Leon mengatakan akan pergi ke perusahaan papanya karena ada janji dengan tim marketing pagi ini. Juga untuk melihat moel perhiasan baru yang sudah jadi di perusahan pusat. Dia juga harus mengunjungi salah satu store untuk melihat seberapa ramai store itu.
"Aku akan ke kantor pusat perusaahaan Atmaja," sahut Leon cepat.
"Anak itu mamang bertanggung jawab, papa tolong bawakan makanan ini untuk Leon, aku khawatir anak itu akan sakit maag nanti," ucap Nyonya Atmaja.
Tuan Atmaja menyetujui permintaan istrinya tetapi bukannya ada Haris asistennya kenapa dia tidak ikut ke kantor hari ini. Tuan Atmaja memanggil Haris dan ternyata sudah keperusahan lebih dulu sebelum Leon.
"Dia sudah di intruksikan Leon kemarin malam mungkin pa, sudah bawa makanan ini untuk anakmu!" seru nyonya Atmaja sambil memasukkan kotak bekal untuk Leon.
"Baiklah aku akan pergi sekarang ke kantor," balas tuan Atmaja.
Leon sudah berada di kantor dan melakukan diskusi kecil bersam
Leon mengangguk dan menemani Velope berkeliling mall usai menonton film romantis yang membuat Leon mencium paksa Velope di tempat umum untuk pertama kalinya. Mereka sangat menikmati waktu berdua mereka."Tuan Leon ayo kita ke toko perhiasan itu." Velope menunjuk toko perhiasan."Ayo aku juga ingin melihat-lihat," ajak Leon.Leon merasa kebetulan masuk ke toko perhiasan. Dia juga harus melakuakn riset pasar meneenai perhiasan yang seperti apa yang diminati banyak wanita dan kalangan tertentu. Sekitar setengah jam Velope bertanya-tanay kepada pramuniaga dan melihat-lihat stok model akhirnay ia menjatuhkan pilihan hatinya kepada sebuah cincin dengan mataberwarna biru safir yang indah sekali."Aku mau yang ini, tolong bungkuskan untukku," pinta Velope kepada pramuniaga."Baik nona, akan aku buatkan nota dan membungkusnya kau mempunyai selera yang bagus nona, saat ini warana permata biru safir banyak di gemari oleh kalangan sosialita," ucap pramun
Leon merinding mendengar suara ini, restu adalah hal paling membuatnya takut. Papanya tentu akan memberikan restu utuknya suatu hari nanti."Aku pikir siapa, ternyata kau membuatku takut saja!" seru Leon sambil mengelus dadanya yang berdebar kencang."Pasti kau ketakutan sampai gemertaran ya?" ledek Henri sambil tertawa.Leon memukul kepala Henri karena kesal. Ia akan membuktikan kalau suatu saat nanti akan mengantongi restu dari sang papa menjalin hubungan yang spesial dengan Velope."Sakit tahu dasar anak nakal! Akan aku balas kau Leon." Henri melakukan pembalasan pada Leon."Itu hukuman untukmu karena menakutiku!" seru Leon.Leon dan Henri saling pukul lalu kemudian tertawa bersama. Lalu mereka berjalan bersama menuju kantor untuk berdiskusi tentang hal yang akan memajukan perusahaan."Jadi seperti itu Leon. Apakah kau mau melanjutkan kontrak kerjamu?" tanya Henri."Henri kau coba cari cadangan ya. Firasatku sepertinya tak e
Henri menghentikan Velope yang ingin mengejar Leon yang dibawa oleh pengawal utusan papanya. Velope hanya bisa menangis menyaksikan Leon yang masuk mobil tanpa berpamitan dengannya. "Ayo masuk ke kantorku dan akan aku ceritakan semua padamu," ucap Henri membawa Velope masuk ke kantornya. "Aku tidak mau, kau jahat!" seru Velope dan lari menuju mobilnya. Velope meminta sopirnya untuk pulang ke rumah karena percuma juga jika menyusul Leon takutnya akan lebih menyusahkan Leon. Velope memilih pulang ke rumah untuk menenangkan diri. "Nona kau harus makan, kau sudah berada didalam kamar semenjak pulang syuting, nanti kamu sakit nona," ucap Hanna mengetuk pintu kamar Velope. "Aku akan makan jika lapar Hanna biarkan aku sendiri," jawab Velope. Saat ini Leon belum bisa memberikan informasi dan kabar untuk siapapun karena papanya masih marah dan menceramahinya di dalam ruang kerjanya. Plak! tamparan keras mendarat di pipi Leon. Tamparan i
