Abizar menekan bel apartemen Vale berkali-kali. "Vale, cepatlah buka pintunya!"
Vale muncul dengan wajah polos dan penuh pertanyaan. "Ada apa, Abizar? Kenapa menekan bel berkali-kali seperti itu?" "Aku membawa Alan pulang dalam keadaan kacau. Aku butuh bantuanmu untuk membawanya ke kamar." Vale terkejut. "Kenapa Alan dalam keadaan seperti itu? Ada apa dengannya?" "Kau tanyakan saja besok kepadanya setelah dia sadar. Aku pamit dulu, Vale." Vale membantu Abizar membawa Alan ke kamarnya. Setelah Abizar pergi, Vale duduk di samping tempat tidur Alan yang gelisah. Vale menggoyangkan bahu Alan. "Alan, bangunlah. Apa yang terjadi malam ini?" Alan yang masih merem melek, tiba-tiba menarik Vale untuk mencium bibirnya.Abizar berhenti sejenak, memandangnya dengan mata yang penuh arti. “Aku tahu. Dia tidak akan pernah melepaskanku, tidak pernah. Tapi aku sudah tidak bisa kembali. Dunia ini, keluarga ini, itu semua bukan lagi tempatku. Aku hanya ingin hidup denganmu, Elsa. Aku hanya ingin kamu tetap aman.” Elsa menelan ludah. Ada begitu banyak perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya—cinta, ketakutan, kebingungan. “Tapi kalau kamu pergi ke sana, kamu akan... akan berhadapan dengan Ebizawa. Apa yang akan terjadi padamu?” Abizar menghela napas panjang, berjalan mendekat, dan duduk di sampingnya. “Aku tidak tahu, Elsa. Tapi apa yang lebih buruk dari ini? Kehidupan yang terus terjebak dalam kebohongan dan pengkhianatan? Aku sudah cukup. Kali ini, aku harus memilih untuk melawan.” Elsa merasa air mata mulai menggenang di matanya. “Aku takut, Abizar. Aku takut kehilanganmu. Aku tidak ingin kamu terluka lagi, tid
Scot mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar sampai terjatuh ke lantai. "Sialan berani-beraninya dia menikah lagi," ucap Scot dengan kesal, sambil membanting gelas yang ada di meja. Para wanita malam yang menemaninya berhamburan pergi, meninggalkan Scot dalam ruangan yang mencekam. Scott Lanser menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa keluarga Han adalah keluarga yang sangat berpengaruh di kota ini, dan melibatkan dirinya dalam urusan mereka bisa berbahaya. Ia tahu bahwa Park Yo Ming adalah orang yang berbahaya dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. "Tuan Park mungkin bukan orang yang bisa diremehkan, tapi jangan lupakan bahwa aku pun memiliki pengaruh yang sama besar di kota ini," ucap Scott Lanser dengan suara penuh keyakinan. Anak buahnya menelan ludah sebentar sebelum melanjutkan. "Tapi janga
Di ruang operasi yang steril, Bella merasa gugup dan khawatir. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana akan melahirkan bayinya prematur, apalagi dengan kondisinya yang masih lemah karena pendarahan. Dokter dan perawat mulai bersiap untuk melakukan operasi Caesar. "Dokter, apa benar bayi saya bisa lahir dengan selamat?" tanya Bella khawatir. Dokter tersenyum lembut. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk Anda dan bayi Anda, Bella. Semua akan berjalan lancar, jangan khawatir." Beberapa saat kemudian, proses operasi pun dimulai. Bella merasakan kesakitan yang luar biasa saat pisau bedah mulai memotong perutnya. Dia hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil berdoa agar bayinya bisa lahir dengan selamat. "Sedikit lagi, Bella. Bayi Anda hampir lahir," ucap dokter dengan penuh semangat.
Park melemparkan senyum sinis ke arah Maria sebelum kembali menarik rambutnya dengan ganas. 'Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kau lakukan?" Maria menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud mencelakaimu." "Dasar wanita licik!" Park semakin mengencangkan cengkeramannya pada rambut Maria, lalu menyeretnya ke arah bathub. Maria berteriak kesakitan, namun suaranya seolah tercekat saat wajahnya dipaksa masuk ke dalam air. Park memaksa Maria untuk tenggelam berkali-kali, membuatnya kesulitan bernapas. "Tolong... aku... lep... as," suara Maria pecah terpotong-potong berusaha mencari udara. Park terus tersenyum penuh kepuasan melihat Maria menderita. "Inilah balasan karena berani melawanku. Kau pantas menerima hukuman ini." Maria meront
Scot mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar sampai terjatuh ke lantai. "Sialan berani-beraninya dia menikah lagi," ucap Scot dengan kesal, sambil membanting gelas yang ada di meja. Para wanita malam yang menemaninya berhamburan pergi, meninggalkan Scot dalam ruangan yang mencekam. Scott Lanser menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa keluarga Han adalah keluarga yang sangat berpengaruh di kota ini, dan melibatkan dirinya dalam urusan mereka bisa berbahaya. Ia tahu bahwa Park Yo Ming adalah orang yang berbahaya dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. "Tuan Park mungkin bukan orang yang bisa diremehkan, tapi jangan lupakan bahwa aku pun memiliki pengaruh yang sama besar di kota ini," ucap Scott Lanser dengan suara penuh keyakinan. Anak buahnya menelan ludah sebentar sebelum mela
"Alan, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," ucap Boy dengan suara yang bergetar. "Aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa memperbaikinya." "Boy, aku tahu bahwa kamu telah melakukan kesalahan," ucap Alan dengan suara yang tenang. "Tapi aku juga tahu bahwa kamu tidaklah jahat. Kamu hanya salah dan kamu harus bertanggung jawab atas perbuatamu." "Aku tahu, Alan," ucap Boy dengan suara yang sedih. "Aku hanya ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang aku telah lakukan. Aku tidak ingin menyakiti kamu atau siapa pun lagi." "Boy, aku memaafkan kamu. Tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu akan memperbaiki diri dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi." "Aku berjanji, Alan," ucap Boy dengan suara yang bersemangat. "Aku akan memperbaiki diri dan aku akan menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih, Alan,
Violet mulai merencanakan sesuatu untuk menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy. Dia memanggil seseorang yang dia kenal untuk membantunya. "Hey, aku butuh bantuanmu," ucap Violet dengan suara yang penuh dengan dendam. "Apa yang kamu butuhkan?" tanya orang itu dengan suara yang penasaran. "Aku ingin menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy," jawab Violet dengan suara yang penuh dengan kemarahan. "Mereka pikir mereka bisa bahagia tanpaku?" Orang itu tersenyum. "Aku bisa membantumu. Tapi aku butuh sesuatu sebagai imbalan." Violet tersenyum. "Aku akan memberimu apa pun yang kamu inginkan. Asalkan kamu bisa membantuku menghancurkan kebahagiaan mereka." Orang itu mengangguk. "Baiklah. Aku akan membantumu. Tapi kamu harus siap dengan konsekuensinya."
