Malam hari cuaca sangat cerah terlihat dari banyaknya bintang-bintang berkelap kelip di atas kepala. Mereka akhirnya sampai disebuah kediaman besar seseorang yang tidak diketahui oleh Clara. “Ini dirumah siapa, om? Ada rangka pesta apa sih?” Reruntutan pertanyaan Clara lontarkan kepada Georgino tapi satupun tidak ada yang ditanggapi olehnya. Merasa diabaikan, Clara pun akhirnya memilih keluar dari dalam mobil. Clara tampak begitu cantik memakai gaun berwarna merah maroon untuk menghadiri sebuah pesta yang tidak Clara ketahui siapa, karena Clara dipaksa ikut oleh Georgino untuk menggantikan orang tuanya yang tidak bisa datang. “Kenapa kau membawaku ke sini, om? Aku malas banget datang ke pesta kayak ginian. Membosankan.” Sekilas Georgino menatapi Clara dengan wajah datarnya, setelah itu dia beralih berkaca Georgino di spion mobilnya. Dalam hati, Georgino memuji ketampanannya, apalagi penampilannya malam ini yang tampak mempesona dengan tuxedo hitam dipadu dengan kemeja yang warnyan
“Bukannya dibelain malah berceramah. Ogah banget gue minta maaf duluan sama alien tungku kayak dia.”Clara menggerutu kesal sambil berjalan cepat menuju tempat mobil Georgino terparkir. "Entah kenapa si alien tungku itu ada di sini." wajah Clara tampak masam. Tangannya membuka paksa pintu mobil Georgino, bukannya terbuka mobil itu malah mengeluarkan suara.“Sial. Malah terkunci.” Kekesalan Clara membuncah sehingga dia melampiaskannya dengan menendang kap mobil Georgino.“Kalau kau lagi kesal, jangan mobilku juga yang kena imbasnya.”Georgino datang dan terkejut melihat mobil kesayangannya ditendang kasar sama Clara.Niat Clara ingin menghindari orang-orang yang membuatnya jadi pupus karena kedatangan Georgino.Tanpa ragu-ragu Clara benar-benar menendang tulang kering Georgino membuat pria itu meringis kesakitan dan hampir tersungkur“Kenapa kau menendangku?” Georgino marah dan tidak terima diperlakukan seperti itu. Untung tidak ada orang di sana dan menyaksikannya, jika tidak sudah j
“Lo mau ke kampus?” Sebastian mengerutkan dahinya saat melihat Clara keluar daru rumah. “Buru-buru banget.” Saat ini dia sedang memanasi motor besarnya tentu terheran melihat tiba-tiba Clara keluar dari rumah dengan tergesa-gesa, padahal abangnya masih ada di dalam rumah.“Iya.”“Kok nggak sama bang Gino? Kan kalian satu tujuan.” Sebastian heran.Sebastian menangkap seperti ada sesuatu yang terjadi antara abangnya dan Clara. “Lo lagi bertengkar ya sama abangku?”Clara menjawab pertanyaan Sebastian dengan mengelengkan kepalanya. Sebenarnya dia sendiri pun tidak tau apa yang sedang terjadi padanya dengan Georgino.Semalam setelah kepergian mamanya dari kamar mereka, Georgino keluar dari kamar mandi dan pergi begitu saja tanpa mengeluarkan satu kapan pun.Malas meladeni tingkah Georgino yang mendadak sariawan itu, Clara memilih untuk tidur duluan. Tidak peduli Georgino kembali ke kamar atau tidak.‘Anjir. Semalam kesannya aku udah seperti wanita penghibur aja.”Clara bergidik ngeri keti
