“Tuan- Eh maksudku ayah? kau datang? Kenapa kau tak mengatakan sebelumnya, jika tahu kau datang pasti aku akan menyambutmu dan pulang lebih awal.” Ucap Lucia saat melihat tuan Kaizer duduk di kursi teras rumahnya. Dia masih belum terbiasa memanggil pria itu ayah, namun mengingat permintaan pria itu dulu membuat dia meralat perkataannya.Tuan Kaizer yang melihat Lucia keluar dari mobil langsung tersenyum, “Aku hanya mampir.” Ucapnya dengan lembut.Lucia yang mendengarnya langsung tersenyum dan mengangguk, “Ayo masuk, aku akan membuatkanmu minuman. Ayah lebih suka kopi atau teh?” Tanya Lucia dengan ramah sambil membuka pintu rumahnya.Tuan Kaizer tak menjawab pertanyaan Lucia, dia tersenyum dan melihat ke arah Lucia tanpa sedetik pun mengalihkannya.Dia berpikir, jika benar Lucia adalah putrinya begitu bahagianya dia.Tuan Kaizer merasa bahagia dalam diam saat dia melihat Lucia dengan kasih sayangnya yang tulus. Dia ingin mengenal putrinya lebih baik, namun dia juga menyadari bahwa dia
Makan malam terlihat cukup hening, Lucia yang melihat kedua pria beda usia tu tengah saling diam menjadi bingung.“Apa kalian memiliki masalah?” Tanya Lucia karena dia melihat sepertinya ada sesuatu yang tidak dia ketahui tentang kedua pria itu.“Tidak ada apa-apa, Lucia. Kami baik-baik saja.” Ucap Dariel dengan santai.Tuan Kaizer mengangguk, “Itu benar.”Lucia masih merasa ada ketegangan di udara, tetapi dia memilih untuk tidak mendesak lebih lanjut. Dia ingin menjaga suasana tetap tenang selama makan malam, terlepas dari perasaan cemas yang dirasakannya.Makan malam berlangsung dengan baik setelah itu, dan meskipun ada ketidakpastian di udara, mereka mencoba untuk menikmati waktu mereka bersama. Setelah makan malam selesai, Tuan Kaizer memutuskan untuk pulang. Dia memberi salam kepada Dariel dan Lucia."Terima kasih atas kunjungannya, Tuan Kaizer," ucap Lucia dengan tulus.Tuan Kaizer tersenyum lalu meninggalkan rumah itu.Dariel dan Lucia duduk bersama di ruang tamu setelah Tuan
“Tuan.” Sapa Zax pada Ellard saat dia pulang dari cafe tempat dimana Lucia mengajak bertemu.Ellard yang duduk dengan tenang di kursi kerja melirik kearah Zax yang datang ke ruangannya malam-malam.“Ada apa?” Tanya Ellard dengan datar.“Saya baru bertemu dengan Lucia.” Ucap Zax dengan sopan.Ellard yang mendengar itu langsung menaikkan alisnya. “Apa yang dia ucapkan kepadamu?” Zax ragu untuk mengatakannya, tapi dia tak memiliki pilihan lain. “Lucia berkata jika anda menyetujui perdamain ini, apakah rapat sebelumnya akan berubah tuan? pasalnya anda bilang tak akan ada perubahan tentang perseteruan ini dengan XFox.”Ellard yang mendengar itu terkekeh pelan, “Kita akan tetap membantai XFox, aku hanya ingin membuat Lucia tenang saja sehingga aku membohonginya.” Ucap Ellard.Zax mengangguk mengerti. "Saya mengerti, tuan. Tapi bagaimana dengan Lucia? Dia tampaknya sangat mendukung perdamaian ini."Ellard menyeringai. "Lucia adalah orang yang baik, Zax. Dan aku tahu dia khawatir dengan semu
“Tuan ini berkas anda yang perlu anda tanda tangani.” Ucap asisten sekretaris Dariel saat ini.Pekerjaan Dariel beberapa hari terakhir sangat sibuk, dan bahnkan malamnya dia harus mengurus organisasi XFox. Tenaganya dia forsil dengan kuat, namun dia tak merasa lelah karena dia tahu bahwa itu adalah kewajibannya.“Terima kasih Cel, kau bisa kembali.” Ucap Dariel dengan datar tanpa melihat ke arah wanita itu.Cellin yang mendengar itu mengangguk lalu keluar dari ruangan tuannya tersebut.Dariel melanjutkan pekerjaannya dengan sangat serius.Dariel terus bekerja keras, menandatangani berkas-berkas dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan penuh dedikasi. Kepemimpinannya di XFox membutuhkan komitmen dan ketekunan yang tinggi, terutama dalam menghadapi situasi yang semakin kompleks seperti saat ini.Selama berjam-jam, Dariel terus berfokus pada pekerjaannya, tidak membiarkan kelelahan menghalangi produktivitasnya. Dia tahu bahwa situasi dengan Swartwolf semakin memanas, dan mereka harus teta
Sebuah mansion yang di bangun dengan usaha kerasnya sendiri, Fedrick beristirahat.Dia menghela nafasnya cukup panjang karena merasa lelah hari ini karena pekerjaannya, terlebih masalah Bela yang membuat api dengan Dariel.Dia sama sekali tak ingin wanita itu celaka, karena dia sendiri sudah ahu betapa kejamnya pria itu.Dia menatap figura foto besar yang terpampang dengan jelas di dinding kamarnya, fotonya bersama Bela yang tampak sangat senang saat itu.“Aku hanya ingin melihat senyuman mu itu, Bel. Kenapa kau malah terperangkap di lubang yang begitu suram.” Gumam Fedrick.Fedrick duduk dalam ruangannya, merenungkan tentang Bela dan kondisi rumit yang sedang dihadapinya. Dia merasa perasaan campur aduk terhadap wanita itu, karena meskipun dia tahu bahwa Bela terlibat dalam aktivitas berbahaya, dia juga tak bisa menghindari perasaan khawatir dan cemas untuknya.Foto yang terpampang di dindingnya mengingatkannya pada saat-saat bahagia yang mereka habiskan bersama. Fedrick merasa sedih
“Kau hamil??” Ernest terkejut mendengar berita itu dari wanita yang tak pernah dia harapkan tersebut.Bela menatap Ernest dengan perasaan takut dengan memegang alat testpack yang dia bawa dari rumah tersebut.“I-ini buktinya.” Ucap Bela dengan gemetaran.Ernest merasa terkejut dan marah mendengar berita bahwa Bela hamil. Dia merasa terjebak dalam situasi yang rumit, dan rencananya dengan Bela telah berubah seketika. Dengan kasar, dia mengambil alat tes kehamilan dari tangan Bela dan meremasnya hingga rusak."Gugurkan," ucap Ernest dengan tegas dan tanpa keraguan. Tatapannya tajam dan serius, tidak memberikan Bela banyak pilihan.Bela merasa terguncang oleh permintaan tersebut. Dia tahu bahwa reaksi Ernest tidak akan mudah, tetapi dia tidak pernah membayangkan bahwa pria itu akan memintanya untuk menggugurkan kehamilan ini. Dalam keadaan penuh ketakutan, dia mencoba menjelaskan dirinya, "Ernest, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku takut. Aku butuh dukunganmu."Ernest merenun
Gaun berwarna merah marun yang menyala membuat kulit seperti giok milik Lucia terpampang sangat nyata dan indah.Tak hanya itu tatanan rambut yang di sanggul ke atas dan menyisakan untaian rambut sedikit di dibagian kiri kanan membuatnya tampan fresh dan cantik.Dariel telah mengundang tata rias yang handal dan terkenal hanya untuk membuat Lucia cantik dan memukau pada malam ini.“Anda sanga cantik, nyonya.” Ungkap penata rias tersebut yang senang melihat hasil karyanya yang memukau di wajah Lucia.“Terima kasih Felly.”“Bolehkan aku memfoto nyonya dan memasukkannya ke sosial media ku? Aku ingin memamerkan bertapa cantiknya nyonya muda Filbert satu ini.”Lucia yang mendengarnya mengangguk, karena wanita itu sangat ramah sejak pertama mereka bertemu sore tadi. Malam ini adalah acara istimewa di perusahaan tuan Kaizer, sehingga dia tak ingin membuat malu pria itu karena tampilannya yang tidak sesuai standart gaya orang terpandang lainnya.Felly segera mengambil ponselnya dan mengambil b
Tuan Kaizer berdiri dengan tubuh tegap di atas mimbarnya untuk memberikan sambutan dan ucapan terima kasih bagi semua tamu yang ada.Semua orang tampak mendengarkannya dengan cukup perhatian, karena kabarnya akan ada informasi khusus yang akan merubah Kai’s Group kedepannya.“Saya berdiri disini ingin mengumumkan tentang sesuatu hal yang sangat penting terlebih untuk masa depan perusahaan ini.”Ketika tuan Kaizer mengucapkan hal tersebut, semua tampak sangat serius karena penasaran apa yang akan diucapkan oleh pria yang sudah setengah abad tersebut selanjutnya.“Saya akan mengumumkan putri kandung saya yang selama ini telah dirawat oleh keluarga lain tanpa sepengetahuan saya. Putri kandung saya adalah, Lucia.”Saat tuan Kaizer mengumumkan bahwa Lucia adalah putrinya, keheningan turun di ballroom. Semua tamu terkejut dan bingung oleh pengumuman ini. Mereka saling berbisik-bisik, mencoba mencerna informasi yang baru saja mereka dengar.Lucia sendiri juga terkejut dengan pengumuman ini.