Velope menerima kotak hadiah dari Leon yang diantarkan oleh Haris, ia mengucapkan terima kasih dan bersemangat menghabiskan makanannya. Selesai makan ia langsung pulang."Hanna, ayo kita pulang," ajak Velope yang bersemangat."Baik nona," jawab Hanna Singkat.Sepanjang perjalanan Velope memeluk kado dengan kotak berwarna merah itu. Memang benar dugaan Hanna, Velope bersedih karena kepergian tuan Leon ke luar negeri. Saat sudah mulai menaruh rasa tapi mereka sekarang terpisah jarak dan waktu. Hanna tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya jauh dari orang tersayang."Nona kita sudah sampai, biar saya saja yang membawa kotak hadiah itu nona," pinta Hanna."Tidak Hanna, aku bisa membawanya sendiri.Velope memawa kotak itu buru-buru ke kamarnya, wajahnya kembali ceria daripada tadi. Velope membuka kotak besar itu secara perlahan, isinya jam tangan, jaket, dan selimut. Ada surat didalam kotak hadiah itu, Velope mengambilnya dan di buka perlahan.
Velope merogoh tas dan mengambil ponselnya yang terus berdering, ternyata sambungan telepon dari ornag yang membuatnya bahagia. Senyum merekah terukir di wajah ayunya."Tuan Leon, apa kabarmu hari ini, tahukah kamu bahwa kau merindukanmu saat ini?" tanya Velope dengan hati yang berbunga-bunga."Aku sangat sehat, terlebih aku sangat merindukanmu, aku harap kau menjalani hari-harimu dengan semangat seperti biasanya," jawab Leon.Suara Leon mengobati kerinduan yang mendalam bagi Velope, sayang sekali sambungan telepon itu hanya sebentar karena Leon sangat sibuk bekerja disana. Ia hanya mengabari Velope untuk beberapa bulan kedepan tidak bisa sering memberikan kabar unruknya."Nona Velope setalah aku menutup telepon ini, mungkin beberapa bulan sampai aku kembali ke tanah air tidak bisa memberimu kabar, aku harap kita akan bertemu lagi nanti," ucap Leon memberikan informasi."Kenapa bisa begitu tuan Leon, baiklah aku akan selalu merindukanmu," balas Vel
Velope mengelap air matanya yang keluar teringat kenangan bersama Leon. Waktu itu mereka memakan nasi goreng pinggir jalan bersama, batagor dan makanan lainnya yang berjajar di sebuah tempat kaki lima di suatu daerah di jakarta."A-ku teringat memakan nasi goreng bersama dengannya," ucap Velope."Nona aku pikir ada apa, makanlah nona jangan kepikiran yang macam-macam," balas Hanna.Velope menenangkan hatinya dan memakan nasi gorengnya dengan lahap. Jika tidak dipaksa makan mungkin tubuhnya akan lemah dan ia akan jatuh sakit. Velope sudah menghabiskan makan malamnya yang telat, sekarang Velope sudah sampai rumah.Setiap detik, setiap waktu, ia selalu teringat dengan Leon yang selalu mengisi hari-harinya."Aku percaya jika tuhan menakdirkan kita bersama, kita akan dipertemukan lagi," gumam Velope saat rebahan di atas kasurnya.Velope memejamkan matanya mencoba untuk tidur karena besok kegiatannya sangat padat belum lagi persiapan untuk pemilih
Silvi tahu Velope selalu menggunakan busana unik dan mempesona setiap ada acara resmi yang diadakan untuk penobatan selebriti terbaik setiap tahun. Maka tiga hari lagi saat acara itu berlangsung ia tidak ingin kalah pamor dari Velope."Tentu saja aku akan memakai gaun malam yang sexi," jawab Velope sambil tertawa geli."Gaun malam yang sexi, memang betul sih besok acara diadakan pada malam hari," sahut Silvi.Meri menggelengkan kepalanya dan mengatakan pada Silvi bahwa Velope hanya bercanda karena tdak mungkin di acara resmi menggunakan gaun malam sexi. Pastilah semua orang akan menggunakan busana resmi untuk menghadiri malam puncak penghargaan artis terbaik."Kau ini begitu saja tidak tahu, ini acara resmi tentu saja semua orang menggunakan busana resmi," ucap Meri."Manajer Meri benar, walaupun ini pertama kali artisku masuk nomonasi, setidaknya aku sudah tahu bahwa besok harus menggunakan busana resmi untuk menghadiri penghargaan artis terbaik b
Silvi pergi juga meninggalkan kamar hotel menuju mobilnya dengan penutup wajah dan topi agar tak ada yang mengenalinya."Sebal sekali kenapa harus aku menemani pria tua itu lagi," gumam Silvi sambil merebahkan tubuhnya pada jok mobil."Ada apa nona Silvi?" tanya asisten kecilnya.Silvi melengos tak menjawab pertanyaan asistennya. Ia lebih memilih memejamkan matanya untuk tidur karena kelelahan habis bermain dengan produser teman kencannya.***"Nona Velope apakah anda tidak mengantuk?" tanya Hanna yang membawakan coklat panas pesanannya."Belum, aku hanya ingin menikmati coklat panas ini sebelum tidur," jawab Velope.Velope menyeruput coklat panasnya. Jika sedang kusut ia selalu menikmati coklat panas sambil menatap keluar jendela kamarnya.Hatinya akan kembali tenang saat sudah meneguk coklat panas kesukaaannya. Barulah ia akan menutup jendela dan tidur. Mata Velope terpejam dan bayang-bayang wajah Leon mulai muncul di alam ba
Leon masih bercengkrama dalam teleponnya. Dalam waktu lima belas menit barulah ia mematikan telepon dan terlihat bahagia. Tepat pukul lima sore Leon meninggalkan kantor.Leon menegndarai mobilnya untuk menjemput Velope kesayangannya. Ia akan membawanya ke rumah keluarga Atmaja."Velope apa kau sudah siap bertemu dengan kedua orang tuaku?" tanya Leon."Aku sudah siap, walaupun nanti banyak pertanyaan yang tertuju padaku aku sungguh siap sekali," jawab Velope dengan wajah yang sumringah.Leon menggandeng Velope menuju ruang tamu, disana sudah ada orang tuanya nenek dan bibinya yang sungguh manja dan dicap benalu olehnya serta keluarga pamannya yang ia undang untuk memperkenalkan calon istri Leon."Selamat malam semuanya," sapa Leon."Selamat malam seluruh keluarga tuan besar Atmaja." sapa Velope sambil membungkukkan sedikit badannya.Telepon yang Leon angkat tadi dari orang tuanya. mereka mengundang Velope untuk makan malam dirumah. Sek
Semuanya baik-baik saja tidak ada yang memutuskan kontrak. Mereka hanya ingin lihat perkembangan kasus dulu barulah memberikan tindakan."Sejauh ini tidak ada, aku harap setelah konferensi pres semuanya akan baik-baik saja," jawab Meri."Bagus kalau begitu, ayo bekerja lagi," ajak Velope.Meri menemani Velope ke tempat kerja. Ini untuk berjaga-jaga kalau ada paparazi atau apapun itu yang mengganggu kerja Velope. Ia akan memasang badan untuk menjaqab karena ia tak ingin artisnya mendapatkan masalah lebih lanjut."Velope fokuslab bekerja, aku akan menunggu di sini," ucap Meri."Baik Meri terima kasih ya," balas Velope.Velope bekerja sedangkan Meri masih kontek dengan bosnya. Akhir-akhir ini Velope dan Leon memang sering bersama. Meri jadi kepikiran sesuatu kalau mereka memang menjalin kisah asmara. Tapi status mereka berbeda bagaimana mungkin bisa bersama."Leon apa kau mau memaafkan papamu?" tanya tuan Atmaja."Untuk apa aku te
