Selama beberapa hari belakangan, baik Daza atau pun Lavendra pun jadi sangat waspada sekali. Terutama saat keluar. Daza selalu mengantarkan kemana pun Lavendra pergi, meski jarak tempatnya dekat sekali pun.Takutnya saat sekali saja dirinya membiarkan Lavendra pergi keluar tanpa adanya pengawasan, hal itu jadi kesempatan untuk membuat Lavendra tak berdaya. Jadi, Daza sangat siaga sekali.Lavendra pun merasa tidak masalah mendapatkan perlakuan yang demikian. Baginya itu sangatlah berarti. Karena hanya Daza seorang lah yang bisa menjaganya dan juga menjadi orang yang harus tahu setiap tindakan yang dilakukan oleh dirinya.Sambil duduk di seberang tempat sewaan yang sedang direnovasi menjadi kafe tersebut, Lavendra dan Daza menikmati sandwich sebagai bentuk isi perut kosong mereka yang sedang keroncongan.“Aku tidak mengerti. Selama beberapa hari ini kita waspada, bahkan juga memeriksa ponsel Lora melalui akses yang ada, kenapa tidak ada satu pun yang mencurigakan?” tanya Lavendra setela
Lavendra berhasil menghindari orang yang baru saja datang, dan mencoba untuk langsung membekapnya. Matanya yang terbelalak melihat ke arah orang yang baru saja datang tersebut.Dengan masker hitam dan juga dengan topi di atas kepalanya, orang tersebut menutupi wajahnya dengan sangat rapat sekali. Tidak usah berpikir panjang, Lavendra yang merasa terancam tanpa sadar malah berteriak.“AAAA!!!!!” Teriaknya degan suara yang sangat melengking.Merasa kalau teriakan Lavendra bisa membuat keributan dan juga pastinya mengacau, orang tersebut hendak menangkapnya. Namun, Lavendra yang tidak bisa memutuskan harus melakukan apa, mengerahkan tenaganya ke tangan dan langsung melayangkan pukulan.Pukulan tersebut mengarah tepat ke wajah orang tersebut. BUGHHH. Ia mengenai tepat di bagian batang hidungnya untuk membuatnya merasa sangat kesakitan setelah Lavendra melakukannya.JDUAGHHH. Orang tersebut langsung tersungkur ke belakang, menjauhi pintu masuk. Tak pakai pikir dulu, Lavendra segera mencoba
Semua keluarga tampak bingung, karena mereka berdua datang secara mendadak tanpa mengabari terlebih dahulu. Ditambah dengan Lavendra yang matanya membengkak membuat asumsi keluarga pada Daza jadi buruk.Belum lagi melihat Daza membawa koper besar yang ada di sebelahnya. Makin buruk jelas pikiran keluarganya mengenai kenapa Lavendra bisa sampai datang pada saat itu.Di ruang tamu dengan semua orang yang memandang mereka, tampak jelas mata curiga dan juga menerka dengan buruk terlihat dari wajah mereka tersebut.“Kamu apakan Lavendra lagi?” tanya Papa.“Baru kemarin kalian baik-baik saja. Atau kamu melakukan kesalahan lagi?” Kakek juga ikut berasumsi.“Wah, kalian bertengkar?” Diana kaget dengan tatapan tak percaya, “kamu dipukul Daza? Dibentak? KDRT?!” Diana paling heboh menyebutkannya.“Astaga Nak…, kenapa dengan wajahmu? Kamu baik-baik saja? Daza masih begitu padamu? Astaga…, aku minta maaf Nak…, ternyata memang Daza tidak berubah,” Mama bersedih sambil menghampiri Lavendra.“B- Buka
Dengan Daza yang sudah menenangkan perihal bagaimana mereka kedepannya, sudah membuat Lavendra bisa merasa tenang selama beberapa saat. Setidaknya kedepannya ia bisa sedikit lega dan juga tidak begitu merasa berat hati.Samapi di rumah, Daza menuntunnya dengan memegang tangannya, dan juga berusaha mengajaknya berjalan dengan sangat hati-hati sekali. Baru saja masuk ke dalam, Lavendra disungguhkan dengan pemandangan yang membuatnya merasa sangat bingung.“Ada…., apa?” Lavendra bertanya karena ia benar-benar merasa bingung sekali pada saat itu.Semua mata melihatnya, mama dan Diana yang sudah tahu sudah sangat kegirangan dan menunjukkan wajahnya yang sangat bahagia sekali.Kabar tersebut tampaknya sudah sampai pada kakek dan juga papa. Papa melihatnya dengan pandangan penuh haru dan juga menunjukkan dengan jelas bagaimana dia merasa tersentuh akan menimang seorang cucu.Kakek juga kelihatan bahagia, tetapi bahagianya seolah meningkat besar dan juga lebih lebar daripada biasanya. Lavendr
Lavendra merasakan bahwa ia berada di tempat lain, namun, ia tidak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Seolah ada yang memeberikan batasan antara dirinya tersebut. Sambil melihat ke sana dan kemari memastikan dirinya dimana.Namun, ketika matanya melihat ke arah kemana-mana, Lavendra merasa sangat kaget dan juga tersentak melihat sosok yang ia lihat. Ada Riko dan juga Lora yang tengah duduk di sebuah kafe.“Mereka gila?” ucapnya.Mereka berdua tampak tertawa dan seperti orang yang sangat dekat sekali. Lavendra mendekat ke arah mereka dan mencoba mendengar apa yang mungkin sedang mereka bicarakan. Dan mungkin saja dirinya bisa tahu apa yang tengah mereka lakukan sekarang ini.“Wah, untung saja orang itu mau saja dipenjara,” ucap dari Riko.“Hahaha, kamu hebat. Dengan menggunakan keluarganya, kamu mampu membuatnya menurut,” puji Lora.“Yah, aku membayar hutang mereka, dan juga membayar tagihan rumah sakitnya, serta tunggakan uang sekolah adik-adiknya. Kalau sampai orangnya berani mengaku k
Beberapa hari ini keluarga Lavendra menginap di rumah dari Daza sendiri. Ia merasa tidak enak awanya, karena akhirnya keluarga Daza jadi harus menyiapkan semuanya lebih banyak dan lebih ekstra.Tetapi mertuanya mengatakan bahwa dia merasa tidak masalah sama sekali. Dia juga mengerti kenapa keluarga Lavendra demikian. Mereka sangat khawatir, apalagi yang melakukannya adalah orang terdekatnya.Hari ini, Lavendra dan Daza pergi ke rumah sakit. Hari ini adalah jadwal dimana Lavendra diminta untuk melakukan cek kesehatan untuk dia dan bayinya. Mereka akan memeriksa dengan baik supaya pertumbuhannya optimal.Bahkan rumah sakitnya pun mertuanya yang memilihkan, mereka sudah memberitahukan kepada pihak rumah sakit untuk menjaganya dengan sangat hati-hati sekali.“Aku menyesal pernah merasa takut waktu aku tahu hamil,” Lavendra langsung berbicara.Daza yang sedang menyetir tersebut tentu saja merasa bingung. Istrinya yang semula hanya diam saja dan tidak banyak bicara, mendadak saja berkata se
Seperti yang dikatakan Daza kepada Lavendra, dia memang melakukan hal tersebut untuk bisa mendapatkan informasi buruk mengenai Riko. Dikirimkannya lah orang kepercayaan yang bisa membantunya mendapatkan informasi mengenai Riko pastinya.Daza sampai harus mengeluarkan biaya besar supaya orang yang ia kirim bisa berpura-pura ingin berinvestasi dengan masuk ke dalam lingkaran perteman Riko.Hingga akhirnya, apa yang sangat ingin ia dapatkan pun memang akhirnya kejadian. Sekarang, Daza sedang bertemu dengan orang tersebut di rumahnya. Ia ingin Lavendra juga mendengar dan mungkin saja tahu.Diana yang sudah ditolak dari awal untuk jangan bergabung sangat keras kepala. Ia seolah tahu sesuatu atau mungkin hanya ingin tahu perihal apa yang akan mereka bahas. Di ruangan kerja kakeknya, mereka berempat berkumpul.“Jadi, aku menemukan beberapa kejanggalan saat aku berbicara dengan teman-teman Riko,” ucap dari teman Daza, Heri.Heri kemudian mengeluarkan beberapa foto dan juga lembaran kertas yan
Selang beberapa hari kemudian, tidak ada lanjutan dari tindakan yang ada. Bahkan sampai keluarga Lavendra pulang pun, semua tampak biasa saja.Lavendra jadi merasa curiga dan jelas saja tidak percaya dengan situasi sekarang ini. Karena sebelumnya juga sama. Saat ia merasa semua tampak aman dan biasa saja, malah mendadak ada serangan yang tiba-tiba membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi.Jadi, dirinya jadi lebih awas lagi. Kali ini Lavendra memilih berada di belakang ruamh orang tua Daza. Sembari menghirup udara segar, dan jugas edikit menyegarkan isi kepala setelah semua kepusingan yang ia rasakan. Lavendra ingin menghela napas sejenak.Pemandangan yang begitu rindang dan matahari pagi yang sehat membuat Lavendra meras ajauh lebih baik daripada sebelumnya. Mualnya sudah berkurang, dan ngidamnya juga bisa ia kendalikan, supaya tidak meminta yang aneh-aneh di waktu tak terduga.“Honey,” panggil Daza.Lavendra setengah membalikkan badan, dan melihat ke arah Daza yang datang menuju ke ar
Daza menyetujui untuk datang ke sekolah anak-anak mereka pastinya. Esok harinya, mereka melihat ramai sekali orang tua yang datang. Sampai-sampai Daza dan Lavendra merasa kebingungan dengan ada apa sebenarnya di sini.Sempat dirinya bertanya kepada orang tua lainnya mengenai acara apa saja yang akan dijalankan hari ini, namun, para orang tua malah memberikan alasan yang berbeda-beda, seolah mereka diminta datang bagaimana pun caranya.Duduk di aula sekolahan anak mereka, terlihat panggung megah dengan hiasan berwarna yang menyegarkan bagaimana pandangan mereka pada saat itu. Dan itu membuat Lavendra jadi menerka apa yang mungkin tengah dilakukan di sini.Tak lama. JREGHHHH. Sebuah banner yang ada di atas panggung terbuka dengan lebar, dengan jelas dirinya melihat sebuah tulisan yang membuatnya tersentuh.‘Mom and Dad, Thanks for coming, and this is your proud child.’Seketika, dari setiap kelas secara bergantian menampilkan sebuah lagu dan juga secara bergantian memberikan persembahan
Kabar dari Diana yang tengah hamil tersebut tentu saja makin membuat keluarga Daza dan juga Lavendra jadi makin erat. Karena keberadaan dari mereka adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh banyak orang pastinya.Akhirnya keluarga Daza memilih melakukan liburan keluarga secara besar-besaran berkat kabar tersebut. Sekarang sudah bukan dua lagi keluarga yang ikut dalam liburan tersebut, melainkan tiga.Sebuah pulau disewa selama seminggu penuh, sambil membawa chef ternama dan juga pastinya juga pengasuh serta art, membuat acara jadi makin ramai sekali.Upah mereka jelas saja dinaikkan lebih dari 2 kali lipat. Anggap saja bonus karena mereka jadi harus bekerja ekstra di tempat yang bukan menjadi pekerjaan mereka sekarang ini.“Ternyata setelah menikah jadi sesenang ini ya!” Diana begitu antusias selama perjalanan karena semua yang dia minta selalu ia dapatkan.“Haha, selama kamu menikah dengan orang yang tepat, tentu saja, apa yang kamu inginkan pun pastinya akan kamu
“Sudah, jangan diambil hati, kalau sudah saatnya kamu bertemu jodoh, sudah pastinya kamu akan menikah pada waktunya,” ujar dari Lavendra.Diana hanya menghela napas kecil sebelumnya. Ia pasti sudah merasakan berat perasaan yang dia miliki dan juga pasti ia sendiri paham kenapa bisa sampai seperti ini.“Oh, ini,” Diana mendadak menyodorkan sebuah kertas kepadanya.Lavendra menerima dan melihatnya terlebih dahulu. Namun, ia begitu kaget saat melihat apa yang tertera di depannya. Dengan mata terbelalak yang tidak percaya sekaligus merasa begitu syok melihatnya, Lavendra segera bertanya kepada Diana mengenai apa maksudnya.“Kamu akan menikah?!”Daza baru pulang mendengarnya sama kagetnya dengan bagaimana Lavendra memberikan reaksi pada dirinya tersebut. Daza segera menghampiri mereka dan merebut dengan mendadak kertas yang dipegang Lavendra.Sebuah undangan diberikan kepada mereka berdua secara tiba-tiba sekali. Daza yang dari awal melihat ke arah sana, berpindah melihat ke arah Diana yan
Setelah melakukan usg pada kehamilan Lavendra, Daza beserta dirinya tidak tahu harus merespon bagaimana lagi. Mereka mendapatkan anak kembar lagi untuk kedua kalinya.Pikiran Lavendra langsung kosong seketika saat memikirkannya. Anak kembar yang sekarang sajas udah cukup membuat mereka pusing, apalagi kalau ada 4 orang anak nantinya. Bisa-bisa mereka berdua tidak waras lagi.Mereka pergi dahulu ke rumah kedua orang tua Daza. Sepertinya hal ini perlu sedikit dibicarakan kepada mereka untuk bisa mendapatkan solusi yang terbaik, dan pastinya baik bagi mereka berdua juga nantinya.“Ma…, menurut mama, aku harus bagaimana?” Daza langsung memulai obrolan bahkan sebelum ia menjelaskan kenapa mereka berdua sekarang ini datang kemari.“Maksudny? Soal menitip si kembar? Mama tidak masalah. Diana dan kakek sangat senang melihat mereka berdua. Papa juga terima kalau semisal kalian mau menitip si kembar lebih lama,” ucap mama.Menoleh ke arah ruang tamu, melihat kedua anak mereka yang memang begitu
Mendengarnya tentu saja membuat Lavendra sedikit kesal mendengarnya. Daza mengatakan hal barusan seolah-olah semua bisa diselesaikan dengan mudah.Ia langsung menoyor kepala suaminya yang jelas saja sudah berangan tinggi ingin menambah anak lagi.“Enteng sekali bilangnya. Kamu tidak lihat kalau aku rasanya sudah mau setengah mati bertahan?!” kesal Lavendra.“Hahah, tidak Honey,” Daza kemudian memeluknya sebagai alih menghibur, “aku hanya berpikir saja,” sambungnya.“Kamu pikir mudah merawat anak? Dua saja kamu sudah kewalahan,” Lavendra masih merasa kesal mendengarnya.Bagaimana tidak, apa yang dikatakan Daza itu seperti meremehkan bagaimana selama ini Lavendra berjuang dari awal kehamilan sampai akhirnya melahirkan. Apalagi, Lavendra masih merasa sedikit trauma setelah melahirkan.Bukan saat mengenjan, melainkan setelah jahitannya selesai. Ia sampai tidak berani buang air besar selama seminggu karena takut akan merobek jahitannya tersebut. Makanya dia sangat bersyukur sudah melewati
Lavendra benar-benar merasa hidupnya berada di ujung tanduk. Meski Daza daritadi menyemangati dalam diamnya, Lavendra tahu bahwa Daza begitu khawatir sekali. Sementara itu, tim medis juga berusaha mengarahkan dengan benar kepada Lavendra.Meski begitu, Lavendra merasa benar-benar tidak bisa bertahan lebih lama. Namun, demi anaknya, ia melawan dan berusaha sekeras yang ia bisa pastinya.“OEKKHHH.”Anak pertamanya keluar.“Bagus Bu, sekarang tinggal satunya lagi.”Lavendra harus mengenjan sekali lagi. Dan itu tidak memakan waktu yang lama seperti yang pertama. Ia merasa lemas sampai-sampai dirinya benar-benar menyandar di atas tempat tidur tempat melahirkannya.Daza yang melihatnya merasa terharu, ia mendekati Lavendra dengan mengecup kening Lavendra, dan mengelus kepalanya. Bisa dirasakan dengan jelas air mata yang mengalir di wajahnya tersebut, dan itu membuat Lavendra merasa begitu tersentuh sekali.“Terima kasih, Honey. Kamu sudah berjuang keras,” ucapnya.Setelahnya Lavendra tidak
Yap, Daza dan Lavendra memang tidak melakukan perjalanan jauh untuk bisa mengabari. karena usia kandungan yang masih awal, mereka masih belum boleh berpejalanan terlalu jauh. Jadi, kabarnya hanya datang melalui panggilan video saja.Dan betapa mengejutkannya, saat Lavendra mengatakan apa jenis kelamin dari kedua anak mereka. Keluarga Lavendra begitu senang sampai-sampai mereka mengucapkan syukur yang begitu hebat.“Kita benar-benar beruntung, memiliki keluarga yang bisa mengerti keadaan kita,” ucap dari Lavendra.Daza menggelengkan kepalanya, “Justru kamu yang beruntung, diberikan hidup yang sangat luar biasa,” Daza memuji.Lavendra yang merasa malu sedikit memukul pelan tangan Daza setelah mendengarnya. Wajahnya jadi memerah karena mendengar Daza berkata begitu kepadanya.“Apa sih. Ini kan karena kamu juga,” ucap Lavendra.Sekali lagi, Daza menggelengkan kepala tidak membenarkan apa yang dikatakan oleh dirinya tersebut. “Kalau aku dulu tidak sadar akan keberadaanmu, mana mungkin aku
Peresmian bukanya kafe Lavendra bukan sembarangan. Berkat tim yang mengatur promosi benar-benar melakukan tugasnya dengan baik, Lavendra mendapatkan lebih dari 200 pelanggan pertama yang tengah menunggu.Angkanya memang tidak terlau besar sekali, namun, bagi dia yang baru pertama kali melakukannya, ini sudah cukup besar dan pastinya sudah membuatnya merasa begitu senang sekali. Keluarganya begitu menyambut dirinya, bahkan mereka sepertinya begitu menyayangi dirinya kali ini.Berbagai rentetan acara mulai dimulai. Banyak orang yang sangat bersemangat melihat bagaimana acara di mulai. Karena adanya promo yang bisa dibilang lumayan bagi mereka yang memenangkan permainan.Hingga tiba lah sampai dimana peresemian kafe Lavendra tiba.“Waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba, mari kita resmikan, Luvvy Café secara perdana hari ini dibuka!!!”Lavendra memotong pita yang membatasi di depan dari pintu masuk kafenya tersebut. Banyak orang yang bertepuk tangan menyambut dan memberikan sambutan yang
Lavendra mulai mengurangi rasa perhatian atas permintaan orang tua Daza. Mereka meminta begini supaya bisa membuat Daza sadar bahwa bukan hanya dia yang perlu diperhatikan. Dan benar saja, cara itu bekerja dengan baik.Lavendra memilih sibuk dengan memberikan resep kepada para calon pekerjanya nanti. Tentu saja ini dia lakukan bukan tanpa alasan juga. Ia harus segera membuka kafenya untuk mencari kesibukan lainnya.Di satu waktu, Lavendra sedang membandingkan merek coklat yang nantinya ia akan pakai sebagai pasokan supaya menjaga kualitas atas dessert yang akan dia buat nantinya. Tidak perlu waktu lama, tetapi ia harus menguji beberapa.“Honey,” Daza yang menontonnya daritadi akhirnya memanggil.“Ya?” Lavendra langsung menjawab.“Bisa kita bicara sebentar?” ajaknya.Melihat raut wajah beserta bagaimana tatapannya, Lavendra tahu, bahwa Daza aka berbicara sangat serius kepadanya. Akhirnya ia memasukkan dahulu coklat yang sudah ia keluarkan ke dalam pendingin dahulu.Daza mengajaknya ber