Alan langsung menghubungi Abizar, unuk membantunya. 'Abizar, aku butuh bantuanmu,' kata Alan dengan suara yang serius. 'Apa yang terjadi, Alan?' tanya Abizar dengan suara yang penasaran. 'Aku dan Boy telah menerima beberapa ancaman,' jawab Alan. 'Aku tidak tahu siapa yang melakukannya, tapi aku ingin kamu menyelidikinya.' Abizar langsung setuju untuk membantu Alan. 'Aku akan segera menyelidiki,' kata Abizar. 'Tapi aku butuh informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman tersebut.' Alan kemudian memberikan informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman yang telah dia terima, termasuk isi surat ancaman yang telah dia dapatkan. Abizar mendengarkan dengan saksama dan kemudian berjanji u
Abizar, Boy, dan timnya berhasil menyusup ke dalam rumah besar di pinggiran kota London. Mereka bergerak dengan cepat dan hati-hati, mencari tahu di mana Jessy ditahan. Tiba-tiba, mereka dihadang oleh beberapa anak buah Violet yang bersenjata. "Kalian tidak akan pernah bisa menyelamatkan wanita itu!" salah satu anak buah Violet berteriak. Abizar dan timnya tidak ragu-ragu. Mereka langsung menyerang anak buah Violet dengan keahlian bela diri yang tinggi. Boy juga ikut serta dalam perkelahian, menggunakan keahlian bela dirinya untuk mengalahkan lawan-lawannya. Perkelahian berlangsung dengan sengit. Abizar dan timnya berhasil mengalahkan beberapa anak buah Violet, tapi masih ada beberapa yang lain yang terus menyerang. Boy berhasil mengalahkan salah satu anak buah Violet dengan tendangan yang kuat. "Kamu tidak akan pernah bi
Sementara itu, di Italia, Jessy sedang menikmati waktu luangnya di sebuah kafe. Dia tidak menyadari bahwa ada orang yang sedang memantau gerak-geriknya. Orang suruhan Violet tersebut telah tiba di Italia dan sedang mencari cara untuk menculik Jessy. Dia memutuskan untuk menggunakan cara yang halus dan tidak menimbulkan kecurigaan. Jessy tidak menyadari bahwa ada bahaya yang sedang mengintainya. Dia terus menikmati waktu luangnya, tidak tahu bahwa hidupnya akan segera terancam. Di sisi lain, Boy sedang berbicara dengan Abizar tentang rencana Violet. Abizar telah memberitahu Boy tentang rencana Violet untuk menculik Valeria, dan Boy sangat marah dan khawatir. "Aku tidak akan membiarkan Violet melakukan hal seperti ini lagi," kata Boy. "Aku akan melindungi keluargaku dengan cara apa pun." Abizar mengangguk da
Pria itu memberitahu Abizar bahwa Violet telah merencanakan untuk menghancurkan Vale dengan cara yang sangat kejam. Dia telah menyewa sekelompok orang untuk melakukan pekerjaan kotor itu. Abizar merasa marah ketika mendengar rencana Violet. "Kalian memang sampah!" ucap Abizar dengan suara yang keras. Pria itu terlihat takut dan berusaha untuk melanjutkan ucapannya. "Violet memiliki dendam yang sangat dalam terhadap Tuan Alan dan Boy. Dia merasa bahwa mereka telah merusak hidupnya dan sekarang dia ingin membalas dendam." Abizar mengangguk dan memutuskan untuk segera mengambil tindakan. Dia tidak bisa membiarkan Violet melakukan hal seperti itu. "Aku akan segera menghubungi Alan dan Boy untuk memberitahu mereka tentang rencana Violet," kata Abizar dengan suara ya
Alan langsung menghubungi Abizar, unuk membantunya. 'Abizar, aku butuh bantuanmu,' kata Alan dengan suara yang serius. 'Apa yang terjadi, Alan?' tanya Abizar dengan suara yang penasaran. 'Aku dan Boy telah menerima beberapa ancaman,' jawab Alan. 'Aku tidak tahu siapa yang melakukannya, tapi aku ingin kamu menyelidikinya.' Abizar langsung setuju untuk membantu Alan. 'Aku akan segera menyelidiki,' kata Abizar. 'Tapi aku butuh informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman tersebut.' Alan kemudian memberikan informasi lebih lanjut tentang ancaman-ancaman yang telah dia terima, termasuk isi surat ancaman yang telah dia dapatkan. Abizar mendengarkan dengan saksama dan kemudian berjanji u
Violet mulai merencanakan sesuatu untuk menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy. Dia memanggil seseorang yang dia kenal untuk membantunya. "Hey, aku butuh bantuanmu," ucap Violet dengan suara yang penuh dengan dendam. "Apa yang kamu butuhkan?" tanya orang itu dengan suara yang penasaran. "Aku ingin menghancurkan kebahagiaan Alan dan Boy," jawab Violet dengan suara yang penuh dengan kemarahan. "Mereka pikir mereka bisa bahagia tanpaku?" Orang itu tersenyum. "Aku bisa membantumu. Tapi aku butuh sesuatu sebagai imbalan." Violet tersenyum. "Aku akan memberimu apa pun yang kamu inginkan. Asalkan kamu bisa membantuku menghancurkan kebahagiaan mereka." Orang itu mengangguk. "Baiklah. Aku akan membantumu. Tapi kamu harus siap dengan konsekuensinya."
"Alan, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan," ucap Boy dengan suara yang bergetar. "Aku telah melakukan kesalahan yang sangat besar dan aku tidak tahu bagaimana aku bisa memperbaikinya." "Boy, aku tahu bahwa kamu telah melakukan kesalahan," ucap Alan dengan suara yang tenang. "Tapi aku juga tahu bahwa kamu tidaklah jahat. Kamu hanya salah dan kamu harus bertanggung jawab atas perbuatamu." "Aku tahu, Alan," ucap Boy dengan suara yang sedih. "Aku hanya ingin meminta maaf atas segala kesalahan yang aku telah lakukan. Aku tidak ingin menyakiti kamu atau siapa pun lagi." "Boy, aku memaafkan kamu. Tapi kamu harus berjanji padaku bahwa kamu akan memperbaiki diri dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi." "Aku berjanji, Alan," ucap Boy dengan suara yang bersemangat. "Aku akan memperbaiki diri dan aku akan menjadi orang yang lebih baik. Terima kasih, Alan,
Scot mendorong tubuh wanita malam itu dengan kasar sampai terjatuh ke lantai. "Sialan berani-beraninya dia menikah lagi," ucap Scot dengan kesal, sambil membanting gelas yang ada di meja. Para wanita malam yang menemaninya berhamburan pergi, meninggalkan Scot dalam ruangan yang mencekam. Scott Lanser menarik napas dalam-dalam. Dia tahu bahwa keluarga Han adalah keluarga yang sangat berpengaruh di kota ini, dan melibatkan dirinya dalam urusan mereka bisa berbahaya. Ia tahu bahwa Park Yo Ming adalah orang yang berbahaya dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuannya. "Tuan Park mungkin bukan orang yang bisa diremehkan, tapi jangan lupakan bahwa aku pun memiliki pengaruh yang sama besar di kota ini," ucap Scott Lanser dengan suara penuh keyakinan. Anak buahnya menelan ludah sebentar sebelum mela
Park melemparkan senyum sinis ke arah Maria sebelum kembali menarik rambutnya dengan ganas. 'Kau pikir aku akan membiarkanmu begitu saja setelah semua yang kau lakukan?" Maria menggeleng pelan, matanya berkaca-kaca. "Aku minta maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud mencelakaimu." "Dasar wanita licik!" Park semakin mengencangkan cengkeramannya pada rambut Maria, lalu menyeretnya ke arah bathub. Maria berteriak kesakitan, namun suaranya seolah tercekat saat wajahnya dipaksa masuk ke dalam air. Park memaksa Maria untuk tenggelam berkali-kali, membuatnya kesulitan bernapas. "Tolong... aku... lep... as," suara Maria pecah terpotong-potong berusaha mencari udara. Park terus tersenyum penuh kepuasan melihat Maria menderita. "Inilah balasan karena berani melawanku. Kau pantas menerima hukuman ini." Maria meront
Di ruang operasi yang steril, Bella merasa gugup dan khawatir. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana akan melahirkan bayinya prematur, apalagi dengan kondisinya yang masih lemah karena pendarahan. Dokter dan perawat mulai bersiap untuk melakukan operasi Caesar. "Dokter, apa benar bayi saya bisa lahir dengan selamat?" tanya Bella khawatir. Dokter tersenyum lembut. "Kami akan melakukan yang terbaik untuk Anda dan bayi Anda, Bella. Semua akan berjalan lancar, jangan khawatir." Beberapa saat kemudian, proses operasi pun dimulai. Bella merasakan kesakitan yang luar biasa saat pisau bedah mulai memotong perutnya. Dia hanya bisa menahan rasa sakitnya sambil berdoa agar bayinya bisa lahir dengan selamat. "Sedikit lagi, Bella. Bayi Anda hampir lahir," ucap dokter dengan penuh semangat.