"Aku tahu, kau juga mencintaiku, Loui. Setidaknya —"
Malia menjeda kalimatnya. Dengan sigap iya menyapu sudut mata kanannya yang hampir basah oleh cairan bening yang hendak turun tanpa permisi.Sepersekian detik berikutnya gadis yang dengan berani duduk di pangkuan Loui itu kembali meneggakkan kepalanya, menatap lurus ke dalam manik legam milik Loui."Setidaknya, ucapkan satu kali saja." lirih Malia.Lima detik kemudian, setelah berhasil menghela napas gusarnya, Loui mengulurkan kedua tangannya –mencakup kedua pipi tembam Malia sembari menatapnya dalam."Aku menci—"Belum sempat Loui menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara klakson dengan irama panjang, bersamaan dengan itu mobil yang mereka tumpangi saat itu terdorong dari arah belakang –berguncang hebat.Malia yang kala itu berada di pangkuannya pun tertolak ke depan –menerobos kaca depan. Loui hendak menarik sang gadis, namun untuk pertama kali dalam seumur hidupny"Ash?" panggil Leona sekali lagi."Hm? Ya, Leona?"Leona menyempatkan diri mendongak, menatap wajah sang Alpha yang tengah memeluknya, lalu berkata, "Jika aku melakukan sebuah kesalahan yang berdampak besar pada semua orang, termasuk kau dan keluargaku, apakah kau memaafkan kesalahan itu?"Hening sesaat. Ash merenung —menimbang isi kalimat yang Leona ucapkan, serta memikirkan kata-kata macam apa yang pantas untuk ia ucapkan sebagai jawaban atas pertanyaan Leona. Ia tak ingin memberikan jawaban yang bisa menyakiti hati Leona, dan di sisi lain, ia memberikan jawaban realistis sesuai dengan apa yang saat itu terlintas dalam benaknya.Tak kunjung mendapatkan jawaban, tatapan Leona yang semula tampak begitu lurus, berubah sendu —terluka. Ia tahu diri, kesalahan besar memang tidak pantas untuk mendapatkan tempat pengampunan. Maka, di beberapa detik berikutnya, Leona kembali menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya."Maaf, aku bertan
Saat hampir seluruh anggota Keluarga Argent memutuskan untuk menginterogasi adik perempuannya, Leona. Loui memilih untuk meminta bantuan sang Dokter, Erin, untuk menemui –melihat langsung keadaan Malia saat ini di ruangan ICU.Ia agak kesulitan untuk meminta ijin dari Erin pada awalnya, bahkan saat ia berusaha mengontrol pikiran Erin, ia tak berhasil melakukannya. Janda Cooper itu benar-benar tak bisa dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya.Beruntungnya, hati Erin tergerak dengan sendirinya hingga akhirnya Erin memberinya ijin untuk masuk ke ruangan ICU, menemui dan mengecek keadaan sang pujaan hati.Dengan berbekal syarat 30 menit waktu kunjungan, Loui tak ingin menyia-nyiakannya. Ia setuju memakai pakaian medis lengkap seperti: masker dan lain sebagainya, saat ia masuk ke dalam ruangan khusus tersebut.Terdengar bunyi-bunyian dari berbagai macam alat medis yang terpasang –terhubung ke beberapa bagian tubuh Malia.Hampir seluruh bagian kepa
Leona memutuskan membawa Loui ke kota lain. Kota yang benar-benar normal, jauh dari makhluk supranatural apapun, seperti mereka. Kota tersebut terlihat lebih modern, meski sentuhan klasik dari beberapa sudut kota tersebut masih terlihat dan terasa.Langit telah berubah warna, hitam legam tanpa bulan juga bintang.Kedua kakak beradik Argent itu memilih untuk duduk santai di hamparan rumput di sisi danau, tak jauh dari pusat keramaian kota tersebut."Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Loui tanpa basa-basi, to the point –langsung ke inti.Leona menoleh ke sisi kirinya sesaat, membalas tatapan penuh tanya dari saudaranya, lalu kembali memandangi danau di depan sana."Kau merahasiakan sesuatu dari kami semua, kan, Loui?" tebak Leona.Gadis itu menghela napas panjangnya sebelum akhirnya kembali bersuara."Aku juga merahasiakan sesuatu darimu dan yang lainnya." sambung Leona lirih.Mendengar pengakuan mengejutkan itu, Loui memutar ke palanya
Siang itu, demi mengisi kekosongan, Ash dan Archie mengisi jam kosong mereka dengan menemani Gabe berlatih seorang diri di lapangan basket indoor milik Universitas. Namun tiba-tiba sekelompok remaja puteri menghampiri ketiganya –bersikap sok akrab pada mereka, bahkan di berbagai kesempatan mereka menggoda Ash.Sayangnya aksi mereka tak mampu bertahan lama, sebab Leona tiba di lokasi tersebut beberapa menit setelahnya.Gadis Argent itu menghampiri mereka, bahkan terang-terangan memberi kecupan hangat di pipi kanan Ash sebagai sapaan. Tindakan tersebut berhasil membuat sekelompok gadis itu menundukkan kepala secara serempak –berpamitan dan lari tunggang langgang saat itu juga.Gabe tak bisa menyembunyikan tawanya melihat kejadian langka tersebut, sementara Archie, seperti biasanya ia melemparkan tatapan menggoda –mengejek tindakan spontan yang telah dilakukan satu-satunya gadis vampire yang ada di sana."Wooo hooo! Sepertinya ada yang ketakutan barang kesayangannya diambil
Damien mengangguk sigap, lantas terkekeh mendengar kalimat bernada ancaman milik Leona, lalu berkata, "Baiklah. Tapi aku punya satu permintaan lain, Leo." ucap Damien basa-basi.Dengan raut kesal, Leona merotasikan bola matanya lantas berdecak dan menyuarakan perasaan jengkelnya."Permintaan macam apalagi yang ingin kau ajukan padamu, Damien?" Leona hampir memekik kesal melihat Damien yang tak henti-hentinya mengulas senyum."Kembalilah padaku." sahut Damien sigap. "Tak akan ada lagi ancaman apapun di hidupmu, juga semua anggota keluargamu, jika kau mau kembali padaku."Damien bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Ia benar-benar menginginkan Leona kembali padanya. Terdengar kesungguhan dan ketulusan dalam caranya mengucapkan rentetan kalimat tersebut.Sayangnya, Leona tak lagi memiliki belas kasih dan perhatian yang tersisa untuk Damien. Hanya rasa benci dan amarah yang hampir membuncah setiap ia melihat wajah licik Damien. Memuakkan.Maka, tanpa menunggu
Siapapun, kumohon, tolong kami.Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pusing ketika melihat Arc
Siapapun, kumohon, tolong kami.Suara itu terus menerus terngiang –terdengar jelas dalam telinga Archie, sayangnya hanya ia yang mendengar suara tersebut. Suara yang tak begitu asing dalam rungunya.Anehnya, sejak ia bertemu dan melakukan diskusi tertutup dengan semua anggota Keluarga Argent hari itu, satu persatu kemampuan aneh yang dimilikinya bermunculan. Seperti bisa membaca pikiran terdalam dari siapa saja yang tanpa sengaja bersentuhan dengannya, dan sekarang, ia bisa mendengar suara Leona yang entah berasal dari mana.Archie terus menggaruk kepalanya yang tidak gatal setiap kali rungunya mendengar kalimat permintaan tolong dari seorang Leona.Sesekali ia bangkit dari tempat duduknya, menyapu pandangannya ke sekitar, bahkan beberapa kali ia berjalan ke sana ke mari –mencari sosok yang suaranya terdengar begitu jelas dalam pendengarannya. Mungkin saja gadis itu tengah bersembunyi dan ingin bermainnya. Pikir Archie.Gabe yang mulai merasa pus
"KELUARKAN AKU DARI SINI, SIALAN!" pekik Leona.Gadis itu menendangi dinding sempit yang mengilinginya. Ia tak bisa bergerak leluasa, bahkan penerangan di dalam ruangan itu benar-benar gelap. Terlalu gelap. Ia tahu, ia dimasukan ke dalam ruangan penyiksaan yang dimiliki Keluarga Skarsgard. Hanya saja, ia tidak menyangka akan dimasukan ke dalam ruangan sesempit itu.Ruangan tersebut benar-benar sempit. Luas dan tinggi ruangan tersebut tak lebih dari seukuran tubuh juga tinggi badan Leona. Seolah ruangan tersebut telah disiapkan jauh-jauh hari, khusus untuknya.Gadis itu hanya bisa mengguncang tubuh, juga kedua kakinya sebagai usaha untuk menghancurkan ruangan sempit tersebut. Bahkan ia tak memiliki kuasa atas kedua tangannya, dari siku sampai jari terjulur keluar dan diikat kencang oleh logam pipih berwarna silver. "DAMIEN! LEPASKAN AKU!" sekali lagi, Leona meraung meminta untuk dilepaskan dari ruangan sempit tersebut.Gadis itu benar-benar membenci tempat s
Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men
Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah
Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu
Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat
CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san
"Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l
"I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis