Beranda / Romansa / MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG / 69. Janji Yang Harus Dipenuhi

Share

69. Janji Yang Harus Dipenuhi

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-28 11:07:18
Raihan menatap istrinya dengan sangat lekat, dengan sebuah keyakinan yang terlihat dari sorot matanya.

“Kenapa kamu tidak percaya padaku? Dik, percayalah aku tidak akan pernah menerima perjodohan itu.”

Raihan berusaha untuk menularkan sebuah keyakinan pada istrinya yang sekarang terlihat meragu.

“Apa kamu percaya padaku, Dik?”

Pertanyaan Raihan yang tegas, perlahan mampu menepikan keraguan Raya. Untuk sesaat Raya termangu dan menundukkan wajahnya.

Namun ketika Raihan mendekat dan meraih dagunya. Raya tak menolak bahkan ketika Raihan membawa wajahnya terangkat yang membuat tatapan mereka kemudian saling beradu.

“Aku mencintaimu, Dik, sangat mencintaimu.”

Setelah itu Raihan mulai mendekatkan wajahnya hingga kemudian dia mendaratkan sebuah ciuman lembut pada bibir istrinya.

Raya menyambut dengan sepenuh perasaan, dengan hati yang kini tegas bisa merasakan tentang cinta suami yang sedemikian nyata untuknya.

***

“Mbak Raya, aku jadi kelihatan ganteng ya di dalam video it
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Faith
knpa jadi 11,12 sma ida....ini si hanum......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   70. Mantap Untuk Pergi

    “Aku sama sekali tak merasa telah menjanjikan sesuatu sama kamu.”Raihan menegaskan kalimatnya karena lelaki itu merasa tak pernah menjanjikan apapun pada wanita berhijab lebar yang sedang duduk di sebuah batu besar, tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.“Memang secara tidak langsung tapi aku terlanjur menganggapnya sebagai sebuah janji.”Raihan mengernyitkan dahinya semakin tegas, sembari memberikan tatapan yang semakin tajam.Hanum membalas tatapan itu dengan tenang.“Aku sangat ingat ketika kamu mengungkapkan tentang semua harapan dan impian kamu padaku, kamu pernah berucap bahwa kamu tidak akan pernah melupakan siapapun yang sudah mendukungmu, yang mendampingimu selama kamu berproses untuk menempa diri agar kamu memiliki kekuatan untuk mengentaskan desa asal kamu dari kemiskinan dan ketertinggalan. Kamu selalu menegaskan jika kamu adalah sosok yang sangat tahu balas budi.”Hanum mengunggah kata-katanya dengan begitu terang.Raihan menjadi termangu mendengarkan.“Dulu kamu teru

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-29
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   71. Rindu

    Raya tertegun ketika bertemu kembali dengan sang papa. Sosok yang dulu diingatnya sebagai sosok tegap dan begitu sehat, sekarang Raya melihat sosok itu begitu ringkih yang segera menghunuskan kesedihan di dalam hatinya.“Papa ...!”Raya segera menghambur ke dalam pelukan pria paruh baya itu yang sekarang bahkan sedang merentangkan tangannya menunggu sang putri menghambur ke dalam dekapan.“Raya, sayang!” ungkap Andi Fajar menjadi mengharu biru. Dipeluknya dengan sangat erat putri kesayangannya yang sudah sangat dirindukannya itu.“Akhirnya kamu pulang, Nak, maafin papa ya, maafin papa.”Andi terus saja mempertahankan tubuh putrinya ke dalam dekapan.Sementara Raya hanya bisa menangi sesenggukan dengan dada yang terasa begitu sesak.Setelah puas mereka melepas kerinduan, barulah Andi melerai dekapannya demi bisa memindai lebih lekat wajah putri yang dia rindukan.Andi melihat perubahan penampilan sang putri yang menjadi lebih tertutup.Bahkan saat pulang kembali ke rumahnya Raya tetap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-30
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   72. Semakin Membaik

    Raya terpengarah saat melihat notifikasi yang masuk semuanya berasal dari suaminya. Ada begitu banyak panggilan juga pesan-pesan chat yang hanya menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan dari sang suami.Raya segera merasa bersalah. Hati kecilnya tak bisa membenarkan, jika ia terus menerus mengabaikan sang suami.Bahkan terakhir Raya melihat notifikasi yang masuk ke dalam gawainya baru beberapa menit yang lalu. Sementara sekarang bahkan sudah nyaris jam 1 dini hari. Padahal untuk bisa mendapatkan sinyal di desa asal suaminya, mereka harus mendaki bukit di pinggiran desa.Raya segera menduga jika suaminya pasti bertahan di atas bukit itu demi bisa menghubungi dirinya.Mendapati semua yang sedang dilakukan suaminya saat ini demi dapat mengetahui kabar keberadaannya, membuat hati Raya langsung disergap rasa bersalah.Sekarang Raya bahkan tak bisa menahan laju air matanya. Dia merasa telah mengambil keputusan yang salah dengan meninggalkan suaminya begitu saja.“Mas, kenapa kamu nggak pulang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-31
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   73. Semangat Baru

    “Kalau begitu sekarang bilang sama papa, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?”Andi bertanya dengan penuh perhatian.Raya mendengarkan dengan seksama yang membuatnya mulai merenung untuk beberapa saat.Mendapati ekspresi sang putri yang menjadi begitu serius, Andi merasa semakin janggal. Walau di permukaan Andi melihat putrinya masih menyajikan sebuah keceriaan tapi sikap dan gestur tubuh Raya terlalu banyak berubah.Sikap Raya menjadi semakin tertata dan begitu dewasa, walau kemudian Andi juga menangkap ada sebuah kegelisahan di mata putrinya untuk saat ini.“Papa janji sekarang papa nggak akan pernah maksa kamu lagi seperti dulu.”Andi kembali menyesali sikapnya dimana dulu dia merasa sering memaksakan kehendaknya kepada sang putri. Bahkan dia memaksa Raya untuk mengambil jurusan manajemen saat kuliah, alih-alih jurusan seni seperti yang sebenarnya diinginkan Raya. Karena paksaan itu Raya menjadi tak serius saat kuliah bahkan terakhir yang dia tahu Raya malah memutuskan untuk cut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   74. Raya Yang Berbeda

    Langkah Raya langsung tertahan ketika mendengar panggilan dari dosennya.Perlahan dia menoleh ke belakang mendapati sosok pria bertubuh tegap itu sedang meringkas buku-bukunya.Raya mengulas senyumnya ketika sorot mata sang dosen mengarah padanya dengan lugas.“Sungguh sebuah kejutan melihat kamu mengikuti kelasku. Apa kamu sekarang sudah benar-benar berubah?” tanya pria yang memiliki sepasang mata tajam itu dengan sarkas.“Apa kali ini kamu tidak akan meninggalkan kampus lagi dan lebih memilih bersenang-senang dengan dunia kamu yang selalu gemerlap itu?”Raya kembali mendengar tuduhan sarkas yang penuh penghakiman.Untuk sesaat Raya memilih menanggapi dengan pancaran mata yang datar tanpa emosi.Namun respon Raya yang terlalu biasa malah menerbitkan rasa penasaran bagi dosen muda itu, yang membuat pria yang berpotongan rapi itu menelisik semakin lekat pada mahasiswinya yang dirasanya terlalu berbeda, bahkan dengan hijab yang dipakai Raya saat ini malah menampilkan kepribadian seorang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-02
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   75. Pertemuan Tak Sengaja

    Jika bukan karena banyak kebutuhan rumah tangga yang sudah habis, Raya sebenarnya enggan untuk berbelanja.Bahkan setiap malam Raya sudah tak pernah lagi tertarik untuk keluar ke mall, apalagi sampai ke diskotek sebagaimana sebelumnya.Raya lebih suka berdiam diri di rumah untuk mempelajari banyak hal, termasuk juga mengejar ketertinggalannya dalam kuliah setelah nyaris satu tahun setengah dia meninggalkan kampus.Tapi sore ini Raya terpaksa keluar untuk berbelanja di salah satu swalayan terdekat bersama dengan salah seorang ARTnya yang paling senior bernama, Mbak Darsih.“Apalagi ya Mbak yang habis di rumah?” tanya Raya sembari celingukan ke samping memandang pada deretan rak yang berisi aneka merek shampoo.“Detergent cair buat nyuci baju Non.”“Namanya detergent ya buat nyuci baju, Mbak, masak buat nyuci gusi.” Raya menjawab dengan asal, yang tentu saja langsung menerbitkan gelak tawa wanita sederhana di sampingnya, yang dulu memang pernah bekerja pada keluarganya dan kini kembali

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-03
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   76. Semakin Rindu

    “Apa kamu sekarang jatuh miskin, Dania?”Raya menjadi tak bisa menahan rasa ingin tahunya meski sebenarnya dia sudah berusaha untuk tidak terlalu peduli setelah apa yang sudah dia alami dulu.Perlakuan Dania padanya dulu memang begitu menyakitkan. Segala hinaan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh sosok yang dianggapnya sebagai saudara yang baik itu, sangat melukai Raya yang ketika itu sedang hancur dan hidupnya sangat berantakan.Dania malah menggeleng samar, meski kemudian wanita itu menghela nafas panjang.“Ternyata Reno bukan pria yang baik Ray.”Setelah Dania memandang luruh ke arah Raya setelah sebelumnya dia menunduk lesu.“Maaf Ray, karena dulu aku pernah menyakiti kamu, aku merebut Reno dari kamu dengan berbagai cara, karena aku pikir Reno adalah pria yang sempurna. Dia bukan hanya tampan tapi juga kaya raya. Aku nggak tahu kalau ternyata dia pria yang kasar dan suka mukul. Bahkan dia tak pernah peduli dengan bayi kami, sudah beberapa hari ini dia nggak pernah ngasih aku uan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-04
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   77. Dosenku Penolongku

    “Tolong ....”Raya masih saja berteriak meminta tolong.Suasana yang terlalu sepi membuatnya nyaris putus asa meski dia tetap berusaha untuk membebaskan cengkeraman tangan Reno.Raya mulai kesakitan apalagi Reno menyeret tubuhnya yang membuat kakinya bahkan mulai terkilir saat menghentak di atas aspal ketika Reno menariknya paksa.“Tolong, tolong, aku ....”Raya masih saja berteriak yang membuat Reno sangat kesal.“Ray, aku cuma mau mengajakmu bersenang-senang kayak dulu, kenapa kamu nggak mau?”“Lepasin aku Ren, aku nggak mau, aku mau pulang.”Raya terus memberontak.Tapi Reno semakin mencengkeramnya kuat.Hingga detik berikutnya seseorang datang menyergap di depan mereka, hingga Reno menjadi sangat kaget, dan melepaskan lengan Raya begitu saja.“Lepaskan Raya!” sergah sosok itu tegas.Raya terperangah melihat sosok yang sudah menolongnya. Sungguh sangat di luar ekspektasinya.“Pak Darwis?!” ucap Raya tertahan.Raya terkesiap sejenak namun setelah itu dia segera mendekati dosennya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-05

Bab terbaru

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   117. Akhir Yang Bahagia

    Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   116. Undangan Pernikahan

    Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   115. Semakin Mesra

    "Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   114. Keinginan Andi

    "Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   113. Pesta Empat Bulanan

    “Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   112. Kekaguman Tak Terelakkan

    112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   111. Menjadi Penasaran

    111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   110. Drama Tentang Dania

    “Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   109. Kedatangan Zacky

    Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan

DMCA.com Protection Status