“Leonidas, jangan membuat kekacauan disini.” Peringat Claire karena pria itu membuat ketegangan di kantin yang membuat suasana tak nyaman.Leonidas tersenyum tipis, “Kau pilih kasih, Claire. Apa cintamu sudah berpindah pada pria itu sehingga kau membelanya?” Tanya Leonidas sambil menatap James dengan tajam.Claire menghela nafasnya, “Jangan bicara omong kosong disini, dan James hanya sahabatku. Jadi jangan memulai konflik dengannya.”Leonidas menatap Claire dengan tatapan tajam namun tenang. "Sahabat?" ucapnya, suaranya terdengar skeptis. "Aku mengenalmu terlalu baik, Claire. Aku tahu cara pria seperti James memandangmu, dan aku tidak bisa pura-pura buta."Claire menghela napas panjang, berusaha mengendalikan emosinya. "Leonidas, cukup. Aku lelah dengan sikap posesifmu. James selalu ada untukku ketika aku butuh teman, dan itu tidak ada hubungannya dengan perasaan romantis. Kau tidak bisa mengendalikan hidupku seperti ini."Leonidas tersenyum kecil, meskipun ada sedikit kesedihan di ba
“Kak Ashilla!!” Claire langsung terkejut saat melihat Ashilla sudah tiba di rumahnya.Disana juga ada kakaknya, Ethan dan juga ayah Ashilla.Mereka semua tersenyum, “Dokter cantik kita sudah pulang, bagaimana pekerjaanmu? Apakah sangat menyenangkan?” Tanya Ashilla dengan tenang.“Apa menurut kakak mengoperasi orang adalah pekerjaan yang seru?” Ashilla tertawa kecil mendengar jawaban Claire. "Yah, mungkin tidak seru, tapi kau selalu tampak begitu berdedikasi. Aku tahu kau mencintai pekerjaanmu," ucap Ashilla dengan senyum lembut.Claire terkekeh lalu mengangkat paperbag isi tas yang baru dia beli, “Ini hadiah penyambutan kakak, aku kira kakak akan datang saat di restoran ternyata bisa bertemu disini.” Ucap Claire dengan lembut.“Kenapa harus repot-repot.”Claire tersenyum kecil. "Aku ingin menyambutmu dengan sesuatu yang spesial. Lagipula, kapan lagi bisa memberikan hadiah untuk calon pengantin?"Ashilla menerima tas itu dan membuka sedikit isinya. "Wow, ini sangat cantik! Kau benar-b
“Dokter Claire, hari ini anda tak memiliki jadwal. Anda bisa pulang lebih cepat.” Ucap Asisten Claire kepadanya.“Benarkah? Aku ingat jika kemarin aku punya jadwal operasi siang ini.” Ucap Claire dengan bingung.“Benar, tapi sudah di ganti dengan dokter yang baru datang hari ini. Jadi jadwal anda cukup sedikit.”Claire mengerutkan keningnya, jadi Leonidas benar-benar merubah jadwalnya ke dokter yang baru. Dia menghela nafasnya lalu mengangguk.“Kau juga pulanglah dulu, aku masih ingin disini.” Ucap Claire pada asisten dokternya.“Baik, sampai jumpa besok dok.” Ucapnya lalu pergi meninggalkan Claire disana sendiri.Tka berapa lama Leonidas masuk, “Sudah makan siang?” Tanya Leonidas dengan santai.Claire mengangkat wajahnya dan menatap Leonidas dengan datar. “Aku belum lapar.”“Sudah waktunya makan siang, bukankah kau dokter jadi tahu resiko telat makan?” Ucap Leonidas dengan tenang.Claire memutar matanya, masih merasa kesal karena Leonidas telah mengubah jadwalnya tanpa memberitahunya
“Sudah sebulan setelah Leonidas kembali dalam kehidupan, Claire. Jadi kau menyerah begitu saja, James?” Tanya Ethan di sebuah klub ruang VIP mewah untuk menikmati anggur milik mereka yang paling spesial.James yang menemani Ethan hanya tersenyum tipis, “Jangan membuatku tak nyaman, kak.” Ucap James sambil meneguk segelas anggur disana.Ethan terkekeh, “Ya sudah, hanya saja sayang sekali meskipun sekali kau tak pernah mengutarakan perasaanmu. Sebagai pria kau harus mengambil resiko agar kau tak menyesal.” Ucap Ethan dengan santai.James terdiam, saat wanita penghibur menuangkan anggurnya kembali ke gelasnya yang kosong matanya mulai menatap anggur itu dan memutar-mutar gelasnya.James meneguk anggurnya perlahan, memikirkan kata-kata Ethan. "Aku bukan seperti Leonidas, Kak," jawabnya akhirnya, dengan nada yang lebih tenang. "Dia selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau tanpa harus memikirkan risiko. Tapi aku? Aku lebih suka berhati-hati daripada melompat ke sesuatu yang bisa menghancurk
“Nona, ada kiriman bunga mawar lagi dari tuan Leonidas.” Ucap pelayan pagi ini saat Claire sedang bersantai membaca buku dan meminum tehnya.Hari ini adalah hari liburnya, dan pagi yang cerah ini dia mendapatkan bunga yang setiap hari selalu dia terimanya.Leonidas benar-benar tak berhenti mengirimkannya meskipun Claire sudah bilang jika bunga itu akan menjadi sampah di rumahnya. Tapi Leonidas tetaplah Leonidas, dia sangat keras kepala.“Susun di vas seperti biasa.” Ucap Claire dengan tenang tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku bacaannya.“Untuk suratnya?” Tanya Pelayan itu.“Taruh saja, pasti kata-kata yang sama setiap harinya.” Ucap Claire dengan datar dan pelayan tersebut menjalankan pekerjaannya sesuai intruksi.Saat bunga sudah di tata di vas bunga, Claire meletakkan bukunya dan menatap bunga itu. Seperti biasa, mawar merah segar.“Sayang sekali besok akan layu.” Gumam Claire.Hingga pelayannya masuk kembali yang membuat Claire mengerutkan dahinya, “Ada apalagi?” Tanya Claire
“Aku tak menyangka jika kau akan datang menemui putriku lagi, Leonidas.” Ucap Dariel dengan tenang yang duduk di kursi kerjanya.Leonidas berdiri tenang, “Saya hanya ingin menemui wanita yang saya cintai, ayah.” Ucap Leonidas dengan menekankan kata ‘ayah’ pada Dariel.Dariel langsung mendatarkan wajahnya, “Kau dan putriku sudah bercerai. Tak ada sebutan ayah yang perlu kau ucapkan.” Ucap Dariel dengan tegas.Leonidas tersenyum, “Saya hanya membiasakan diri saya, karena sebentar lagi anda akan menjadi ayah saya lagi.” Ucap Leonidas dengan tenang.Dariel menyipitkan matanya, jelas tidak senang dengan pernyataan Leonidas. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada dingin.Leonidas tetap tersenyum, tanpa menunjukkan sedikit pun kegugupan. "Claire akan kembali kepada saya, cepat atau lambat," jawabnya dengan penuh keyakinan. "Saya yakin bahwa hubungan kami belum berakhir, dan ketika saatnya tiba, saya akan memastikan dia menjadi istri saya lagi."Dariel menahan diri untuk tidak langsung bereaksi
TING!‘Apa kita bisa bertemu?’Pesan masuk dari James tersebut membuat Claire yang rebahan dikamar langsung duduk.Claire menatap pesan itu dengan alis berkerut. James jarang sekali mengirim pesan tiba-tiba seperti ini, apalagi meminta untuk bertemu tanpa penjelasan. Pikirannya langsung berputar, mencari-cari alasan apa yang mungkin membuat James ingin bertemu."Kenapa sekarang?" gumamnya lagi, sambil mencoba menebak-nebak apakah ada masalah serius atau mungkin sesuatu yang lain. Rasa penasaran bercampur dengan kekhawatiran mulai merayap ke dalam pikirannya.Setelah beberapa detik berpikir, Claire mengambil ponselnya dan mengetik balasan, ‘Tentu, ada apa?’ sebelum mengirimkannya. Sambil menunggu jawaban, Claire bangkit dari tempat tidur, merasa sedikit gelisah. Dia bertanya-tanya apa yang membuat James mendesak untuk bertemu, apalagi setelah semua yang terjadi belakangan ini dengan Leonidas. Claire terus berpikir, sampai akhirnya ponselnya berbunyi kembali, menandakan pesan masuk.‘
“Tuan James menyatakan cintanya pada nyonya, tuan.” Lapor Kendrick pada Leonidas yang tengah termenung di ruang kerjanya karena ditolak oleh Claire untuk berkencan.Namun, saat mendengar laporan itu dia langsung menatap Kendrick dengan serius, “Apa dia menerimanya?” Tanyanya dengan serius bahkan sampai berdiri untuk mendengarkan informasi lebih lanjut.Kendrick menggeleng, “Nyonya menolak namun dia juga terlihat sedih, apa mungkin nyonya juga menyukai tuan James?” Tanya Kendrick lebih ke dirinya sendiri.Tanpa menjawab apapun Leonidas langsung mengambil jasnya dan pergi dari sana.Leonidas melangkah keluar dengan wajah yang penuh determinasi, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang perasaan Claire yang sebenarnya. Rasa tidak nyaman memenuhi dadanya saat ia memikirkan kemungkinan bahwa Claire memiliki perasaan untuk James. Ia tidak bisa membiarkan hal itu begitu saja."Kemana tujuan Anda, Tuan?" tanya Kendrick, sedikit khawatir dengan ekspresi serius Leonidas.Leonidas berhenti s