Raya terus menelisik setiap gerak-gerik mertuanya yang saat ini sedang membersihkan kandang di belakang rumah. Sementara Raya sendiri asyik mencuci pakaiannya juga pakaian suaminya, sesuatu yang sebelumnya sangat jarang dilakukannya. Tapi saat ini Raya tak mau terus menerus menggantungkan diri pada sang suami yang selama ini selalu tak membiarkan dia melakukan pekerjaan rumah tangga berlebihan.
Setelah apa yang sudah dia temukan sekarang hati Raya dipenuhi rasa penasaran dan dia benar-benar ingin melontarkan banyak pertanyaan pada ibu mertuanya, sosok yang selama ini dilihatnya sangat bersahaja dalam kehidupannya yang berbalut kesederhanaan tapi ternyata mampu membesarkan seorang putra yang begitu hebat.
Lama kelamaan Bu Siti akhirnya menyadari segala tatapan Raya padanya yang membuat wanita paruh baya itu akhirnya mendekat setelah menyelesaikan pekerjaannya.
“Ada apa, Nduk?” tanya wanita yang selalu menutupi
“Duh romantisnya!”Raya segera menarik tangannya saat melihat kedatangan sang ibu mertua yang ternyata bisa juga melontarkan ledekan ringan padahal selama ini sikap perempuan paruh baya itu selalu terkesan hati-hati dan penuh wibawa.“Sampai-sampai kalian nggak mendengar suara adzan.”Raihan ikut menjadi agak tersipu sekarang.“Itu Adi sudah mulai adzan, ayo segera ke mushola sekarang.”Raihan segera bangkit ketika telinganya juga mulai menangkap suara adzan yang dikumandangkan oleh salah satu muridnya yang paling rajin.“Kalau begitu aku mushola sekarang.”Dengan cepat Raihan akhirnya berjalan menuju mushola, untuk menjalankan kewajibannya sebagaimana mestinya.“Aku juga akan ikut menyusul ke mushola, aku mau ambil mukena dulu, Bu.”Raya
Raya segera ikut bangkit ketika suaminya mulai berdiri demi bisa mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Puncak bukit yang lengang yang dipenuhi pohon-pohon Trembesi juga Klampis yang menjulang membuat pandangan mereka tak bisa lepas.Namun suara yang terdengar dari arah bawah bukit membuat Raya langsung menundukkan kepalanya untuk mencari asal suara sampai akhirnya dia melihat sosok Adi yang sedang berlari menaiki bukit dengan sepasang kaki kecilnya.“Itu Adi, Mas,” ucap Raya seraya jarinya menunjuk ke bawah pada sosok bocah lelaki yang bergerak gesit itu.“Sebaiknya kita turun sekarang Dik, kamu sudah mengirim videonya kan?”Raya segera menyahuti dengan anggukan kepalanya dan bergegas mengikuti langkahnya suaminya yang sudah bergerak turun dari puncak bukit.Sebelum Adi sampai di puncak mereka kemudian bertemu dan Raya segera mencec
“Ayo balikkin duitku!” sergah Raya semakin tegas.Melihat Zacky bergeming ragu, Raya segera mendekat sembari berusaha menarik ujung kaos sosok tambun itu.Tapi dengan cepat Zacky berlindung di balik tubuh tegap Raihan yang segera berusaha melerai amarah istrinya sendiri.“Dik, sebaiknya kita bicara baik-baik di rumah.”Raihan terus berusaha membujuk istrinya untuk tidak memperturutkan amarahnya.“Ini sudah hampir maghrib, kita juga harus segera bersiap untuk menuju mushola.”Raya masih bergeming kesal.“Lihatlah baju kamu sekarang kotor semua, kamu harus ganti baju juga.”Kini Raihan semakin mendekati istrinya demi bisa meraih tangan Raya yang sebelumnya masih terkepal erat.Bujukan Raihan akhirnya membuahkan hasil. Raya mulai luluh dan akhirnya bers
Tatapan Raya segera menjadi jengah saat mendapati kedatangan Ida yang terasa sangat mengganggu.Sikap wanita centil itu masih saja sama, tetap berusaha menarik perhatian dari Raihan dengan segala dandanannya yang sangat memancing.Bahkan saat ini wanita muda itu memakai sebuah kaos ketat yang mencetak kemolekan tubuhnya dengan dada yang selalu dibuat membusung, seakan ingin menarik perhatian dari Raihan, yang mana lelaki itu malah semakin mendekatkan dirinya pada sang istri.“Wah kebetulan semua orang ngumpul di sini.”Tanpa diminta Ida sudah masuk ke dalam ruang tengah hingga dia melihat sosok Zacky di sana, sosok asing yang belum pernah dia lihat sebelumnya.“Oh ada tamu to rupanya?’Zacky segera memberikan senyuman ramahnya ketika ida melemparkan selarik senyum juga.Tapi Raya saat ini menjadi terlalu jengah unt
“Jangan pernah menyebut istriku murahan.”Ucapan Raihan yang tegas sontak menarik perhatian semua orang padanya.“Raya bukan perempuan murahan karena dia wanita yang bisa menjaga kehormatannya, yang sudah dia serahkan padaku, suaminya.”Mendengar ucapan Raihan yang lugas, Ida langsung terbeliak. Wanita itu seperti tak menyangka jika Raihan, sosok yang sudah lama diincarnya itu bisa memberikan pembelaan yang sangat tegas seperti itu pada wanita saingannya, yang nyatanya memang sudah menjadi istri sahnya Raihan saat ini.“Akulah lelaki pertama yang mendapatkan keperawanan Raya, jadi jangan pernah menyebut istriku murahan.”Raihan saat ini benar-benar mengunggah amarahnya. Lelaki itu tampak sangat tersinggung.Ida malah menjadi cemas saat melihat sikap tegas saudara sepupunya yang biasanya selalu tampil kalem itu. 
“Aku serius nih Ray, yakin kalau kamu nggak akan balik ke kota?” Kedua mata Raya langsung membeliak ketika mendengar tawaran Zacky yang diucapkannya dengan sungguh-sungguh. Jika dulu tawaran itu terlontar pasti dengan tanpa ragu Raya akan mengiyakan. Namun kini hatinya malah dihingga keraguan, bahkan cenderung untuk terasa berat menerima. Meski wanita muda itu belum mampu memastikan tentang hatinya tapi dia merasa telah memikul tanggung jawab sebagai seorang istri, bahwa dia telah menyerahkan diri pada lelaki yang sudah menikahinya dengan secara sadar tanpa paksaan. Pada akhirnya Raya mengedikkan bahunya dengan datar. Sebuah respon yang langsung ditanggapi pria berpenampilan gemulai itu dengan kekehan kecil. “Apa karena sekarang kamu sudah jatuh cinta sama Mas Ustadz tampan itu?” Zacky kemudian berbisik lirih masih disertai kekehan ringan yang membuat hatiku semakin kesal dibuatnya. “Iya mesti harus itu, kamu sekarang kan istrinya, kalian sudah menikah juga.” Zacky menimpali se
Raya sedikit ternganga ketika mendengar pertanyaan dari sang suami yang dirasanya malah menggelitik hati.“Kenapa sih kamu mendadak nanya gitu?” tanya Raya sembari terkekeh pelan dan malah menelusupkan wajahnya pada dada bidang sang suami yang membuat debaran gelisah di dalam diri Raihan yang sudah sejak tadi menahan dirinya dengan gerakan seduktif sang istri yang selalu saja bisa memancingnya.Tapi setelah itu Raihan yang kembali teringat perbincangan Raya dengan mantan manajernya, langsung kembali mengunggah ekspresi wajah muramnya.“Maaf ya Dik, kalau aku belum bisa memberikan kamu kehidupan yang layak, aku belum bisa membahagiakan kamu.”Raya semakin intens memandang wajah tampan sang suami, masih dengan senyuman di bibir yang kini tersungging semakin lebar.“Kamu kok mendadak melow gini Mas, kenapa sih kamu nganggap aku nggak bahagia?&rdqu
Raya menjadi sangat bahagia karena akhirnya sang suami menerima tawarannya untuk menggunakan uang yang dia miliki.Kini mereka bahu membahu mewujudkan sebuah rencana untuk membangun bisnis pertanian di desa ini, dengan memberdayakan penduduk setempat dan mengajak mereka bekerjasama, namun yang lebih penting lagi adalah untuk membebaskan penduduk dari jeratan rentenir dengan memodali mereka saat akan memulai musim tanam.Raihan sengaja hanya mengajak beberapa penduduk yang dirasanya memiliki tekad kuat untuk tak lagi terlibat dalam hutang riba. Lelaki itu berpikir jika apa yang sudah mereka lakukan ini berhasil, dia yakin akan menarik penduduk lain mengikuti program yang dia rancang ini.Tapi untuk setiap rencana baik, selalu saja akan ada orang yang menghalangi. Untuk saat ini tentu saja Parman yang merasa terusik, berusaha sangat keras untuk menggagalkan apa yang sedang direncanakan oleh keponakannya sendiri itu.
Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan