Share

194. PEMBOHONG

Author: Sisi suram
last update Last Updated: 2024-12-09 14:56:56

*****

Aku masih merasa lapar dan haus meksi tidak berselera.

Aku masih bernafas bahkan menunjukan senyum yang seakan tak berjiwa.

Aku masih menjalani hariku.

Hanya saja, duniaku tidak lagi sama.

Tidak akan pernah lagi sama!

*

*

*

Aku mengunyah makanan dengan pelan tak perduli pada rasa menusuk yang kurasakan.

Rasa berdenyut yang menyatu dengan perih karena bagian dalam pipi kananku sobek selalu tercipta pada tiap kunyahan. Namum, kuabaikan.

5 hari 6 malam sudah berlalu sejak adikku terbaring tanpa kemungkinan sadar di atas brankar dalam kamar rawat inap yang tidak pernah sepi.

Bukan hanya mas Rendra yang menemaniku, tapi keluarganya juga bapak dan ibu yang datang bersama pak Diman dan mbok Darmi.

Enam hari adalah waktu yang tidak mungkin sebanding dengan 4 tahunku berpisah dengan Santo, bocah yang memilih pergi setelah seorang gadis mati karena benar-benar dilukai.

Tapi, waktu yang hanya sebentar itu, rasa tiap detiknya berlalu begitu lama dan panjang.

Rasa yang kuyakin tidak hanya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • MENJADI ORANG KEDUA   195. BAYANG GELAP ITU

    Tapi, lelaki yang tidak mengatakan apapun setelah ikut melihat apa yang Toro dan Nora tulis dalam chat, terus duduk di sampingku yang menghabiskan puding.Makanan yang terus saja ada di dalam kulkas yang sudah tersedia dalam kamar rawat inap yang pintunya terbuka."Mbak-qu, aku dateng lagi."Memperlihatkan wajah Ares yang menahan pintu untuk wajah-wajah familiar yang langsung menyapa Santo dengan banyak kalimat.Dan masih saja, gadis galak yang begitu menyukai adikku tidak ada diantara mereka.Kenapa?Haruskah aku menerka?Saat aku tahu, bagi Lais, Santo masih jadi pusat hidupnya.********Ping: kita dapat dua nona Runi. (M.K)25 hari 9 jam 34 menit 20 detik.Aku menarik nafasku dalam.Meletakkan ponsel di atas lantai dingin setelah membaca sebaris pesan yang memang selalu kutunggu.Dan akan terus kutunggu selama apapun waktu.Pandangan mataku yang kosong meski aku menatap kedepan, ku pejamkan. Mendengar suara mesin yang memantau detak jantung adikku yang terdengar sama!Bib..

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   196. PERGI ATAU TINGGAL

    "Tinggal satu lagi, Nang."Pelan aku yang bisa merasakan tarikan nafasku terasa sangat berat, berucap.Menyentuh jari Santo yang tidak akan lagi membalasku baik hanya sedikit sentuhan, ataupun senyum yang sangat kurindukan.Bocah besar yang tangannya kusentuh ini tak akan lagi meresponku. Ia hanya akan terus terbaring dengan wajah lelap seolah tidak perduli dengan apa yang terjadi pada dunianya. ***************Ping: kita dapat mereka semua nona runi. M.kAku yang meletakkan ponselku di pinggiran westafel tidak lagi melihat bekas goresan kaca pada jari maupun lengan.Dan saat aku menatap pantulan diri, ujung bibirku yang sobek sudah sembuh bahkan tak meninggalkan bekas sedikitpun, begitupun luka-luka membiru yang sudah lama pudar lalu menghilang.Tidak ada lagi bekas apapun dalam tubuhku yang masih basah setelah mandi.Namun, tak begitu dengan hatiku.Hatiku masih saja sakit begitupun wajahku yang meski tak berubah, bisa melihat seberapa gelap tatapan mataku kini.Rasa-rasa buru

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   197. JUNKY!

    Orang-orang yang datang dengan niat buruk dan membuat adikku terbaring tanpa kemungkinan sadar, sudah ditemukan.Bukan oleh polisi yang sampai detik ini terus mencari tentu. Mengupayakan laporan bahkan tidak disadari tetangga rumah tempatku tinggal.Tapi, oleh orang-orang yang akan melakukan apapun selama aku mau membayar. Mengeluarkan lebaran rupiah untuk tiap perbuatan yang mereka lakukan. Baik atau buruk tidak akan jadi tolak ukur selama uangku mereka terima sebagai pembayaran. Dan aku yang sudah menunggu hari ini datang, melajukan kendaraan dengan kecepatan penuh untuk bertemu para perampok yang sudah menyatroni rumahku. Meski pada kenyataanya aku tahu, mereka semua bukan perampok!Mereka adalah orang-orang yang datang untuk membalaskan sakit hati mereka padaku.Kebenaran yang tidak ingin ku bagi pada siapapun. Meski pada akhirnya aku selamat dan justru adikku yang menjadi korban. Dan bocah yang selalu menjadi alasanku menjalani hari sejak aku membawanya pergi dari rumah kami

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   198. MEREKA BEREMPAT

    "Anda tahu, Nona Runi. Satu orang tidak akan cukup menangani wanita junky yang terus menyumpah serapahkan siapapun dan terus meracau itu."Hembusan nafas kesal, mama Key perlihatkan pada dinding bisu yang juga memperhatikan dalam bisu!"Makanya, saya tidak pernah mau berbisnis satu benda itu, Nona Runi. Obat hanya akan membuat pikiranmu rusak." Ia bahkan menunjuk pelipisnya sendiri, "dan kau tidak akan lagi bisa menikmati hidup yang tak enak. Bahkan lebih pahit dibanding kopiku ini e'. Oh, siapa namanya, Zein?" Tanyanya pada pemuda yang berseder pada tembok."Calista wulan ... semacam itu." Zein mengangkat bahu.Terlihat sekali ia tidak perduli pada wanita yang pertama kali mereka bawa. Tepat beberapa hari setelah perampokan di rumahku terjadi."Oh, tidakkah nama itu terlalu bagus untuk pecandu sepertinya, e'?"Begitu penuh tanya sorot mama Key detik ini. Dan Zein kembali mengangkat bahu."Bahkan saat pertama datang saya ditendangnya begitu keras,"Dan ucapannya mengingatkan diriku pa

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   199. TERKEJUTKAH MEREKA?

    Tentu saja mereka berempat terkejut.Calista, Clara, Dedo bahkan pak Bram yang belum satu hari dibawa ke gedung ini, pupilnya membesar dalam ketidakpercayaan!Wajah-wajah yang selalu kulihat saat menatap pantulan diri di dalam kamar mandi salah satu kamar rawat inap yang jadi tempat adikku terbaring itu, begitu kaget untuk kehadiranku yang namanya disebut mama Key."Al of them is yours, Nona Runi."Panggilan yang membuat keempatnya mengangkat wajah, menaikan pandangan mereka dari beton keras yang jadi tempat kami semua memijak."Silahkan lakukan apa saja yang anda inginkan, Nona Runi."Kalimat Mama Key bahkan tidak mampu membuat tatapan empat pasang mata yang lurus tertuju pada diriku, mengalihkan pandangan.Pun, saat tangan wanita yang menerima bayaran untuk tiap jasanya ini menunjuk meja berisi banyak benda yang bisa melukai siapa saja. Clara, Calista, Dedo dan pak Bram hanya fokus pada diriku."Dan kami sudah menyiapkan segalanya untuk anda, Nona Runi." Ucap wanita yang mata panda

