SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 20."Vania kami juga mau ikut!""Nggak bisa, ibu ngerepotin aja. Buat apa ikut segala," kataku dengan wajah datar."Ini menyangkut anakku. Aku mau tahu, apa benar dia sudah kawin lagi dan selingkuhannya hamil di luar nikah," ucapnya, aku memberikan senyum tipis kearahnya."Berarti Ibu mengakui kalau Mas Prabu punya selingkuhan. Begitu!" lanjutku, wajahnya langsung kesal."Ini semua gara-gara kamu. Alam bawah sadar ku tiba-tiba saja mengatakan hal itu karena terpengaruh berbagai ucapan mu," katanya membela diri."Oh, kalau Ibu tidak mengakui, ngapain Ibu ikut. Nyusahin aja, kalau pingsan dijalan gimana. Apa si Sila sanggup mengurus Ibu.""Ih, jangan sampai pingsan dong, Bu. Repot nanti. Kita gak usah ikut a
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 21.Bu Arum menggebu-gebu menyampaikan hal itu pada Ibu Marsya. Wajah Ibu nya Marsya terlihat shock. Dia mendadak bingung menerima apa yang dikatakan Bu Arum."Maaf, maksudnya apa ya?" tanya nya memegang dadanya seakan dia baru saja di hantam batu dan terasa nyeri."Apa kurang jelas apa yang kukatakan. Kurang jelas. Ha! Panggil anakmu kesini, aku mau lihat langsung seperti apa pelakor kecil itu!" ucap Bu Arum, dia sangat marah bukankah seharusnya aku yang marah."Bu, Marsya sudah menjadi duri dalam rumah tangga saya. Dia sudah berselingkuh dengan suami saya. Saya tak tahu pasti kapan mereka berselingkuh dan katanya Marsya juga hamil. Perbuatan mereka sudah saya laporkan ke kampus dan sekarang suami saya dan Marsya di nonaktifkan pihak kampus. Marsya dan suami saya berkilah kalau mereka sudah menikah sirri,
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 22."Marsya!" ucap serentak beberapa orang. Marsya tentu merasa terkaget melihat keramaian ada dir rumah orangtuanya. Bola matanya mendelik melihat kami disini."Kalian!" katanya tertahan, Marsya masih bingung mau berbicara apa."Heh. Kamu pelakor kecil yang udah merusak putraku!" Bu Arum mendekat dan dengan kesal menunjuk-nunjuk wajah Marsya."Ibu siapa ya?" tanya nya heran. Ibu dan Bapaknya langsung mendekati putri mereka."Aku, aku Ibunya Prabu. Laki-laki yang udah kamu rusak hidupnya." Sergah Bu Arum gemas pada Marsya. Marsya terdiam meneliti."Bu, jangan sembarangan ngomong. Anakmu juga sudah menghancurkan masa depan putri kami!" ucap Ibunya membela Marsya. Pandangan sengit ditujukan Marsya padaku."K
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 23.Pak Tom roboh dan kami semua panik disana. Pak RT mengusulkan untuk membuka pintu agar para warga bisa menolong Pak Tom. Ibunya Marsya mengguncang-guncang suaminya yang pingsan disana dan Marsya juga terlihat panik."Vania, Binat*ng kamu memang. Semua gara-gara kamu. Kamu pembunuh, kalau Bapak ku mati aku tidak akan mengampuni mu, Pembunuh!" ucapnya mencak-mencak padaku. Beberapa warga yang tadinya berkerumun diluar. Berupaya keras membantu Pak Tom untuk segera dilarikan kerumah sakit. Dan beberapa orang pula memegangi Marsya agar dia tak berbuat diluar batas."Kamu yang binat*ng, Bapak mu seperti ini salah mu sendiri dasar pelakor kecil sial kamu!" balasku tak terima makiannya. Aku tak sampai berpikir akan seperti ini. Ini semua diluar kuasaku. Aku hanya ingin memperingatkan saja agar Marsya sadar dan tidak akan mengulang lagi perbuatannya di kemudia
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 24.PoV PrabuAku tak tahu apakah keputusan ku benar apa salah untuk menikahi Marsya secara sah. Kepalaku rasanya berputar, aku sedang memikirkan rencana agar Vania tidak bersikap sembarangan padaku. Gara-gara dia aku dinonaktifkan dari kampus. Jabatan ku dicopot dan aku juga mungkin terancam dipecat.Masalah demi masalah datang gara-gara Vania terlalu berani padaku. Ini belum selesai sama sekali. Aku akan membuat Vania menyesal karena sudah berani main-main padaku. Sekarang masalah bertambah runyam saja gara-gara dia nekat datang ke rumah orang tua Marsya mengajak Ibuku untuk melabrak mereka disana. Bapak Marsya pingsan dan diagnosa terkena serangan jantung semua karena ulah Vania.Padahal semuanya sudah kondusif. Untuk mengelabui kampus, aku dan Marsya pura-pura menikah siri. Dan dia bersedia serta menganggap sah
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 25.Aku tersenyum puas sekarang. Barang barang Mas Prabu yang ada di meja sudah ku rapikan. Aku sekarang yang memegang jabatan ini. Jabatan ketua jurusan fakultas, dengan berbagai cara aku meyakinkan agar aku berada diposisi ini. Nampaknya Pak Dekan melihat kesungguhan ku, walaupun hanya sementara dan belum final jabatan ini ku pegang namun setidaknya untuk menunjukkan pada Mas Prabu bahwa aku bisa sepertinya.Aku teringat kejadian di warung sate beberapa hari yang lalu. Dimana aku dan jal*ng kecil itu adu mulut dan saling serang serta berakhir dengan kemenangan ku. Aku tak akan biarkan dia mengambil secuil pun yang menjadi hak ku dan anakku. Mas Prabu selama ini pelit sekali membagi nafkah padaku. Uangnya hanya sebagian kecil yang dia berikan padaku dan selebihnya ditelan sendiri dan diberikan pada Ibunya.Betapa susahnya aku dan Fauzan sampa
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 26.Aku bergegas pulang dan dengan kasar ku lajukan mobilku membelah jalanan. Entah apa yang terjadi dengan Mbok Jum. Aku begitu penasaran, sebenarnya Irwan sudah beberapa hari tidak bekerja karena katanya dia mau fokus latihan untuk ikut lagi audisi masuk prajurit TNI. Dengan berat hati aku memperbolehkan dia berhenti bekerja.Akhirnya walau dengan ugal ugalan aku sampai juga di rumah. Setelah dengan kasar ku parkir kan mobilku. Saat hendak masuk aku terpaku melihat sepasang sepatu wanita dan pria. Pikiran buruk langsung melayang-layang. Pasti Mas Prabu yang datang dan mengacak acak rumahku karena dia marah aku mengambil kartu debet nya. Aku mendengkus kesal, salahnya sendiri. Sama Fauzan saja perhitungan dan seolah bayi itu bukan anaknya dan wajar aku melakukan itu karena merasa muak dengan selingkuhannya yang menganggap seakan aku yang merebut suaminya padahal semua itu keba
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 27."Mbak, Rumahnya kok ramai sekali?" kataku melirik Kakak ku yang duduk dibelakang bersama Asih."Entah, mungkin si Prabu mau kawin. Atau si Sila mau dilamar orang," kata Mbak Farah mengedikkan bahunya. Aku mendengkus kesal. Kalau saja j*lang kecil itu gak mencari masalah padaku maka aku tak perlu melabrak kesini. Sepasang perhiasanku hilang. Kalung dan gelang emas ku, dengan jumlah gram yang cukup besar. Masing-masing 25 gram dan emas murni.Aku gak tahu dimana Mas Prabu tinggal setelah ku usir, aku hanya menebak dia tinggal di rumah Ibu nya. Dan benar, rumahnya terlihat ramai. Apakah mereka mengadakan acara besar, entahlah.Aku benar-benar kalap saat si Marsya mengambil perhiasanku. Aku sangat yakin dia mengambilnya. Mbak Farah bersedia menemaniku kesini beserta Auriga. Aku gak tahu mengapa dia mau saja m
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta