Beranda / Romansa / MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT / 14. Berdamai dengan Takdir

Share

14. Berdamai dengan Takdir

Penulis: Kafom Rona
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-10 22:55:00

Hening ....

Hanya suara isakan aku dan Reta terdengar.

Pelan Mas Gading duduk melantai dekat dinding, sama tempatku bersandar. Dia menatapku dari jarak dua meter.

"Semua orang ada masalahnya, Bulan. Tapi menyelesaikan persoalan dengan mengakhiri hidup tidak benar. Apa bedanya kita dengan orang kafir? Hanya siksa abadi di neraka yang kita dapat setelahnya. Sungguh merugilah dengan amal ibadah selama ini."

Kalimat lelaki enam tahun di atasku itu, sukses membuat badanku berguncang hebat.

"Banyak orang di luaran sana menginginkan anak, sampai operasi dengan mengeluarkan dana ratusan juta. Karena itu harta termahal di dunia. Kenapa kamu menolaknya? Tak sedikit orang yang bisa melahirkan, mendidik, dan menghidupi darah daging mereka dengan status orang tua tunggal. Kenapa kamu malah down begini? Jangan membiarkan sakit hati, membuatmu menyesal seumur hidup. Pikirkan orang tua, saudara-saudara, Reta, bahkan aku yang menyangimu."

Mas Gading menatapku kian teduh. Lalu merangkai senyuman da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   15. Inikah Saatnya Raga Diambil?

    "Kamu nggak perlu pulang, Ta. Biar aku yang antar Bulan periksa," telepon Mas Gading ke Reta, sosoknya tiba-tiba muncul dengan pakaian dinas, mobilnya sudah diparkir di pinggir jalan, saat aku duduk menunggu di teras sambil melihat perkembangan toko lewat aplikasi di HP. Nampaknya lelaki yang dikagumi banyak wanita itu, tahu jadwal kontrolku. "Tidak usah merepotkan diri, Mas. Apa kata orang nanti pegawai pemerintah, kok, keluyuran di jam kantor?" ujarku memasukkan ponsel di saku."Paling aku jawab, lagi antar istri," Dehgt, jawaban Mas Gading sukses membuatku tersedak dengan liur sendiri, pun wajahku memerah akibat batuk. Apakah ini alasan dia bersikap aneh akhir ini? Ini tidak boleh tejadi, kesalahan besar jika yang kupikirkan itu benar."Ayok! Ntar, aku dapat hadiah kata mutiara dari atasan kalau telat pulang," ujarnya menyadarkanku dari terpakuan. Ah, kenapa lelaki aneh ini semakin aneh, yang semakin membuatku salah kaprah."Bulan nggak bisa, Mas. Fitnah!" tolakku halus. Wajahnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   16. Kenang Pahit yang Tak Lekang Waktu

    "Cara gendong bayi bukan gitu, Bang!" Sini, sini, ma tante, Sayang. Jangan mau ke Om Gading, gara-gara dia kamu hampir celaka." Reta mendekat dan mengambil alih bayi di gendongan Mas Gading, yang memang terlihat tegang, nyaris tidak goyang di duduknya. Wajarlah, belum pengalaman. Dia menarik senyum kecut mendengar kalimat terakhir adiknya. Aku terpaksa melahirkan caesar. Stres hampir menyebabkan pendarahan. Untung kejadiaannya tidak jauh dari rumah sakit, jadi cepat ditangani. Tak mampu membayangkan andai .... Ah, sudahlah, tak perlu disesali. Yang penting malaikat kecilku telah lahir dengan selamat. Mas Gading terlihat menunduk, kuyakin ucapan Reta sukses membuat dia bersalah. Aku tak tahu kenapa wanita bergincu merah itu sangat marah. Toh, kami tidak ngapa-ngapain. Tak membuncit lagi ini perut, aku nggak mungkin merampas calon suaminya. Apalagi...? Huft, cinta memang sering membuat orang buta, pun membuat kehilangan simpati, Seperti Mas Rio dan ...? Arght ...! Inilah efek luka d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   17. Salah Sangka Berujung Malu

    Kami pulang setelah tiga hari di rumah sakit. Aqiqah dimasukkan ke pondok pesantren sekitar lima puluh kilo dari rumah Reta. Lokasinya berada di kaki bukit yang dapat kami tangkap mata dari sini. Itu kata Mas Gading yang sempat beberapa kali ke sana. Ada dua alternatif melakukan sunnah ini, menghemat tenaga, juga bersedekah makanan pada anak-anak penghapal Kalam Ilahi di pondok tahfidz, semoga semuanya bernilai pahala di hadapan Allah.Ulul Azmi, dipanggil Azmi, itulah nama yang diberi Reta, sementara Mas Gading tidak komplein. Aku setuju menerima saja, selain artinya bagus, Azmi juga adalah nama penyanyi berbasic sholawatan, Gus Azmi. Hatiku senyumi-senyum sendiri membayangkan putraku akan seperti dia. Tumben juga dua saudara itu tidak berdebat dulu atas pemberian nama itu? Malah seperti kompak? Padahal, sejak Azmi lahir, mereka berdua paling heboh, pun pendapatnya harus terjadi. Atau jangan-jangan di balik nama itu ada sesuatu yang istimewah? Entahlah."Adeknya Nailah ..." Gadis ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   18. Abinya Nailah

    Cepat melajukan motor yang kuambil saja tadi. Mudah-mudahan tidak dituduh seperti yang kulakukan pada abinya Nailah. "Maaf, maaf banget, Mas. Aku benar-benat kepepet tadi," ujarku dengan menangkupkan tangan sebagai permohonan maaf pada lelaki yang memakai helm, yang sementara celingak-celinguk mencari motornya, dari penampilan kemungkinan pegawai koperasi.Dia kemudian berlalu setelah memeriksa roda duanya, lalu berlalu tanpa sepata kata, yang sukse membuatku merasa bersalah. Lengkaplah sudah keteledoranku ini hari.Sore hari, Reta dan Mas Gading belum pulang. Biasanya di waktu-waktu begini mereka berebutan menggendong Azmi, keluar jalan-jalan atau kadang membawanya bercengkrama depan rumah. Kali ini aku memutuskan membawanya sendiri, minimal duduk-duduk di teras.Baru berapa menit meletakkan bokong sambil melantunkan salawat pelan, dadaku berdebar keras melihat mobil putih menuju ke mari. Semakin dekat irama jantung menggila mengetahui siapa pengemudinya. Orang yang kutuduh tadi sia

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   19. Efek Tak Mengakui Kecerobohan

    "Sudah tanya abi dan Simbah?" tanyaku yang diangguki Nailah cepat."Hore ..., kita lets go!" Heboh Azmi dan Nailah ketika motor telah melaju. Sampai di tujuan, toko sudah terbuka. Pak Saleh menjadi orang kepercayaanku mengurus dan menjaga beserta semua isinya, kecuali bagian kasir hanya aku dan Reta yang boleh di area sana. Mungkin kalau darurat, lelaki kepala empat itu akan jadi pengganti. Toko diistirahatkan selama waktu salat. Semua pekerja diminta menunaikan kewajibannya sebagai hamba. Bukan sok agamais yang dikejar. Menjalankan perintah, itu yang kami mau biasakan."Ada yang nyari di luar, Bu!" ujar Pak Saleh dari luar bersamaan dengan suara ketukan pintu. Ah, bapak itu, sudah kuminta jangan panggil ibu, masih juga tak bisa berubah. Padahal umurku belum terlalu tua, dua puluh empat tahun tujuh bulan, jauh dibawa usia Pak Saleh. Terserah beliau sajalah, yang penting dia bahagia. Atas toko bangunan ini, sengaja direnov. Ada satu kamar pribadiku bersama anak-anak, satu kamar unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   20. Makhluk Tak Bersahabat

    Belum sempat memperbaiki posisi jantung, lelaki pencipta debar itu keluar dengan menggendong Azmi, sementara Nailah mengikutinya. Mata kami sempat bersirobok sejenak sebelum dia meletakkan Azmi di kursi dekatnya, lantas dia pun duduk. Sekarang kami berhadapan, terasa sangat canggung luar biasa, bahkan Reta sempat tersedak. Mungkinkah karena kehadiran lelaki pemilik wajah dan postur tubuh nyaris sempurna itu? Huft ... Sebenarnya tak ingin menerka-nerka, tapi keadaan memaksa melakukannya.Kami memulai makan tanpa bersuara, tepatnya aku pribadi tak ingin mengeluarkan suara, Reta pun ikut-ikutan melakukan hal sama, hanya Nailah dan Azmi yang terdengar heboh. Ah, aku benci suasana kaku begini, Reta terlihat lebih banyak menunduk dan sekali-kali mencuri pandang pada lelaki di seberang meja, padahal aslinya dialah pemimpin barisan kehebohan Nailah dan Azmi yang sebenarnya selama ini."Mbah hari ini ceritanya sukuran, karena Nailah dan abinya akan resmi menemani Simbah di sini." Mbah Halim

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-23
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   21. Cukuplah Aku dan Allah yang Tahu

    "Kok bisa, ya, anak ini mirip banget kamu?""Iyya, jadi heran, kok, persis amat.""Jangan-jangan anak ini hasil dari pembuangan sembaranganmu, Brow!""Cari informasi siapa tahu beneran ini anak lo!"Tubuh makin tak bisa bergerak mendengar berbagai komentar teman-teman Mas Rio. Persendianku seakan hilang fungsi, hanya mata dan pendengaran yang awas ke tempat berjarak sepuluh meter itu. Sementara dalam gendongan sang ayah, Azmi bereaksi gemes ketika orang-orang sekeliling menggoda, memegang pipi, dan bahkan ada yang menciumnya. Andai tahu lelaki pemicu emosi jiwa itu ada di sini, aku tidak bakalan pernah mau ikut sama Reta. Jadi niat awalku yang ingin ikut melihat-lihat, membeli juga satu unit bila tabungan terkumpul, akhirnya jadi ambyar total. "Namanya siapa anak guanteng?" Mas Rio memencet pelan hidung Azmi. "Azmi." Bocah itu menyingkirkan tangan Mas Rio lalu mengusap hidungnya yang mulai kemerahan. Sontak terdengar gelak tawa di sekitarnya. "Papa dan mamanya mana, Sayang?" tany

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-24
  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   22. Cinta itu Aneh

    "Maaf! Bukan maksudku membentakmu. A-aku ...." Mas Gading menatapku lamat. Mungkin dia mengira aku tersinggung. Ini pertama kali dia bernada keras di depanku. Sekaligus pertama berbicara empat mata seperti sekarang. "Aku yang seharusnya meminta maaf, tlah lancang mencampuri ranah pribadimu. Ini kulakukan demi amanah, sekaligus punya alasan ke Mbak Amira telah menyampaikan permintaanya," jawabku jujur, sambil menangkupkan kedua tangan depan dada, tanda permohonan maaf. Kami terdiam, merasai pikiran masing-masing. Hanya celotehan Azmi yang terdengar menanggapi permainannya sendiri. "Kalau kamu tak ingin bersama dia lagi. Ijinkan aku menggantikannya." Deght! Refleks mataku memindai Mas Gading, mencari kebenaran dari ucapannya. Sepertinya dia tidak main-main. Jadi ungkapan yang pernah dia lontarkan? Bahwa dia cemburu bila aku memandang laki-laki lain, itu bukan canda? Perhatian? Sikapnya yang melindungi? Adalah eksplementasi isi hatinya? Terus, kerengganannya dengan Mbak Amira? Terseb