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   200. AMARAHKU

    Aku yang berdiri dari kursi, bisa melihat jadi segelisah apa pak Bram yang tubuhnya sudah babak belur, dipenuhi luka yang bahkan membuat air liur menetes bebas dari mulutnya yang bengkak."Ka-kau tidak mungkin serius kan Runi?"Aku yang sudah berdiri tegak tidak ingin menoleh pada lelaki yang terus memaksa dirinya berucap.Berusaha bangun, tapi percuma.Tubuhnya yang pasti terluka dimana saja, nampak tidak mau diajak kerja sama."Tu-tunggu!" Makin panik pak Bram yang suaranya terdengar tidak jelas bahkan naik turun, entah di bagian mana dalam mulutnya yang terluka."Tunggu! Kumohon, Runi."Dan ia semakin tidak tenang saat aku mengabaikannya. Tidak perduli pada ucapannya!"Jangan pergi, Runi! Kumohon jangan biarkan aku di sini!"Jika tubuh pak Bram tidak sedang babak belur, aku yakin, ia akan bersujud di atas beton yang sedang kami pijaki."Kau tahu aku tidak bersalah, bukan? Ah- tidak! Tidak! Tidak. Aku... aku benar-benar salah. Aku khilaf. Tapi kumohon dengarkan aku Runi."Jika tubuh

    Last Updated : 2024-12-09
  • MENJADI ORANG KEDUA   201. RACUN DUNIA

    "Gue cuma bisa nganter lo sampe sini, Om."Remaja tanggung yang berjalan menunjukan arah itu menoleh pada lelaki gagah yang berjalan mengikuti.Masuk ke dalam gedung yang tampak tidak berpenghuni jika dilihat dari luar.Namun, nyatanya bangunan dengan cat yang sudah pudar dan mengelupas itu menyimpan kehidupan yang suaranya menyusup keluar dari pintu-pintu tertutup yang mereka lewati.Bahkan ada tawa yang terdengar, juga cengkrama dalam canda yang tidak begitu jelas namun nampak menyenangkan."Lo naik aja tangga itu ntar pasti kedengeran suaranya kok."Remaja tanggung yang kakinya berhenti melangkah itu kembali berucap.Sementara lelaki gagah yang berjalan mengikuti, ikut berhenti. Melirik tangga yang ditunjuk."Soalnya bahaya kalo Mama liat gue." Remaja yang di sakunya sudah menyimpan lembaran rupiah itu berucap lagi. "Uang tambahannya gak usah, ini juga cukup. Good luck, ya Om!"Narendra Hadinata mengangguk, tidak lupa mengucapkan terimakasih pada remaja tanggung yang seharusnya mas

    Last Updated : 2024-12-12
  • MENJADI ORANG KEDUA   202. PERIH MENGANGA

    Mata Istrinya yang tak lagi tersenyum itu penuh dengan luka yang tidak mungkin sanggup Rendra ukur setelah mendengar pangkuan Bramujaya, lelaki berumur yang begitu tidak tahu malunya berucap tanpa jeda!"Memang aku yang memukuli adikmu, Runi. Tapi, tidak satupun dari mereka menghentikanku. Mereka bertiga hanya diam, tidak melarang dan hanya melihat bagaimana aku meninju dan menendangi adikmu yang tidak ingin menjauh dan terus memelukmu."Tanpa menarik nafas, Bramujaya terus berucap. Mengulang apa yang sudah ia lakukan pada Santo dengan kalimat yang tidak mungkin Seruni abaikan. Rendra yang hanya mendengar pengakuan Bramujaya bahkan rasanya bisa membayangkan alasan Santo tidak ingin menjauh dari sang kakak, membiarkan tubuhnya yang sedang tidak baik-baik saja dipukuli sampai Bramujaya menyerah sendiri. "Kamu yang mengenal segampang apa emosiku tersulut pasti tahu, sebaik apa pengendalian diriku, bukan?"Kalimat Bramujaya membuat Seruni memejamkan mata.Istrinya yang sedang hamil bes

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • MENJADI ORANG KEDUA   219. SANG WAKTU

    Duniaku tidak akan sama karena aku tidak lagi melihat senyum adikku.Senyum bocah yang tawanya saja mampu membuat hatiku yang beku menghangat, tidak akan bisa kulihat lagi.Tapi, aku tahu kehidupanku akan terus berjalan sebagaimana sang waktu berlalu.Nang, apa kamu bermimpi dalam tidurmu yang panjang tanpa kesempatan bangun ini?Jika iya, adakah mbak dalam mimpimu itu, Nang?****Sudah satu minggu adikku pulang.Rasanya, aku sudah terbiasa dengan kegiatanku di dalam rumah meski gerakanku makin lambat dan mudah lelah.Memasuki bulan terakhir di trisemester ke tiga ini aku jadi sering bergerak, tapi aku tidak bisa bohong jika rasa lelah menghampiri begitu mudah.Meski begitu aku jadi sering berjalan agar kakiku yang cepat pegal tidak bengkak. Setidaknya, itu saran dokter Vian yang di bulan kesembilan ini jadi makin sering ku kunjungi, seminggu dua kali.Aku pun sering meletakkan kakiku lebih tinggi dari posisi jantung. Baik dengan beralas bantal ataupun paha Mas Rendra, lelaki yang su

  • MENJADI ORANG KEDUA   218. IA DAPAT SUAMINYA JUGA

    "Perhatikan tiap langkahmu, karena mungkin aku dan anak-anakku sedang minum kopi di sisi jalan."Wanita hamil yang tubuhnya begitu kurus itu tidak menjawab kalimat wanita bergincu merah yang sorot matanya membuat ia menunduk. Menatapi tanah basah yang masih menyisakan bekas hujan.Hal yang rasanya sudah lama sekali tidak ia lihat. Karena apa yang selalu dilihat matanya setiap kali terbuka, hanyalah beton tebal yang memantulkan teriakannya sendiri."Pergilah."Kepalanya terangkat mendengar kalimat yang begitu ingin ia dengar sejak dibawa paksa orang-orang asing yang membuatnya meronta sekuat tenaga, berteriak sampai suaranya habis, bahkan memohon!Tapi, segala upaya yang ia lakukan sia-sia!Percuma!Karena orang-orang yang membawanya paksa tidak perduli!Lalu mengurungnya sampai gila rasanya!Kebebasannya direnggut. Keinginannya diabaikan. Suaranya sama sekali tidak didengar!Ah, didengar?Jangankan didengar, orang-orang yang membawanya dari tempat sembunyi itu mengurungnya tanpa perd

  • MENJADI ORANG KEDUA   217. ADIKKU

    Bara yang sengaja disulut akhirnya padam, perlahan meninggalkan tubuh kami yang nafasnya mulai teratur meski panas masih merajai.Bermanik-manik keringat berganti dengan senyum juga pelukan hangat diikuti kecupan ringan yang meninggalkan gelitik hangat."Kamu baik-baik saja?" ucap pria yang mendekapku sambil merapikan anak rambutku yang menempel di dahi.Aku hanya mengangguk lalu menempelkan pelipis pada dada bidang mas Rendra yang degubnya masih menyisakan debar keras.Tapi, tatapan Mas Rendra begitu lembut saat mata kami bertemu.Selembut usapan tangannya saat menyentuh bekas luka diantara dadaku lalu turun pada perut.Aku bisa melihat tak hanya bibir mas Rendra saja yang tersenyum tapi juga matanya."Anak-anak ayah, kalian baik-baik saja kan?"Terkadang, wajah cinta begitu sederhana, bukan?Aku hanya cukup membuka mata dan memperhatikan.Mencintai seseorang ... bagai mana rasanya?Aku pernah mempertanyakan kalimat itu pada diri.Dan kurasa, kini aku tahu jawaban dari tanya itu.Mun

  • MENJADI ORANG KEDUA   216. ++

    Mas Rendra yang meminta izin memejamkan matanya untuk sentuhan tanganku.Lelaki gagah yang tidak pernah memaksakan kehendaknya sendiri ini, seolah ingin mengingat bagaimana jemariku terasa di pipinya.Di dalam kamar yang baru kami tiduri lagi, dinding bisu yang katanya memiliki mata seolah bisa melihat bagaimana mas Rendra membiarkan jemariku meraba.Dan udara terasa berubah saat mas Rendra membuka matanya, meraih tanganku yang lalu ia kecupi tanpa kata.Seolah ia ingin berkenalan dengan tiap inci tubuhku yang memalingkan wajah saat Mas Rendra melepas kancing piyamanya satu-persatu, menunjukkan tubuh bagian atasnya setelah ia menjatuhkan atasan piyamanya sembarangan."Kenapa?" tanya pria yang suaranya terdengar makin berat dengan tatapan yang membuatku menelan ludahku sendiri."Runi." panggil lelaki gagah yang sentuhan jemarinya membuat pipiku terasa panas. Menjalar ke seluruh tubuh bahkan ujung jempolku yang tak lagi beralas."Entahlah...," jawabku yang benar-benar merasa tidak bias

  • MENJADI ORANG KEDUA   215. MELEPASKAN

    "Saya sungguh berharap, mereka akan menjadi lebih baik setelah keluar dari rumah nyaman yang memberikan kehidupan baru pada mereka, Nona Runi. Tapi, siapa yang bisa menebak manusia bukan?"Meski aku tahu ada sarkasme dalam kalimatnya, aku tidak membalas. Kecuali, "Mama Key, terimakasih banyak."Tidak ada balas yang kudengar.Setidaknya untuk beberapa detik. Karena setelah sunyi, tawa lepas jadi satu-satunya balasan mama Key yang mungkin tidak menyangka aku akan berterimakasih padanya.Rasanya, aku bahkan bisa melihat penggemar kopi itu menghapus air yang tercipta diantara mata pandanya."Senang berbisnis dengan anda, Nona Runi." Ucap mama Key setelah tawanya berhenti juga tarikan nafas beberapa kali."Secara personal saya sungguh menyukai anda. Bukan karena anda selalu membayar lebih. Tapi entahlah... saya sungguh menyukai anda, Nona Runi... uhuk!"Seolah baru sadar dengan kalimat yang ia ucapkan lalu merasa malu sendiri, mama Key terdehem dan kembali berucap, "saya akan memberi anda

  • MENJADI ORANG KEDUA   214. AMARAH ORANG TUAKU

    Aku tahu pun paham, jika pilihanku yang lengannya sedang mas Rendra usap berpengaruh pada banyak orang, terutama bocah besar yang pipinya sekarang begitu tirus.Bak kulit pembungkus tulang seperti yang bapak katakan.Melihatnya seperti itu setiap hari, tidak mungkin tidak berpengaruh pada jiwa orang tua kami, sepasang pasutri yang mencintai kami seperti anak-anaknya sendiri.Bapak dan ibu, manusia yang membuat adikku tumbuh tanpa merasa berbeda tidak kekurangan apapun, bahkan mendapat cinta tanpa syarat dari keduanya ... 'aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hati mereka merasa setiap melihat Santo.'Tapi, tidak bisa.Aku tidak mampu menuruti pinta mereka.Egoiskah diriku? Tentu saja. Hanya pembohong yang akan mengatakan tidak.Jadi, Nang, izinkan mbak egois ya.Mas Rendra menoleh padaku yang mendekat makin rapat. "Semua akan baik-baik saja, Runi."Tanpa menoleh aku mengeratkan pelukan pada lelaki yang kembali mengusap lenganku. Menarikku dalam pelukan yang tidak meninggalkan

  • MENJADI ORANG KEDUA   213. BALAS BUDI

    Meskipun tidak melihat secara langsung bagaimana Lais kecil menjalani kehidupannya, aku bisa membayangkan jadi setidak percaya apa ia pada manusia lain.Dan balas budi.Nyatanya hal itu menjadi ganjalan bagi gadis yang dijual ayahnya seharga ratusan ribu untuk ganti bermain judi.Lais yang hidup dengan mengenal bisa seburuk apa perlakuan seorang ayah pada putri kandungnya sendiri, tidak mungkin tidak memiliki perasaan semacam itu pada adikku, bocah yang nyatanya mampu membuat Lais tertawa dalam kesal, memberi warna pada hari-hari Lais yang begitu mendengarkan tiap ucapan Santo.Tapi, "apa Santo pernah berkata ia menginginkan balasan untuk apa yang ia lakukan untukmu?"Lais yang menatapku hanya diam, sementara sesenggukannya membuat tanganku yang bebas, terjulur. Mengusap pipi basahnya meski percuma karena airmata Lais terus jatuh.Aku yang tahu Lais paham Santo memang tidak menginginkan balasan apapun darinya, menunjukkan senyum. Senyum yang membuat Lais menjatuhkan kepalanya padaku y

  • MENJADI ORANG KEDUA   212. PUSAT HIDUPNYA

    Aku yang melihat luka dalam mata mas Rendra berbalik, memeluknya erat.Melihatnya menyalahkan diri, menusukkan rasa perih dalam hatiku yang tahu bagaimana perasaan itu terasa.Aku yang selalu menyalahkan diri atas apa yang terjadi pada Santo paham, setidak nyaman apa jiwaku untuk rasa bersalah yang bercokol nyata dalam diri."Jangan meminta maaf, Mas." Rasanya aku ingin mengatakan kalimat itu begitu keras.Tapi, degup jantung mas Rendra yang bahkan mengatakan kalimat sama seolah mengaburkan suaraku yang justru mengecup mas Rendra yang pipinya kutangkup, lalu menatapi wajahnya yang hari ini memperlihatkan banyak ekspresi.Kaget pada perubahanku yang hatinya merasa lebih ringan, cemburu pada Keiro yang hanya kutemui sendiri, tapi yang paling tidak suka kulihat adalah wajahnya kali ini. Wajah saat mas Rendra menyalahkan diri untuk apa yang sudah terjadi.Nang, kita sungguh beruntung bertemu dengan mas Rendra, bukan?Dan mbak harap, meski hanya sedikit Mas Rendra juga merasa beruntung be

  • MENJADI ORANG KEDUA   211. POSESIFNYA

    Disebut apa hubunganku dan Keiro?Entahlah.Aku tidak begitu memikirkan hal itu.Dan kurasa, lelaki yang matanya lurus menatap manik mataku pun berpikir hal sama.Apa Keiro memberi warna pada hari-hariku?Mungkin tidak ataukah iya, entahlah.Karena keberadaan Keiro tidak mempengaruhi bagaimana aku menjalani kehidupan monotonku setelah adikku memilih untuk meninggalkan rumah.Keiro hanya membuatku terbiasa dengan kehadirannya.Dan aku yang masih berdiri di tempatku, memperhatikan Keiro menatapi potret-potret dalam figura yang memang sengaja dipamerkan pada mata siapa saja.Sesekali bibir Keiro tersenyum dan mengangguk. Entah apa yang dipikirkan otak pintarnya itu.Sampai ia yang akhirnya sadar sudah tidak sendirian, berpaling dari potret-potret yang lekat ia pandangi lalu berdiri tegak.Senyum yang kuhafal tercetak setelah ia diam beberapa saat. Sementara suara langkahnya memecah kesunyian yang tercipta.Tanpa kata, Keiro yang menghampiriku langsung memeluk.Rasanya, jika aku tidak sed

DMCA.com Protection Status