Amanda sedang memikirkan papanya. Dia sudah menelponnya beberapa kali sejak dua hari yang lalu tapi tidak juga diangkat. Di-chat juga tidak dibalas. Mamanya hanya mengatakan bahwa papanya masih sibuk menyelesaikan urusannya tapi tidak bilang apa-apa selain hal itu.“Sedang mikirin apa?” tanya Wisnu yang menggugah lamunan Amanda. gadis itu sampai sedikit berjingkat karena saking terkejutnya. “Astaga, maaf-maaf, aku mengagetkanmu ya?”“Mas Wisnu, ah!”“Ada apa sih?” tanya Wisnu menatap Amanda dan menelisik apa yang sedang dipikirkan gadis ini.“Tidak apa-apa”“Jangan bohong, kau sedang memikirkan sesuatu. Katakan saja, aku akan membantumu,” ujar Wisnu menarik tangan Amanda dan menggenggamnya.“Tidak usah, Mas. Aku malu selalu membuat repot …” kalimat Amanda terpotong melihat tatapan tak suka Wisnu karena lagi-lagi dirinya selalu keberatan jika Wisnu membantunya.Wisnu dengan gemas meraihnya dan hendak mencium namun Amanda yang sudah belajar menghindari pria ini segera melepaskan diri.W
Wisnu terlihat santai membaca berita dari gawainya sambil menemani Purwa berjemur sebelum pergi ke kantor pagi ini.“Ada masalah apa di kantor? Kenapa Andrian sepagi ini menelponku terkait Bella?” tanya Purwa yang sudah nampak baikan.“Om sudah dengar kan, aku memecat Bella.” ujar Wisnu tanpa mengalihkan perhatiannya dari gawai. Dia sedang menscroll layar untuk membaca berita. “Bagaimanapun juga Adrian ikut andil membesarkan perusahaan, pikirkan perasaannya saat kau memecat Bella”“Prilaku Bella sangat menghawatirkan, Om. Aku yakin Om juga tahu hal itu.” Wisnu meminta orang tua itu tidak terlalu lemah hanya karena sebuah hubungan persahabatannya. “Lagipula aku bisa merekomendasikannya kerja di perusahaan Amerika jika dia mau, mungkin dia bisa berubah di lingkungan baru”Wisnu tentu tidak begitu saja memecat Bella tanpa memberikannya solusi. Dia tahu keluarga Bella sudah tinggal di Amerika beberapa tahun ini. Pindah kerja ke Amerika bisa jadi pilihan yang bagus baginya di samping bis
Bella sudah tampak legowo menerima pemecatan itu karena ayahnya sudah memberitahu bahwa Wisnu memberikan rekomendasi ke perusahaan mitranya di Amerika untuk menerimanya kerja di sana.Tapi tetap saja dia masih ingin memberikan pelajaran untuk dua gadis yang sudah membuatnya kesal itu. Dan bukankah dua gadis itu sepertinya sama-sama menaruh hati pada Wisnu? Bella berpikir hendak mengadu domba mereka saja. Dengan sedikit hasutan maka kedua gadis itu tentu akan saling salah paham. Tidak cuma itu, Wisnu juga akan kena imbasnya.‘Haha! Kena kalian. Biar tahu rasa karna sudah menyinggung seorang Bella!’ “Om, Mama dan saya minta maaf baru bisa mengunjungi Om. Tapi saya senang Om sudah baikan” ujar Bella.“Iya Mas Purwa, saya baru datang dari Amerika semalam, sekalian bantu Bella akan pindahan” Delia, Mama Bella menyahut.“Oh, tentang itu… Wisnu sudah membicarakannya sendiri dengan Adrian bukan?” Purwa merasa tidak enak Delia menyinggung tentang pindahan.“Sudah kok, Om! Its okey, sepertinya
“Bella itu biang gossip, pasti memang dia ke sini untuk hal itu” Amanda menggerutu sendiri mendengar semua yang disampaikan Bella.Tapi, Purwa terdengar sangat antusias dengan wanita itu. Amanda jadi sedih. Dia ingin sekali menelpon Wisnu dan mengkonfirmasi semua yang disampaikan Bella. Ya, setelah ini dia akan langsung menghubunginya.“Amanda?” panggil Bella pada gadis itu yang terlihat muram, mungkin karena dia sudah mendengar semuanya.“Ehem, Amanda…?” panggil Bella lagi dan Amanda baru tersadar ada Bella yang menghampirinya.”Ya ampun, kau pasti melamun ya? aku sudah panggil berkali-kali lho tadi!”“Ada apa?” tanya Amanda tidak ramah.“Duuh galak amat nona perawat satu ini, aku mau pamit nih,” suaranya masih terdengar sangat senang.‘Pulang, pulang saja. Ngapain juga pakai pamit segala? Sok akrab sekali sih dia! Pasti mau manas-manasin lagi!’ batin Amanda.Dan memang benar apa yang dipikirkan Amanda. Bella memang datang padanya untuk tujuan itu.“Dengar besti, aku tahu kau sangat b
Amanda melamun sangat lama sampai tidak mendengar suara ketukan pintu. Saat tersadar, dengan malas dia membuka pintu. “Kunciku ketinggalan, maaf kalau bangunin kamu malam-malam,” ujar Lesti berlalu masuk. Bangunin apaan? Tidur juga belum! Batin Amanda menutup pintu lagi dan memilih duduk di depan TV sambil menyalakannya. “Kamu gak istirahat? Udah malam lho ini?” Lesti yang baru selesai membersihkan dirinya mengingatkan Amanda. “Gak bisa tidur!” “Kenapa?” Lesti merasa temannya itu ada masalah. Jadi disempatkannya untuk menghampirinya sekedar menanyakan apa ada yang terjadi? “Udah gak apa, kamu pasti capek jam segini baru pulang kerja. Tidur sana!” suruh Amanda pada Lesti. “Ada apa sih? aku hafal lho kalau kamu lagi ada masalah.” Lesti tiba-tiba teringat tentang dia yang tak sengaja melihat Wisnu bersama seorang wanita berhijab makan berdua di sebuah restoran. Apakah Amanda juga memikirkan hal yang sama? “Lesti, aku…” Amanda menarik napas dalam, tapi kemudian menggeleng karen
Kantor cabang perusahaan Dinata di Surabaya tiba-tiba heboh karena tanpa pemberitahuan sebelumnya akan kedatangan Presiden Direktur mereka. Asisten Wisnu baru memberitahu rencana kedatangannya begitu sudah sampai di Bandara Juanda. Pihak kantor dengan persiapan seadanya akhirnya bisa menyambut sang Bos Muda bersama dua asistennya, Abim dan Tio. Semua pegawai terpana melihat bos baru mereka ternyata masih sangat muda dan tampan. Namun demikian penampilannya yang rapi dan berwibawa membuatnya sangat kharismatik dan menyedot rasa kagum dan segan. Kedua asistennya pun tampak masih muda menjadikan daya tarik tersendiri saat mendampingi bos mereka. “Selamat datang, Pak Wisnu!” sapa seorang wanita yang merupakan wakil direktur dari kantor cabang itu. “Terima kasih, Bu … ???” Wisnu lupa nama wanita itu. “Naina, pak. Nama saya Naina” Wanita itu menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Oh, anda Wakil Direkturnya Pak Bob ya? Senang bertemu dengan anda!” Wisnu menjabat tangan Naina. “Apa
Purwa sedang diperiksa Dokter Rasyid. Kondisinya berangsur-angsur membaik dengan signifikan.“Aku sudah jarang merasakan kebas di tangan dan kaki, kepalaku juga jarang sakit lagi, dan tubuhku terasa bugar sekali, Dok!” ucap Purwa melaporkan apa yang dirasakannya pada dokter keluarganya itu.“Itu karena Bapak mau mengikuti pola diet sesuai program Amanda, jadi asupan yang masuk ke tubuh Bapak benar-benar membantu untuk cepat sembuh.”Amanda selalu mengkoordinasikan menu diet Purwa padanya dan gadis itu memang luar biasa sekali bisa membuat sang tuan besar yang selalu menolak aturan pengobatan menjadi patuh dan mengikuti apa yang diaturnya. Tentu saja pria ini cepat sekali pulihnya.“Bapak tampak lebih segar dan berseri-seri, kan Dok?” Ujang ikutan mengomentari tuannya.“Benar, Bapak malah kelihatan seperti anak muda lagi!” kelakar Rasyid.“Haha, Dokter bisa saja! tapi memang benar, berat badanku turun 10 kg tanpa terasa kalau aku sedang diet!” Purwa bangga dengan pencapaiannya. Dia men
Amanda segera menenangkan dirinya karena harus balik untuk menyiapkan obat Purwa. ini jam minum obat.Saat menyiapkan obat itu hatinya meradang lagi teringat pandangan merendahkan Annisa padanya. Yah, dirinya memang hanya perawat di sini!“Apa tanganmu ada yang terluka?” tanya Purwa pada Amanda“Hanya sedikit kok, Om. Tidak apa,” tukas Amanda mencoba tersenyum.Dalam hati Amanda sebenarnya sedang berkecamuk perasaan tidak tentu setelah mendengar pria ini mengobrol dengan orang tua Annisa. Dia seperti orang bodoh yang tak tahu banyak hal mengenai Wisnu dan Annisa.“Dia itu putri temanku, kau pasti tak sempat kenal dengannya karena kau keburu resain dari kantor. Annisa kerja di kantor sekarang bersama Wisnu,” cerita Purwa pada Amanda.“Iya, Om,” sahut Amanda sekedar memberi tanda bahwa dia masih mendengar cerita Purwa meski sebenarnya dia melamun ke mana-mana.“Hehe, lucu emang. Aku sering lho jodohin kamu sama Wisnu, eh ternyata Wisnu sukanya sama Annisa!” dengan lempeng Purwa berkata
Annisa banyak salah dan dosa pada Amanda. Anak itu sejak pertama sudah dibuat tidak menyukainya. Sekarang apa dia bisa begitu saja memaafkannya dan membiarkan papanya menyetujui hubungan mereka? Pundaknya mulai turun dan dia merasa tidak mungkin Amanda rela membiarkan Dirja menikah dengannya. Dia kembali melihat sosok Dirja yang masih dengan sabar mendengarkan kata-kata putrinya. Jikapun pria itu diminta memilih dia atau putrinya, sudah bisa dipastikan Dirja akan memilih putrinya daripada Annisa. Karma itu memang ada. Dulu dia sangat membenci Amanda dan selalu berusaha membuatnya terluka. Sekarang, di saat dirinya sudah sangat yakin bahwa hanya pria yang baik dan penuh perhatian itulah yang bisa menerima semua kekurangannya dan sanggup menjadi imamnya dalam mengarungi kehidupan barunya, dia harus juga dibenci oleh Amanda. “Ya sudahlah, mungkin ini hukmuna dari tuhan untukmu, Annisa!” gumam Annisa pada dirinya sendiri sambil mengusap air mata di sudut matanya. “Kalau Papa memang men
Amanda tidak bisa memejamkan matanya mengingat apa yang sudah di sampaikan Wisnu padanya tadi sore. Dia ingin menelpon mamanya, namun sudah larut malam waktu Milan. Artinya di Jakarta saat ini menjelang subuh. Tentu dia harus bersabar menunggu pagi agar bisa menghubungi mamanya.Keresahan Amanda tentu bisa dirasakan Wisnu karena beberapa kali harus mengganti posisi tidurnya. “Kau tidak bisa tidur?” tanyanya.“Oh, Maaf! Aku pasti mengganggu tidur, Mas Wisnu” ucap Amanda sedih.“Mana yang tidak nyaman, biar aku usap.” Wisnu memeriksa Amanda. Lalu dengan lembut dia mengusap punggung Amanda agar membuatnya lebih nyaman. “Katanya besok mau belanja di Galerria, tapi selarut ini kau belum tidur juga?”“Aku terus kepikiran papa, Mas!”“Kenapa?”Amanda tidak menyahut, Wisnu pasti juga tahu apa yang sedang dipikirkannya. Kemudian Wisnu mendekatkan tubuhnya dan memeluk Amanda. “Ya sudah jangan dipikirkan dulu, nanti malah bikin kamu stress. Gak bagus kan buat perkembangan baby kita!”“Papa itu s
Dirja sebenarnya juga akan memberikan kejutan pada putri dan menantunya itu tentang rencana mengakhiri masa sendirinya. Tapi dia juga dibuat kecewa lantaran Wisnu dan Amanda tidak di rumah.Dia sudah memikirkan betul keputusannya. Beberapa bulan dekat dengan Annisa dan merasa wanita itu sepertinya memiliki hati untuknya, Dirja kemudian memikirkan pendapat Marina dan Moana agar dirinya menikah lagi. Jika dulu dia masih betah sendiri karena menghargai perasaan Moana dan Amanda, sekarang semuanya sudah berjalan baik. Moana sudah menikah lagi, dan putrinya bahkan sebentar lagi akan memberinya cucu. Tidak ada alasan baginya untuk sendiri terus.Mirzha tentu sudah mengenal Dirja sebagai ayah Amanda karena datang dan berbincang langsung dengan Dirja saat pernikahan Wisnu. Mirzha mengakui Dirja memang sosok yang matang dan juga mapan. Tentu itu adalah hal yang penting untuk putrinya yang bisa dibilang terkadang labil itu. Annisa memang membutuhkan sosok yang dewasa, matang dan bisa membimbi
Amanda menjadi sedih karena Wisnu menolak keinginanya. Suasana hatinya mulai buruk dan dia bangkit sambil mendorong beberapa map hingga jatuh berserakan ke lantai. Dengan langkah kasar keluar dari ruang kerja Wisnu.Wisnu menghela napas dan menutup laptopnya. Lalu bergegas membuntuti istrinya yang sedang ngambek.Pintu kamar tertutup dengan kasar.“Sayang, kondisimu masih lemah, aku takut malah menyakitimu dan baby kita,” Wisnu mencoba menjelaskan meski pintu tertutup.“Iya, aku udah jelek, gendut, Mas Wisnu udah gak bergairah lagi!” Amanda berteriak sebal.“Ya udah, buka dulu! Gak enak kan di dengar orang ngobrol sambil teriak-teriak.”“Gak mau! Udah sana pergi ke kantor, ketemu sama cewek-cewek cantik, gak usah mikirin wanita yang gendut dan jelek ini!”“Siapa yang gendut dan jelek? Kamu cantik kok!”Sesaat tidak terdengar suara dari dalam. Wisnu berpikir Amanda akan membukakan pintu untuknya. Pintu memang terbuka, tapi karena Amanda ingin melepar bantal dan selimut.“Tidur saja di
Wisnu sudah datang dan sangat tergesa langsung menuju kamar untuk bisa melihat kondisi istrinya. Saat masuk kamar, Marina mengingatkan Wisnu untuk membersihkan diri dulu. Banyak virus di tempat umum, tidak baik untuk ibu hamil.Amanda sebenarnya menolak pergi ke rumah sakit. Bau disinfektan sangat membuatnya pusing. Bisa-bisa dia malah muntah-muntah hebat lagi. Tapi melihat kondisi istrinya yang lemas, Wisnu tidak mau ambil resiko. Dia langsung menggendongnya ke mobil dan meminta Abduh menyupir ke rumah sakit.Setelah dipasang infus, Amanda mulai terlihat segar lagi. Dia mungkin saja mengalami dehidrasi karena banyak cairan yang keluar tapi tidak bisa memasukan makanan atau minuman ke dalam tubuhnya. Wisnu nampak sangat cemas.“Masih istirahat, Bu Amanda?” tanya dokter Ririn, spesialis obgyn, yang diminta Wisnu menjadi dokter pribadi istrinya.“Apa ada masalah dengan kehamilannya, dokter? Kenapa dia mengalami mual dan muntah yang hebat?” Wisnu tak sabar menanyakan tentang kesehatan is
Abim menemani Wisnu mengunjungi kantor perusahaan di Surabaya. Dia bertemu Annisa yang sedang mengerjakan sesuatu di ruangannya. Lalu Abim memberanikan diri menghampirinya.“Eh, Abim! Kok tiba-tiba Ke Surabaya?” Annisa sedikit terkejut melihat Abim.“Ada sedikit urusan, kau betah pindah kerja di sini?” Abim senang melihat Annisa yang terlihat ramah itu. Sama seperti dulu saat pertama dia kerja di kantor Jakarta.Mereka sudah duduk dan menikmati minuman sambil berbincang-bincang.“Apa kabar Naira?” tanya Annisa.“Baik,” jawab Abim.“Kau tampak lebih bahagia di sini?”“Ya iyalah, kerjaan di sini tidak seruwet di Jakarta. Lagi pula Pak Dirja baik sekali. Aku jadi betah kerja di Surabaya”“Baguslah! Aku senang melihatmu lebih baik!” ucap Abim menatap Annisa dengan tatapan yang sulit dimengerti.“Terima kasih, Abim! Aku minta maaf ya, kalau sering buat kamu sakit hati!”Abim sedikit terkejut mendengar permintaan maaf Annisa. Artinya dia memang serius ingin berubah. Seperti yang dikatakanny
Amanda tampak melamun dan tidak bernapsu makan, sejak tadi hanya mempermainkan sumpit di atas mangkuk yang berisi cah kangkung yang sudah disiapkan atas keinginanya. Sejak Amanda masih bekerja di rumah ini dulu, dia yang menyusun menu makan selama seminggu dan Titik yang bagian mengeksekusinya bersama Amanda. Di minggu berikutnya Amanda akan membuat daftar menu baru lagi. Semua itu dilakukan untuk mendukung program diet sehat Purwa yang waktu itu sedang sakit. Agar Purwa tidak merasa sedang diet dan tidak tergoda makanan kurang sehat, maka semua orang di rumah pun memakan menu yang sama.“Kenapa melamun?” Wisnu yang sedang makan terganggu dengan wajah melamun istrinya.Amanda hanya bergeming sedikit lalu mengambil cah kangkung untuk dipindah ke dalam piringnya. “Apa bimbinganmu bermasalah?”“Tidak” jawab Amanda tak bersemangat.“Lalu apa?”“Gak ada apa-apa”“Jangan bohong!”“Ya udahlah, gak usah dibahas juga!” Amanda mencoba memasukan makanan ke mulutnya.“Kalau kau tidak bilang, ak
Saat itu Wisnu baru selesai mengadakan pertemuan dengan beberapa pejabat penting grup Bramastya terkait kerjasama keduanya. Dia berbesar hati untuk melonggarkan persaingan di antara mereka. Tentu saja setelah Purwa yang menelpon sendiri dan menasehati Wisnu agar tidak terlalu keras dalam berbisnis. Purwa waktu itu ditemui langsung Bramastya di Jerman demi mengembalikan hubungan baik kedua perusahaan yang sebelumnya juga saling bekerja sama itu. Bram tahu, Wisnu hanya bisa mendengar ucapan pamannya. Peristiwa penculikan itu sama sekali tidak tersinggung di permukaan. Hanya mereka yang terlibatlah yang tahu. Seperti sebuah kode etik satu sama lain untuk saling merahasiakan agar tidak ada pihak hukum yang ikut campur urusan sesama mereka sendiri. Keduanya sudah menyepakati banyak hal setelah penculikan itu. “Anda yakin untuk melakukan semua ini?” Tio asisten yang lebih fokus urusan ke dalam perusahaan memastikan sekali lagi. karena dalam pemikirannya, yang sangat diuntungkan adalah pih
Tadinya Annisa mencoba mengejar Abim setelah sedikit perdebatannya di kantor mengenai beberapa data perusahaan yang dicurigai bocor. Abim benar-benar marah pada Annisa dan dengan terang-terangan menuduhnya sengaja membocorkan. Annisa tidak terima dan malah menuduh Abim tidak objektif dengan menuduhnya.“Kau hanya sedang sakit hati padaku! Karena itu kau mencari-cari kesalahanku untuk melampiaskan kekesalanmu,” ujar Annisa pada Abim waktu masih di kantor.“HHG, KAMU SAKIT ANNISA!” tukas Abim tersenyum miring pada Annisa. “Aku sarankan padamu, buatlah janji dengan psikiater, kau perlu mengisi ulang otakmu yang tinggal separuh itu!”“Kau hanya iri denganku, Abim!”“Teruslah dengan delusimu. Tapi jangan menghalangi kewajibanku!”“Pak Wisnu tidak akan percaya padamu, dia akan percaya padaku?”“Bagaimana kau bisa seyakin itu? Apa kau pikir Pak Wisnu mencintaimu?”“Kau tidak perlu ikut campur urusan kami, perasaanku dan dia hanya kami yang tahu.”“GILA!” “Kamu yang gila! Kamu gila karena ak