Clara berjalan sendirian menuju gedung fakultasnya. Sambil berjalan, Clara kembali teringat ucapan Darian semalam dan dia berpikir mengapa Darian tega berkata seperti itu pada Felicia. “Felicia pasti sakit kali hatinya. Dia sih suka sama orang sampai sebego itu.” gumamnya pada dirinya sendiri. “Semalam Feli kelihatan murung banget.” Clara berhenti ketika mendengar suara ponselnya berbunyi. Saat mengambil ponselnya dari dalam tas, ternyata Clara mendapat telepon dari mamanya. Clara pun menerima telpon dan dia syok saat mamanya mengatakan kalau papanya sedang jatuh sakit. “Baik ma. Sepulang dari kampus Ara akan singgah ke rumah.” “Oke, kamu pulang ya.’ “Iya ma.” Dengan raut wajah yang terlihat sedih, Clara pun mengakhiri panggilan itu dan langsung bergegas menuju kelasnya karena mata kuliah mereka akan dimulai lima belas menit lagi. Clara berjalan seorang diri sambil sesekali mendesah seperti memikirkan banyak masalah. *** Hari sudah semakin sore, sudah banyak mahasiswa pada ber
Pagi hari Clara tersenyum dalam tidunya. Kemudian dia membuka matanya. Clara perlahan melirik ke atas dan terkejut melihat Georgino masih tertidur sambil merangkul tubuhnya.Apa yang terjadi? Kenapa kami bisa tidur seranjang?Clara bergerak ingin menyingkirkan tangan Georgino yang memeluknya, tapi hal itu berakhir sia-sia karena Georgino dengan tenaganya menahan tangan Clara dan semakin mengeratkan pelukannya.“Aku masih mengantuk, tidurlah sebentar lagi,” ucap GeorginoClara merasa sesak karena wajahnya menempel terus di dada Georgino.“Lepaskan bodoh. Aku sesak di sini.” sentak Clara mendorong tubuh Georgino dengan kuat sehingga tangan Georgino terlepas dari pelukan itu.“Kenapa om tidur di kasurku?” serbu Clara.“Jadi aku mau tidur dimana lagi? Sofamu kecil, nggak cocok denganku.” Georgino membuka mata, kesadarannya kini sudah pulih sepenuhnya. Georgino masih dengan muka bantalnya melihat wajah Clara yang terlihat masam karena ia peluk tadi.Clara mengalihkan perhatiannya ke arah
Pagi hari, Georgino menggeliat di pembaringannya. Tak lama dari itu, akhirnya Georgino pun terbangun. Dengan muka bantalnya, Georgino bangkit dari tidurnya. “Kemana dia?” suara Georgino terdengar serak. Manik matanya melihat ke arah ranjang tapi dia tidak melihat Clara ada di sana.“ Tumben cepat bangun,” gumamnya heran. Georgino berpikir kalau Clara sudah bangun duluan dan sudah bersiap.Setelah merapikan selimut di sofa tempatnya tidur, Georgino keluar dari kamar. Dia turun ke bawah dan mendatangi dapur terlebih dahulu.Georgino melihat para pelayan hampir selesai menyiapkan sarapan untuk mereka.Pelayan-pelayan itu sempat terheran dengan kedatangan tuan muda mereka. Mereka mengira kalau tuan mudamya sedang membutuhkan sesuatu, tetapi tidak karena Georgino ternyata hanya sekedar melihat sebentar saja lalu kemudian pergi begitu saja.Saat melewati meja makan, Georgino berhenti sebentar untuk mengambil satu biji buah pisang untuk mengganjal perutnya.Sambil berjalan kembali ke kamarn
Clara memundurkan langkahnya, kepalanya terdongak ke atas untuk memastikan nomor ruanganya. Siapa tau aja Clara salah memasuki ruangan.Ruang 207. “Benar kok.”Clara melihatnya dan sialnya itu adalah nomor ruangan kelasnya dan menyadarkannya kalau dia tidak salah memasuki ruangan.“Apa kamu tidak mau masuk? Kalau tidak, silahkan tutup pintu itu lagi,”ucap Georgino memerintah dengan suara tegas dan lantang.Clara merasa sedikit aneh, karena kali ini aura dan suara Georgino agak sedikit berbeda seperti biasanya.“Maaf pak.” Clara pun memilih masuk. Dia menutup pintu itu kembali dan berjalan menuju kursi yang kosong sambil menunduk kepala.Mata Georgino menyipit, “Siapa yang mempersilahkan kamu duduk?”Langkah Clara terhenti. Dia berbalik menghadap ke arah Georgino yang sedang bersedekap tangan sambil menatapnya tajam.“Saya paling tidak suka melihat mahasiswa yang tidak disiplin ada di dalam kelas saya. Seperti teman kalian ini contohnya.” ucap Georgino tegas, mengatakan itu kepada
“Cepat juga kau membersihkan tuh kaca-kaca jendela. Mana kinclong lagi.”“Bukan aku yang bersihkan.”“Terus?”“Ya petugas kebersihanlah.”“Untung tadi ketemu sama papa mertua, jadi aku bebas deh dari hukuman si human jengkel Georgino.”Tasya dan Karina kaget mendengar Clara yang diselamatkan dari hukuman Georgino oleh ayah mertuanya.Mereka saat ini sedang mengantri makan siang di kantin kampus.Tasya mengangguk-angguk kepala, pantasan setelah Clara tiba di kelas, tak lama kemudian Georgino pun datang menyusulJadi itu alasan kepergian Georgino dari kelas mereka.Mereka merasa kalau Clara sangat beruntung karena terkoneksi dengan keluarga Kanigara.“Bisa kali ya, kalau nanti kami kena hukum sama pak Gino minta perlindungan dari lo.”Karina mengingatkan Tasya untuk menutup mulutnya. “Kau, ambil kesempatan aja.”Tasya tertawa cengengesan sambil menutup mulutnya.Setelah mendapatkan makanan, mereka pun mencari tempat duduk ternyata.Ketiganya kaget saat Darian tiba-tiba datang ke meja me
“Baiklah, besok aku akan pergi ke sana.” Clara menutup panggilan telponnya. Clara menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Ada Georgino yang berdiri di sana lalu berjalan pelahan memasuki kamar.Seperti tidak ada niat untuk menyambut kepulangan sang suami, dia melangkah acuh menuju kasur dan duduk ditepi ranjang kemudian memainkan ponselnya.Georgino di dekat meja untuk meletakkan tas kerjanya di sana.“Apa masih sakit?”Clara tidak menjawab, dia sibuk memainkan ponselnya. Georgino mendekat, "Hei", panggil Georgino. "Aku sedang berbicara denganmu.”"Oh. Kau memanggilku— sorry, saking sibuknya dengan ponsel.” Clara berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya tadi.Clara mengalihkan pandangannya dan jadi salah tingkah karena Georgino hanya diam namun terus memandangnya dengan tajam. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Clara tidak tahan lagi saat ditatap seperti itu oleh Georgino.Pria itu mengabaikannya, Georgino masih menatap Clara dengan intens. "Apa masih sakit?" Georgino kembali bert
“Ra, bisa diam napa, gue jadi pusing lihat lo mondar-mandir gitu.”Karina menoleh menghadap Tasya lalu menatap Clara lagi. “Betul tuh. Apa udah nggak sakit lagi. Lo kan baru siap coblos semalam?”Keduanya sedari tadi sibuk memperhatikan Clara yang mondar-mandir seperti setrika sejak mereka memberitaukan bahwa Georgino bersama Kiara diperpustakaan.‘Sial. Udah dapat enaknya aja, berani juga dia asik-asik’an dengan si Kiara itu.’“Kalian tidak berbohong, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain, kan?” tanyanya yang tidak tahan lagi karena penasaran di dorong rasa cemburu. Maybe.“Tadi sih nggak ada. Cuma Kiara aja nabrak kak Darian habis itu dia pergi, makanya kami bisa bertemu dengan pak Gino.” sahut Karina.“Tapi bisa aja, kan pas kita pergi dia jumpai pak Gino lagi.” timpal Tasya membuat Karina terlebih Clara menatap heran ke arah gadis itu.“Lo kok gitu sih Sya.” Karina memukul kakinya Tasya.Tasya terkekeh ditempatnya melihat Clara yang sudah meringkuk di sofa panjang di depannya. Dari waj
Clara sudah berada di dalam kamarnya lagi tengah berbaring memeluk gulingnya dengan erat sembari memikirkan sesuatu yang membebani pikirannya.“Kenapa ya? Heran aja gitu, tumben-tumbenan aja dia mau balik ke sini. Biasa juga harus dipaksa dulu, itupun kalau boleh dihitung biasanya cuma setahun sekali, udah kayak anniversary aja.” Clara bergumam pelan.Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu. “Siapa?” Clara bertanya pada dirinya sendiri. “Mama kan baru pergi lagi? Apa bibi? Tapi ngapain?”Meski merasa malas, Clara memaksa dirinya berjalan membuka pintu kamar. Saat pintu terbuka, Clara dengan wajah melongoh terkejut melihat kehadiran kedua sahabatnya.“Hai.” sapa Karina.“Kalian sejak—Maksudku ngapain kalian kesini?”Karina tidak menjawab, dia tersenyum-senyum sendiri karena sikap Clara yang sangat menggemaskan saat ini. Clara terlihat lucu dimatanya kalau sedang dalam mode blo-on“Gila. Rumah suami lo besar juga ya. Rumah orang tua gue nggak ada apa-apanya.” decak Karin
“Semoga tim kak Darian menang. Sayang kita nggak bisa datang, mana si Clara juga ijin nggak masuk lagi.” tutur Karina.“Katanya sih sakit.” timpal Tasya. “Tapi sumpah deh aku jera kalau mau ngajak dia ke bar lagi. Tatapan pak Gino waktu itu seram. Untung si Clara bertingkah, jadi bisa ngalihin perhatian dia.”“Masa sih.” seru Karina tidak percaya.“Kau mah nggak tau. Kan kau lagi mabuk juga waktu itu.”Di kampus, Tasya dan Karina sudah berjalan keluar dari gedung fakultas mereka. Untuk hari ini mereka hanya satu jadwal matkul saja. Jadi setelah tidak memiliki kegiatan lagi.“Kita mau kemana?”“cari makan dulu, siap itu kita pergi lihat Clara.”“Memang kau tau dia tinggal dimana?”“Kan bisa ditanya nanti sama Clara lewat telpon, kalau nggak sharelock.”Langkah keduanya mendadak terhenti ketika melihat sosok pria yang sangat dia kenal.“Pak Gino.”Tasya dan Karina saling tatap-tatapan. Sepertinya pikiran mereka saling terhubung hingga tanpa dikomando terlelebih dahulu, baik Karina dan
“Apa yang kau kau lakukan di dalam sana? Udah lumutan aku gara-gara nungguin kalian.”Georgino malas menanggapinya, dia menatap Haris dengan raut wajah datar. “Berisik.” ucapnya singkat, namun wajahnya tampak begitu kesal. “Kalau kau memang nggak mau kerja samaku lagi mending kembali ke Singapura sana.”Haris mencebikkan bibirnya. “Santai napa bos. Sensi amat.”Georgino mengulurkan tangannya mengambil paper bag yang dipegang sama Haris. Dia membukanya untuk memeriksa barang yang dibawakan oleh asistennya itu.“Pakaian dari rumah, kan?”“Iya. Aku mana tau ukuran baju istrimu, jadi mending ke rumah aja, eh syukurnya ada nyonya besar di rumah. Jadi gampang deh, yang susahnya cuma nungguin kalian di sini.”“Orangtuaku udah pulang?” Georgino mengabaikan ucapan terakhir dari Haris.“Sudah, makanya pakaian nona Clara mamamu yang ngambilin.”“Oke, terima kasih. Kalau begitu kau boleh pulang.”“Tentu saja... eh tapi kalian mau pulang sekarang, kan? Mamamu tadi nanyain. Kau sih orang nelpon ngg
Keesokan harinya Clara terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Sementara disebelahnya, Georgino merasa masih ngantuk, langsung menarik Clara ke dalam dekapannya. "Jangan bergerak. Lebih baik kau tidur lagi.”Mendengar suara serak Georgino membuat mata Clara melotot sempurna. Dia menoleh dan melihat Georgino dalam keadaan shirtless alias bertelanjang dadanya.Merasakan ada sensasi hangat yang terhantar karena tubuh mereka saling bersentuhan, sontak Clara menyibak selimut dan melihat tubuhnya dalam keadaan polos yang sedang didekap oleh Georgino.“Akkkhhh.”Clara menjerit kala melihat sesuatu tersembunyi di dalam selimut dan sukses membuat Clara kembali menutup selimutnya. Clara segera terduduk membuat tidur Georgino jadi terganggu.“Kenapa kau berisik sekali?!”“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” cecar Clara dengan tatapan sinis bercampur marah.“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”Clara menggeram tak percaya. Ingin bertanya, justru pria itu ya
“Clara! Gadis ini,” Georgino merasa mendadak merasa pusing menghadapi tingkah Clara.Gadis itu memisahkan diri dari Georgino yang sedang melakukan check in hotel. Mau tidak mau Georgino harus datang menjemput Clara yang terlihat menunjuk ke arah dinding.“Apa yang kau lakukan di sini?”Clara melihat Georgino sebentar lalu tersenyum senang.“Aku mau lukisan ini. Cantik.”Menyadari Clara ingin menggapai lukisan itu, Georgino pun dengan cepat mencegah. Tanpa berpikir panjang Georgino langsung menarik tangan Clara menuju meja resepsionis.Sedari tadi tingkah mereka tak luput dari perhatian dari para resepsionis di sana. Georgino kembali lanjut menyelesaikan adminitrasinya sementara Clara terkurung karena dikekep oleh oleh salah satu tangan Georgino. Antisipasi agar Clara tidak berulah lagi.“Dia istri saya.”Georgino akhirnya kembali membuka suaranya dan memberitau kalau perempuan yang ada disampingnya itu adalah istrinya. Pasalnya sedari tadi resepsionis hotel itu terus menatap aneh ke a
Acara seminar sudah selesai, Darian terburu-buru meninggalkan kampus. Mobilnya keluar dari parkiran dan melaju meninggalkan kawasan kampus.. Ia membawanya mobilnya dengan kecepatan tinggi karena terburu-buru mengejar sesuatu.Tiba-tiba ketika di gerbang kampus, ada seorang gadis yang berjalan keluar tanpa memperhatikan jalannya karena fokus memainkan ponsel. Darian yang telat menyadarinya langsung membantir stir tapi naas, mobilnya ternyata tetap mengenai gadis itu hingga tak sadarkan diri.Darian mendapati ada luka di dahi dan pelipisnya, tapi dia mencoba untuk mengabaikannya dan langsung turun dan keluar untuk menemui orang itu.“Sial. Dia pinsan lagi.” Umpat Darian saat melihat gadis itu tertidur tengkurap di jalan.Darian mendekat dan membalikan tubuh korban dari mobilnya. Darian seperti pernah melihat dan mengenali gadis itu.Darian menatap ke sekelilingnya. Melihat tidak ada orang pada moment itu, Darian pun buru-buru membawanya masuk ke dalam mobil. Jika ada yang tau, bisa ruy
“Mama mau kemana?”Sepulang dari kampus Clara melihat mertuanya tampak bersiap-siap hendak pergi ke suatu tempat.“Sayang, apa sudah siap?” Tiba-tiba Reinard muncul menghampiri istrinya dan menantunya. “Eh kamu sudah pulang,” ucap Reinard saat baru menyadari keberadaan Clara.“Iya Pa.” balas Clara sekenanya. “Ini Papa dan Mama pada mau kemana?”“Mau ke Singapura sayang,” jawab Carissa sambil membetulkan dasi yang dikenakan oleh Reinard.“Singapura? Ngapain Ma? Ada urusan kerja ya?”“Iya, sekalian juga menghadiri acara pernikahan putri dari rekan kerja papamu.”Clara hanya mengangguk. “Memang berapa hari mama dan papa di sana?”“Paling dua tiga hari sayang. Sehabis pesta, besoknya kami langsung pulang.” jawab Carissa sementara Reinard sedang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.“Bukan besok ya pestanya?”Carissa mengeleng. “Lusa. Kalau besok Mama dan Papa liburan dulu.”“Seandainya Gino nggak ada kegiatan seminar, udah kamu dan Gino yang mama suruh pergi ke sana,” tambah Carissa