Setelah mendapat persetujuan dari para werewolf termasuk Archie dan Gabe, Luca mengekori para serigala berbulu legam, sementara Leona bersama sang Beta dan Hybrid memilih untuk pergi ke tempat Leona biasa menghabiskan waktunya setelah berburu bersama sang Alpha. Selain berniat mengawal kepulangan Leona, mereka ingin bermain sebentar sebelum kembali bertugas di perbatasan.
"Jadi, kabin inilah yang menjadi saksi bisu segala kemesraan yang kau dan Ash buat setiap kali selesai berburu?" ledek Archie sarkas.Tawa Gabe meledak mendengar ejekan sarkas yang dibuat Archie, serta manik ruby Leona yang kembali menyala karena kesal diledek seperti itu oleh sang Hybrid."Kau benar-benar tak bisa membiarkanku bernapas lega, huh?" Leona mengunci leher Archie dengan sebelah tangan sembari menatapnya nyalang.Archie terkekeh mendengar Leona menggerutu —memprotes ledekannya. "Wah! Jika Ash di sini, dia pasti senang melihatmu banyak bicara seperti ini." kilahnya.Leona"Halo, semuanya! Apa kabar?" sapa Archie pada seluruh anak di bangsal nomer 18 saat dirinya berhasil memijakkan kedua kakinya di ambang pintu otomatis ruangan tersebut.Tak ada yang menyambut sapaannya, bahkan seluruh anak di ruangan itu menatap Archie dengan bingung bercampur heran, sebab itu adalah kali pertama bagi mereka lihat sosok Archie."Ha— hai, semuanya! Aku Archie, sementara aku akan menggantikan orang yang biasanya bermain bersama kalian di sini. Mohon kerja samanya, ya?" ucap Archie panjang lebar.Ia memasang senyum hangatnya sembari membawa tungkainya menyisir seluruh bed sambil mengangkat tangan kanannya ke hadapan satu persatu penghuni ruangan.Satu persatu dari mereka menyambut usaha Archie dengan memberikan high five dan membalas senyum hangatnya. Sang Hybrid sontak bersorak ketika merasa bahwa dirinya sudah diterima dengan baik oleh para penghuni bangsal 18."Jadi... Apa kabar kalian hari ini?" Archie menatap satu persatu pengh
Saat semua orang memilih pergi: Damien membawa Leona bersama Luca ke suatu tempat, Loui yang telah menuntaskan urusannya dengan Lyla pun pergi meninggalkan rumah sakit, Irina memilih tinggal saat Lucien mengajaknya pulang.Berbekal sebuah buku cerita bergambar di tangan kirinya, Irina melenggang masuk —membawa sepasang tungkainya menelusuri satu persatu lorong gedung bercat putih itu.Langkahnya terhenti ketika seorang anak laki-laki bersurai orange menepuk lengan kirinya, lantas tersenyum hangat ketika dirinya menoleh —menangkap keberadaan anak tersebut."Hai?" sapa anak laki-laki itu hangat.Irina tersenyum asimestris membalas senyum hangat bocah laki-laki yang tengah menatapnya dengan kepala terdongak dan mata berbinar. "Oh, hai? Dave?" Irina membalas sapaan sang anak.Manik abu-abu bocah lelaki itu membola takjub mendengar Irina menyebut namanya bahkan ketika ia belum sempat memperkenalkan dirinya secara langsung."Woah! Keren! Kau tahu
Si sulung Argent membuka katup mulutnya, lalu berkata, "Berhenti sekarang juga, Irina. Atau —""Kau akan memberikanku nerakamu, Loui?" tantang Irina.Loui berkacak pinggang dengan kesal. Ia menyempatkan diri menatap Malia sesaat sembari mendesah pasrah, lantas menjawab, "Aku tak akan memberikan lagi cintaku padamu, Irina."Netra bulat Archie membola, benar-benar terkejut mendengar pernyataan mengejutkan dari si suung Argent. Yang ada dalam pikiran sang Hybrid saat itu adalah, nagaimana bisa Loui mengatakan hal semacam itu? Bukankah Loui hanya menyukai Malia, dan hanya akan memberikan hatinya pada sang gadis meski dirinya tak bisa terang-terangan mengatakan —menunjukannya langsung, tapi dari sudut pandang Archie, sebagai sesama pria yang juga menyukai Malia, apa yang selama ini Loui tunjukan sudah sangat jelas.Segala perlakuan bahkan tutur kata lembut Loui tampak lain dengan segala sikap baiknya sebagai lelaki di hadapan Malia juga Leona dan Ibunya.
Sesaat Malia termenung, mengingat kembali beberapa hal yang dimimpikannya ketika ia berada dalam tidur panjangnya. Beberapa detik kemudian gadis itu termenung saat mengingat salah satu kejadian yang terasa begitu nyata dalam alam bawah sadarnya. Ia membawa kembali dirinya ke sana bersama Loui yang menjadi sang pemeran utama tentunya.***Saat itu ia tengah begitu sibuk menyalakan api unggun di depan caravan putih yang berdiri kokoh di balik punggungnya. Namun, meski begitu, rungunya bisa mendengar suara langkah saling bersahutan —mendekat.Sang gadis mengulas senyum manisnya ketika tak lagi mendengar suara derap langkah. Melalui ekor matanya ia berhasil menangkap sosok pria tinggi dengan bahu lebar dan kulit pucatnya tengah berdiri mematung, memandanginya tanpa ekspresi apapun dari kejauhan."Loui!" pekiknya riang.Gadis itu akhirnya memberanika diri mengangkat kepala, lantas melemparkan tatapan tajamnya pada Loui yang masih asyik memandangi
"Malia?"Suara baritone ganda yang begitu dikenalnya menguar, menyapu segala keheningan yang hampir menjalar menguasai malam.Buru-buru Malia membuka matanya dan memandangi dua pria di hadapannya yang tengah mengulurkan tangan kanan masing-masing ke hadapannya: Archie yang sudah kembali ke tubuh manusianya, dan Loui tentu saja."Maaf," ujar Malia lirih.Gadis itu mengabaikan kedua tangan yang terulur ke hadapannya. Dengan sigap ia bangkit lantas berjalan melewati Loui dan Archie."Aku rasa aku bisa sendiri," tutup Malia sebelum akhirnya gadis itu berlari mengejar seseorang di depan sana.Loui dan Archie memutar tubuh masing-masing, berhadapan —saling menatap dengan ekspresi yang sulit ditebak artinya."We good, right?" tanya Loui pada Archie yang kedua tangannya tampak begitu sibuk merapihkan kerah kemeja yang dipakainya."Yah. Of course, but —" Archie sengaja menjeda kalimatnya.Salah satu sudut bibir Archie terangkat naik, m
Esoknya, di sela-sela jam kosong Malia bergabung bersama Gabe dan Archie saat Leona memilih untuk menemani Ash belajar di Study Center. Gadis itu masih tampak murung seperti beberapa minggu ke belakang, namun siang itu ia memilih untuk tak memikirkan segala hal tentang Loui.Yang Malia pikirkan saat itu adalah ucapannya yang terdengar tak pantas yang ia katakan pada Luca secara spontan tadi malam. Luca pasti sangat terluka karenanya. Tidak, bukan hanya Luca. Tapi, semua orang akan merasa tersakiti ketika apa yang ia ungkapkan dianggap sebagai omong kosong —tak lebih dari itu.Gadis itu terus termenung —melamun dan mengingat kembali apa yang terjadi semalam antara dirinya dan Luca.***"Aku mencintaimu, Malia." Luca mengusap wajahnya dengan sapuan kasar sembari membuang napas beratnya. "Bukan hanya aku yang egois di sini. Kau juga, Malia. Kau —""Cukup, Luca." Malia kembali mengacungkan sebelah tangan dengan telapaknya yang terbuka
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men
Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah
Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu
Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat
CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san
"Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l
"I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis