Riko menelepon seseorang yang sama-sama menjadi korban sakit hati dari pasangan Daza dan juga Lavendra. Yap, tidak lain dan juga tidak bukan ialah Lora. Wanita yang ia kenal sebagai orang yang sangat terobsesi kepada Daza.(“Apa kamu gagal? Haha, sudah kubilang. Lavendra punya pengaruh aneh yang membuat semua rencana gagal total,”) tawa dari seberang, mengejek usaha dari Riko.“Sudah. Pokoknya, kamu mau tidak kerja sama denganku?” Riko yang merasa malu mencoba untuk menepis dan memilih tidak membicarakan lebih lanjut.(“Hmmm, bagaimana ya….. memangnya, apa untungnya kalau aku bagiku harus membantumu?”) Lora mempermainkannya.“Tckk, aku akan memfasilitasi semua keinginanmu. Aku juga akan memberikan dana kalau semisal kamu perlu. Dan lagi, bukannya kamu bisa mendapatkan Daza juga setelahnya? Jadi, ini win-win solution,” kesal Riko.Dari seberang terdengar tawa cekikikan dari Lora setelah mendengar ucapan dari Riko. Penawaran besar dan jelas saja menguntungkan jauh di atasnya ini tidak m
Sementara itu, jauh dari tempat Riko dan juga Lora berbicara, Daza dan Lavendra mendengarkan dengan baik apa yang mereka bicarakan barusan.Mereka berdua hanya bisa saling memandang setelah mendengar apa yang barusan itu. Rencana gila dan juga cara membuat mereka berdua tidak akur benar-benar keluar dari mulut dua orang yang tak terima telah ditolak tersebut.“Aku kira kamu bercanda saat bilang kalau kamu bisa menyambungkan ponsel Lora ke ponselmu,” ucap dari Lavedra.“Sebelumnya aku tidak pernah melakukannya karena aku sangat percaya dengannya. Tetapi, setelah aku putus dengannya, aku baru ingat punya aksesnya. Syukur aku belum memutusnya, jadi kita bisa menggunakannya untuk bisa tahu apa saja rencana mereka,” jelas dari Daza.Meski rasanya sakit bahwa Daza masih memiliki akses kepada mantannya tersebut, tetapi itu jelas saja lebih baik daripada apa pun. Karena keuntungannya mereka berdua jadi bisa sedikit lebih waspada.Jadi, Riko dan Lora mencoba untuk membuat mereka berdua berteng
Selama beberapa hari belakangan, baik Daza atau pun Lavendra pun jadi sangat waspada sekali. Terutama saat keluar. Daza selalu mengantarkan kemana pun Lavendra pergi, meski jarak tempatnya dekat sekali pun.Takutnya saat sekali saja dirinya membiarkan Lavendra pergi keluar tanpa adanya pengawasan, hal itu jadi kesempatan untuk membuat Lavendra tak berdaya. Jadi, Daza sangat siaga sekali.Lavendra pun merasa tidak masalah mendapatkan perlakuan yang demikian. Baginya itu sangatlah berarti. Karena hanya Daza seorang lah yang bisa menjaganya dan juga menjadi orang yang harus tahu setiap tindakan yang dilakukan oleh dirinya.Sambil duduk di seberang tempat sewaan yang sedang direnovasi menjadi kafe tersebut, Lavendra dan Daza menikmati sandwich sebagai bentuk isi perut kosong mereka yang sedang keroncongan.“Aku tidak mengerti. Selama beberapa hari ini kita waspada, bahkan juga memeriksa ponsel Lora melalui akses yang ada, kenapa tidak ada satu pun yang mencurigakan?” tanya Lavendra setela
Lavendra berhasil menghindari orang yang baru saja datang, dan mencoba untuk langsung membekapnya. Matanya yang terbelalak melihat ke arah orang yang baru saja datang tersebut.Dengan masker hitam dan juga dengan topi di atas kepalanya, orang tersebut menutupi wajahnya dengan sangat rapat sekali. Tidak usah berpikir panjang, Lavendra yang merasa terancam tanpa sadar malah berteriak.“AAAA!!!!!” Teriaknya degan suara yang sangat melengking.Merasa kalau teriakan Lavendra bisa membuat keributan dan juga pastinya mengacau, orang tersebut hendak menangkapnya. Namun, Lavendra yang tidak bisa memutuskan harus melakukan apa, mengerahkan tenaganya ke tangan dan langsung melayangkan pukulan.Pukulan tersebut mengarah tepat ke wajah orang tersebut. BUGHHH. Ia mengenai tepat di bagian batang hidungnya untuk membuatnya merasa sangat kesakitan setelah Lavendra melakukannya.JDUAGHHH. Orang tersebut langsung tersungkur ke belakang, menjauhi pintu masuk. Tak pakai pikir dulu, Lavendra segera mencoba
Semua keluarga tampak bingung, karena mereka berdua datang secara mendadak tanpa mengabari terlebih dahulu. Ditambah dengan Lavendra yang matanya membengkak membuat asumsi keluarga pada Daza jadi buruk.Belum lagi melihat Daza membawa koper besar yang ada di sebelahnya. Makin buruk jelas pikiran keluarganya mengenai kenapa Lavendra bisa sampai datang pada saat itu.Di ruang tamu dengan semua orang yang memandang mereka, tampak jelas mata curiga dan juga menerka dengan buruk terlihat dari wajah mereka tersebut.“Kamu apakan Lavendra lagi?” tanya Papa.“Baru kemarin kalian baik-baik saja. Atau kamu melakukan kesalahan lagi?” Kakek juga ikut berasumsi.“Wah, kalian bertengkar?” Diana kaget dengan tatapan tak percaya, “kamu dipukul Daza? Dibentak? KDRT?!” Diana paling heboh menyebutkannya.“Astaga Nak…, kenapa dengan wajahmu? Kamu baik-baik saja? Daza masih begitu padamu? Astaga…, aku minta maaf Nak…, ternyata memang Daza tidak berubah,” Mama bersedih sambil menghampiri Lavendra.“B- Buka
Dengan Daza yang sudah menenangkan perihal bagaimana mereka kedepannya, sudah membuat Lavendra bisa merasa tenang selama beberapa saat. Setidaknya kedepannya ia bisa sedikit lega dan juga tidak begitu merasa berat hati.Samapi di rumah, Daza menuntunnya dengan memegang tangannya, dan juga berusaha mengajaknya berjalan dengan sangat hati-hati sekali. Baru saja masuk ke dalam, Lavendra disungguhkan dengan pemandangan yang membuatnya merasa sangat bingung.“Ada…., apa?” Lavendra bertanya karena ia benar-benar merasa bingung sekali pada saat itu.Semua mata melihatnya, mama dan Diana yang sudah tahu sudah sangat kegirangan dan menunjukkan wajahnya yang sangat bahagia sekali.Kabar tersebut tampaknya sudah sampai pada kakek dan juga papa. Papa melihatnya dengan pandangan penuh haru dan juga menunjukkan dengan jelas bagaimana dia merasa tersentuh akan menimang seorang cucu.Kakek juga kelihatan bahagia, tetapi bahagianya seolah meningkat besar dan juga lebih lebar daripada biasanya. Lavendr
Lavendra merasakan bahwa ia berada di tempat lain, namun, ia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Seolah ada yang memeberikan batasan antara dirinya tersebut. Sambil melihat ke sana dan kemari memastikan dirinya dimana.Namun, ketika matanya melihat ke arah kemana-mana, Lavendra merasa sangat kaget dan juga tersentak melihat sosok yang ia lihat. Ada Riko dan juga Lora yang tengah duduk di sebuah kafe.“Mereka gila?” ucapnya.Mereka berdua tampak tertawa dan seperti orang yang sangat dekat sekali. Lavendra mendekat ke arah mereka dan mencoba mendengar apa yang mungkin sedang mereka bicarakan. Dan mungkin saja dirinya bisa tahu apa yang tengah mereka lakukan sekarang ini.“Wah, untung saja orang itu mau saja dipenjara,” ucap dari Riko.“Hahaha, kamu hebat. Dengan menggunakan keluarganya, kamu mampu membuatnya menurut,” puji Lora.“Yah, aku membayar hutang mereka, dan juga membayar tagihan rumah sakitnya, serta tunggakan uang sekolah adik-adiknya. Kalau sampai orangnya berani mengaku k
Beberapa hari ini keluarga Lavendra menginap di rumah dari Daza sendiri. Ia merasa tidak enak awanya, karena akhirnya keluarga Daza jadi harus menyiapkan semuanya lebih banyak dan lebih ekstra.Tetapi mertuanya mengatakan bahwa dia merasa tidak masalah sama sekali. Dia juga mengerti kenapa keluarga Lavendra demikian. Mereka sangat khawatir, apalagi yang melakukannya adalah orang terdekatnya.Hari ini, Lavendra dan Daza pergi ke rumah sakit. Hari ini adalah jadwal dimana Lavendra diminta untuk melakukan cek kesehatan untuk dia dan bayinya. Mereka akan memeriksa dengan baik supaya pertumbuhannya optimal.Bahkan rumah sakitnya pun mertuanya yang memilihkan, mereka sudah memberitahukan kepada pihak rumah sakit untuk menjaganya dengan sangat hati-hati sekali.“Aku menyesal pernah merasa takut waktu aku tahu hamil,” Lavendra langsung berbicara.Daza yang sedang menyetir tersebut tentu saja merasa bingung. Istrinya yang semula hanya diam saja dan tidak banyak bicara, mendadak saja berkata se