa yang bisa kulakukan untukmu, Argent?" tanya Lyla sekali lagi.Loui sedikit membungkuk, lantas mengunci tatapannya pada gadis di hadapannya. "S
Tak jauh dari tempat di mana Lyla dan Loui berdiskusi, juga Leona dan Luca mengobrol dengan begitu seru, Skarsgard bersaudara memperhatikan dua kubu tersebut dengan tatapan menyelidik. Mencari tahu apa yang tengah mereka berempat bicarakan.Tak ada yang berbicara, ketiganya sibuk memasang mata dan telinga masing-masing, memperhatikan juga mendengarkan segala percakapan yang tengah berjalan di depan sana.Damien menggeleng lalu berdecak setelah berhasil menangkap seluruh isi percakapan antara Leona dan saudara kecilnya, Luca. Ia menjadi satu-satunya yang bereaksi saat sebelumnya bergabung dalam keheningan yang memang sengaja mereka ciptakan."Mendatangi sang Alpha katanya? Kau benar-benar sesuai dugaanku, Leo. Masih menempel pada makhluk bau itu." monolog Damien geram.Ia mengakhiri rentetan kalimatnya dengan tawa getir, kesal sebab gadis yang masih dicintainya tetap berinteraksi bahkan berhubungan dekat dengan musuh terbesarnya. Werewolf, terutama Keluarga Cooper
"Seberapa parah luka para tetua?" tanya Archie pada para serigala yang mengelilinginya.Semuanya tampak bingung melihat wujud baru pada Archie. Bulunya tampak begitu kontras, berbeda dengan serigala lain, termasuk Gabe. Hanya Archie yang memiliki bulu putih bersih, sementara yang lain memiliki warna bulu yang gelap seperti serigala hutan pada umumnya."Kau benar-benar berevolusi menjadi Hybrid, Adams." ucap si serigala berbulu hitam legam saat manik kuningnya berhasil memindai semua aspek yang ada pada tubuh sang Hybrid."Ya... Meski menyebalkan karena berbeda dari kalian semua, aku merasa sedikit senang karena buluku terlihat jauh lebih bersih dari sang Alpha." Archie berbangga diri; menutupi rasa sesak yang hampir menyelemutinya setiap waktu.Memang benar yang Archie katakan, bulunya kini berwarna putih seperti salju, terlihat jauh lebih bersih dari bulu abu-abu milik sang Alpha yang terkadang tampak seperti warna silver.Konon katanya, bulu milik sang Alp
Setelah mendapat persetujuan dari para werewolf termasuk Archie dan Gabe, Luca mengekori para serigala berbulu legam, sementara Leona bersama sang Beta dan Hybrid memilih untuk pergi ke tempat Leona biasa menghabiskan waktunya setelah berburu bersama sang Alpha. Selain berniat mengawal kepulangan Leona, mereka ingin bermain sebentar sebelum kembali bertugas di perbatasan."Jadi, kabin inilah yang menjadi saksi bisu segala kemesraan yang kau dan Ash buat setiap kali selesai berburu?" ledek Archie sarkas.Tawa Gabe meledak mendengar ejekan sarkas yang dibuat Archie, serta manik ruby Leona yang kembali menyala karena kesal diledek seperti itu oleh sang Hybrid."Kau benar-benar tak bisa membiarkanku bernapas lega, huh?" Leona mengunci leher Archie dengan sebelah tangan sembari menatapnya nyalang. Archie terkekeh mendengar Leona menggerutu —memprotes ledekannya. "Wah! Jika Ash di sini, dia pasti senang melihatmu banyak bicara seperti ini." kilahnya.Leona
"Halo, semuanya! Apa kabar?" sapa Archie pada seluruh anak di bangsal nomer 18 saat dirinya berhasil memijakkan kedua kakinya di ambang pintu otomatis ruangan tersebut.Tak ada yang menyambut sapaannya, bahkan seluruh anak di ruangan itu menatap Archie dengan bingung bercampur heran, sebab itu adalah kali pertama bagi mereka lihat sosok Archie."Ha— hai, semuanya! Aku Archie, sementara aku akan menggantikan orang yang biasanya bermain bersama kalian di sini. Mohon kerja samanya, ya?" ucap Archie panjang lebar.Ia memasang senyum hangatnya sembari membawa tungkainya menyisir seluruh bed sambil mengangkat tangan kanannya ke hadapan satu persatu penghuni ruangan.Satu persatu dari mereka menyambut usaha Archie dengan memberikan high five dan membalas senyum hangatnya. Sang Hybrid sontak bersorak ketika merasa bahwa dirinya sudah diterima dengan baik oleh para penghuni bangsal 18."Jadi... Apa kabar kalian hari ini?" Archie menatap satu persatu pengh
Saat semua orang memilih pergi: Damien membawa Leona bersama Luca ke suatu tempat, Loui yang telah menuntaskan urusannya dengan Lyla pun pergi meninggalkan rumah sakit, Irina memilih tinggal saat Lucien mengajaknya pulang.Berbekal sebuah buku cerita bergambar di tangan kirinya, Irina melenggang masuk —membawa sepasang tungkainya menelusuri satu persatu lorong gedung bercat putih itu.Langkahnya terhenti ketika seorang anak laki-laki bersurai orange menepuk lengan kirinya, lantas tersenyum hangat ketika dirinya menoleh —menangkap keberadaan anak tersebut."Hai?" sapa anak laki-laki itu hangat.Irina tersenyum asimestris membalas senyum hangat bocah laki-laki yang tengah menatapnya dengan kepala terdongak dan mata berbinar. "Oh, hai? Dave?" Irina membalas sapaan sang anak.Manik abu-abu bocah lelaki itu membola takjub mendengar Irina menyebut namanya bahkan ketika ia belum sempat memperkenalkan dirinya secara langsung."Woah! Keren! Kau tahu
Si sulung Argent membuka katup mulutnya, lalu berkata, "Berhenti sekarang juga, Irina. Atau —""Kau akan memberikanku nerakamu, Loui?" tantang Irina.Loui berkacak pinggang dengan kesal. Ia menyempatkan diri menatap Malia sesaat sembari mendesah pasrah, lantas menjawab, "Aku tak akan memberikan lagi cintaku padamu, Irina."Netra bulat Archie membola, benar-benar terkejut mendengar pernyataan mengejutkan dari si suung Argent. Yang ada dalam pikiran sang Hybrid saat itu adalah, nagaimana bisa Loui mengatakan hal semacam itu? Bukankah Loui hanya menyukai Malia, dan hanya akan memberikan hatinya pada sang gadis meski dirinya tak bisa terang-terangan mengatakan —menunjukannya langsung, tapi dari sudut pandang Archie, sebagai sesama pria yang juga menyukai Malia, apa yang selama ini Loui tunjukan sudah sangat jelas.Segala perlakuan bahkan tutur kata lembut Loui tampak lain dengan segala sikap baiknya sebagai lelaki di hadapan Malia juga Leona dan Ibunya.
Sesaat Malia termenung, mengingat kembali beberapa hal yang dimimpikannya ketika ia berada dalam tidur panjangnya. Beberapa detik kemudian gadis itu termenung saat mengingat salah satu kejadian yang terasa begitu nyata dalam alam bawah sadarnya. Ia membawa kembali dirinya ke sana bersama Loui yang menjadi sang pemeran utama tentunya.***Saat itu ia tengah begitu sibuk menyalakan api unggun di depan caravan putih yang berdiri kokoh di balik punggungnya. Namun, meski begitu, rungunya bisa mendengar suara langkah saling bersahutan —mendekat.Sang gadis mengulas senyum manisnya ketika tak lagi mendengar suara derap langkah. Melalui ekor matanya ia berhasil menangkap sosok pria tinggi dengan bahu lebar dan kulit pucatnya tengah berdiri mematung, memandanginya tanpa ekspresi apapun dari kejauhan."Loui!" pekiknya riang.Gadis itu akhirnya memberanika diri mengangkat kepala, lantas melemparkan tatapan tajamnya pada Loui yang masih asyik memandangi