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-25

Bab terbaru

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   74. Ending yang Manis (Tamat)

    Biasanya, melipat dan menyetrika pakaian tak sampai dua jam selesai. Namun, kali ini terasa sangat lama. Nailah dan Azmi yang sempat membantu menurut mereka, jadi ketiduran, aslinya, sih, memang lagi main-main sambil seru-seruan.Bukan karena pakaian yang menumpuk setelah habis acara pesta sederhana, dalam rangka mengumumkan kehalalan hubungan kami.Terlebih disebabkan tentang keberangkatan besok untuk menemui umminya Nailah di Makassar, jadi aku kurang fokus. Padahal ini hampir dua bulan rencana kedatangannya mundur dari informasi sebelumnya.Abi Nailah yang baru datang dari pondok hanya menggeleng kecil sambil tersenyum melihat dua bocah terlelap asal, kemudian memindahkan mereka satu-persatu di biliknya. Kamar memang tempat favoritku mengerjakan kegiatan tersebut, selain nyaman melantai dan dingin kena AC, juga aman meski tak memakai jilbab andai kedatangan tamu tiba-tiba."Tidak usah disetrika, Ummi Sayang." Abi Nailah menyamakan posisi, dia mengambil duduk di belakang sambil mel

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   73. ijinkan

    "Andai kutahu sahabatku seterluka ini, dari awal tak akan beramah-tamah dengan Simbah dan putrinya," kataku menatap Reta sendu. "Ck, meski aku frustasi begini, masih waras tuk melibatkan mereka dalam persoalan hati." Aku meringis merasakan cubitan kecil Reta di pinggang, sekaligus syahdu menyadari my sister itu telah kembali.Serasa ada yang mengharu biru di dada. "Kalau kamu tinggal di rumah Simbah, aku sama siapa?" tanya Reta seperti dulu, yang selalu nyeplos tanpa berfikir. Anak itu kini benar-benar telah legowo."Makanya nikah juga. Bulan udah dua kali, kamu tinggal perawan tua." Bantal langsung dilayangkan Reta, menimpuk kepala Mas Gading yang menyela pembicaraan. "Semua yang pernah pedekate ke kamu melalui aku, mulai dari belum matang, setengah matang, matang berkali-kali atau gosong sekalian, Abang masih punya nomor HP mereka semua." Mas Gading memperlihatkan gawainya ke Reta dengan mimik lucu tapi serius."Abang ..." Mas Gading langsung berlari keluar mendengar adiknya bert

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   72. Cinta Tak Dapat Dipaksa

    Entah hanya berapa jam waktu tidurku semalam, setelah melakukan pengaduan panjang lewat salat tahajud dan dilanjut salat Subuh, aku berkutat di dapur lalu membersihkan rumah.Rumah sakit yang terpikir sekarang, entah Reta tak memaafkan lantas mengusir, aku akan jelaskan semua dan memohon maaf yang sebesarnya. Bahkan akan berencana mempertemukan Abi Nailah, agar dia mendengar langsung pernyataan dari bibir pria yang diimpikannya itu."Semoga Allah memudahkanmu, Sayang." Doa Simbah saat aku pamit, beliau mengusap kepalaku sambil tersenyum hangat."Bawain bakso bakar yang dekat masjid kalau pulang nanti, ya, Ummi," pesan Nailah dan Azmi hampir berbarengan, makanan itu mamang favorit mereka. Aku menaikkan jempol tanda setuju.Aku sampai ke rumah sakit dengan ojek sesuai rencana, namun segera berbalik ke toko setelah mendapat telepon Pak Sholeh, ada instansi yang ingin mengambil barang dalam jumlah besar dan harus ada tanda tangan pemilik tokoh sebagai tanda bukti. Okelah, bertemu Reta kit

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   71. Kadang Cinta Tak Mengenal Logika

    Aku menumpukan bobot tubuh di kursi taman, meredam rasa bercampur yang masih bergolak. Aku tak tahu apa yang ada di pikiran Mas Rio, bisa-bisanya muhallil yang bercokol di otaknya dan seakan tak bisa diubah. Dia pikir semudah menggoreng ikan lalu melahapnya? Dan luar biasanya, Reta mendukung rencana gila itu agar mendapatkan Abi Nailah. Tak salah lagi, kedua orang ini bucin akut. Ajaibnya semua menyangkut diriku.Huft ...Kututup mata beberapa saat sambil memijit pangkal hidung, ini salah satu cara merilekskan otot-otot syaraf yang masih menegang. Entah itu benar apa tidak, diri selalu mengaplikasikan cara ini."K-kapan, Mas, di sini?" Aku memegang dada mendapati rupa menawan itu sangat dekat saat membuka mata, berjarak sekitar setengah lengan dewasa, hembusan desahan panjangnya menyapu wajahku.Abi Nailah tak menjawab, dia menarik lenganku lembut menuju parkiran, lalu memintaku naik ke roda empatnya. Pria ini kenapa bersikap aneh?Seperti biasa, tak ada percakapan, hanya suara grub

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   70. Kompor Sedemikian Rupa

    Aku menatap tak berkedip ke arah Reta sekaligus berusaha menajamkan pendengaran ke lawan bicaranya yang kini dia kurangi volume suara di ponselnya. Sama, gadis manis itu tetap bersikap benci, malah sekarang dia seakan jijik walau sekedar menoleh ke arahku meski hanya sejenak. Ya, walau tak sepenuhnya aku menyalahkan diri, tetap saja posisiku tersudut bila berhadapan Reta. Ya, itu disebabkan sebegitu sayangnya aku pada dia. Tidak! Sekira persahabatan kami ini benar-benar tak bisa diselamatkan, aku harus menahan ego. Setidak aku telah berusaha berjuang untuk memperbaiki walau ujungnya akan tetap salah, dimaki, dan dijauhi. Ya, Rabb .... Beri hamba sejumput sabar lagi. Pliss .... Mohon dengan sangat. "Seberapa besar marahmu ke aku, sejumlah itu juga diri akan memohon maaf," kataku dengan bibir bergetar. Sungguh ... jangankan dalam dunia maya, dalam mimpipun aku tak pernah berniat menyakiti hati sahabatku. "Tidak untuk kali ini. Anggap saja aku sudah mati, begitupun sebaliknya." Mimi

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   69. Nila Setitik Rusak Susu Sebelanga

    Setelah Marta mampu mengontrol emosinya, dia lantas mengajak kami ke arah kamarku dulu."Sekuat apa aku berjuang sepertinya akan sia-sia. Lihatlah! Tak ada aku di sana," ucapnya menunjuk isi ruangan yang telah terenov, foto pengantin kami dalam ukuran besar terpajang di dinding, ditambah gambar Azmi berbagai gaya dan pose.Abi Nailah sempat terpaku setelah menyusuri dengan bola mata ruang penuh kenangan."Jangan pernah sedikitpun menyimpan cemburu untukku, Mar, karena hari di mana satu malam Mas Rio mengambil paksa haknya, aku membuang diri ke esokan paginya ke tempat asing, mengobati sakit, bahkan melahirkan tanpa keluarga," kataku mengusap pipi, lalu melirik Abi Nailah. Ah, biarlah dia tahu seperti apa wanita yang telah dinikahinya."Bertahun tertatih berjuang mengikhlaskan semua yang terjadi, lihatlah, meski jauh dari baik, aku bisa bilang, sahabatmu ini bahagia, pun tak menyimpan dendam pada kalian," ujarku menarik senyum."Intinya, jangan berputus asa, Marta. Yakinlah, Allah akan

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   68. Menjejaki Kembali Kediaman Luka

    Meski dalam keadaan baru bangun, aku mengenal jelas sosok berbau maskulin itu. "M-mau ke mana, Mas?" tanyaku memberanikan diri melihat Abi Nailah berpenampilan sangat berbeda. Baju kaos putih setengah lengan dipadu celana training panjang. Huft, mataku hampir lupa berkedip beberapa saat mendapati keindahan pahatan Ilahi."Mau antar Rahmat -sopir-." Ekspresinya tetap dingin, tapi ajaibnya lelahku tiba-tiba hilang mendengar kami mulai bisa berkomunikasi."Aku ikut." Ingin sekali bibir mengucapkan itu, tapi rasa canggung menguasai. Selain ingin jalan-jalan bersamanya dalam keadaan status yang berbeda, aku ingin mangajaknya menjemput Marta lalu bertemu Mas Rio. Mestinya rasa grogi itu sudah hilang, mengingat pernikahan ini tak ada paksaan seperti dulu, ditambah usia matang mengarungi rumah tangga dan status yang bisa dikatakan berpengalaman. Huft, tetap saja bekal itu tak menjadi dorongan untuk menjalin keakraban lebih cepat. Aku mulai meragu dengan kata-kata Azman, kalau abangnya

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   67. Menikah Dadakan

    Meski dadakan dan seadanya, acara tetap berjalan sesuai syariat, pun seluruh kerabat dekat yang hadir sangat bersuka cita, mungkin karena sudah tahu kami memang sempat hampir menikah, namun batal karena ulahku.Terutama Nailah, Rina, bapak, dan ibu, apalagi Marta. Mulai dari mendengar persetujuan Abi Nailah, sikap permusuhannya langsung mencair bak es. Aku seperti kembali ke memory di masa-masa sekolah dulu.Ya, Rabb ... buka jugalah pintu hati sahabatku Reta di sana. Agar hambamu ini tak dihantui rasa bersalah. Amin."Maaf, Mar. Apa pernikahan kalian belum diketahui orang tua Mas Rio?" tanyaku pada Marta, setelah sedari tadi tak melihat Mas Rio.Wanita yang matanya bengkak efek menangis itu, seketika memegang dada sambil menatapku sendu, dari geriknya menunjukkan kalau statusnya masih istri siri. Sungguh mustahil diterima akal sehat, bertahun menunggu dalam ketidak pastian, masih tetap berjuang memiliki. Marta benar-banar layak dilabeli wanita bucin sejati sedunia."Nanti aku akan m

  • MENIKAH DENGAN PACAR SAHABAT   66. Cinta itu Buta

    Karena bapak, ibu, dan Rina memaksa, juga Nailah merengek, akhirnya lelaki dingin itu menginap di lantai bawah. Tempat itu ada dua kamar sekarang, salah satunya untuk tamu. Aku tak tahu sampai jam berapa mereka ngobrol di malam harinya. Yang jelas, aku, Azmi, dan Nailah terbawa mimpi di atas kamarku dengan nyenyak. Bahkan setelah salat Subuh berencana tidur lagi sedikit karena lelahnya.Baru saja mata terpejam segera terbangun mendengar suara-suara ribut di bawah. Untuk memastikan kejadian, dengan lunglai aku mengecek situasi setelah memasang jilbab.Marta tiba-tiba menghambur memelukku dan menangis sesenggukan sesaat kaki menjejaki undakan tanggga paling akhir, terlihat Mas Rio pasrah melihat dua wanita yang pernah dimadunya dalam keadaan tidak biasa. Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?Belum hilang kekalutanku di pagi buta, Andi menyodorkan ponsel berdering terus yang tak sempat kukantongi tadi. Reta! Tangan merijek dulu, waktunya tidak tepat."Aku mencintai Mas Rio dengan se

DMCA.com Protection Status