Velope mendekati tuan Handoko dan putrinya ia membisikkan kalimat ke telinga tuan Handoko dengan lantang dan jelas. Kalau besok akan ada klarifikasi dan jumpa pres yang diadakan oleh Velope tentu saja tuan Handoko dan putrinya harus datang."Aku akan menjawab dalam konferesni pers besok pagi, kalian siap-siap saja datang ya," ucap Velope sambil mengibaskan rambutnya."Velope ayo kita pulang, aku tidak sudi lama-lama di sini," ucap Leon.Mereka pergi bergandengan tangan orang sampai melihat mereka dengan tatapan melongo Velope yang mereka kenal apakah memang orang yang seperti itu. Merebut tunangan orang dan menyiksa gadis tunangan pria tampan itu."Aku tidak menyangka Velope orang yang seperti itu tega merebut tunangan gadis lain bahkan memberikan trauma kepada tunangan pria tampan itu," bisik pwngunjung kafe."Aku juga tak mengira kalau idola kita seperti itu," balas pengunjung satunya.Keesokan harinya Meri sudah panas dan marah kepa
Leon mengiyakan apa yang ditanyakan oleh mamanya, ia berjanji akan datang ke tempat yang di tentukan oleh nyonya Atmaja saat ini Leon memang sudah selesai kerja tapi ada urusan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu."Baik ma atur saja tempatnya hari ini apkaah bisa jam sembilan malam saja ketemunya, soalnya nanti pukul tujuh malam Leon baru kelar urusan," pinta Leon."Oke mama tentukan dulu tempat yang asyik untuk kita mengobrol biar lebih nyaman," ucap Nyonya Atmaja.Tuan besar Atmaja sedang menguping pembicaraan istri dan putranya. Beliau sedang ketar ketir takut Leon tidak mau memaafkannya. Saat nyonya Atmaja mematikan teleponnya ia segera mendekat dan bertanya, "Bagimana jawaban Leon?""Kita siapkan tempat untuk bertemu dengannya, kau juga jangan lupa untuk mengabari keluarga Handoko!" seru nyonya Atmaja.Tuan Atmaja segera memberitahu tuan Handoko dan putrinya untuk datang ke pertemuan yang diadakan oleh Tuan Atmaja dan istrinya malam
Nyonya Atmaja mengatakan pasti putranya mau memaafkan jika ia tulus meminta maaf dan tidak mengulangi lagi perbuatan yang membuatnya kesal atau tidak suka. Biarkan Leon menjalani apa yang sudah dia inginkan."Cukup untuk mendukung Leon menjadi apa yang dia inginkan dan juga kau tuus dalam meminta maaf," ucap nyonya Atmaja."Kalau begitu aku akan berangkat kerja dulu, nanti tolong temani aku untuk berbicara dengan anakmu," ucap tuan Atmaja.Nyonya Atmaja mengangguk tanda setuju dan tersenyum melihat tuan Atmaja yang bisa dinasehati olehnya. Beliau sangat senang dengan perubahan sikap suaminya yang keras kepala itu. Nyonya Atmaja melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.***"Tuan muda tamu kita sudah berada di ruang meeting," ucap Haris menyambut kedatangan Leon."Baik terima kasih." balas Leon yang segera masuk ke ruang meeting disusul oleh Haris dari belakang.Leon memimpin jalannya meeting kali ini. Kliennya yang hari ini ia temu
Nyonya Atmaja menasehati suaminya, sebagai kepala rumah tangga dan panutan seharusnya ia bisa menepati janjinya. Tidak mengingakri janji juga membuat perjanjian nikah sepihak dengan keluarga yang kurang jelas adat istiasatnya."Kau sudah membuatku kecewa Atmaja, aku akan keluar dari rumah ini dan meminta semua aset juga saham atas nama milikku!" gertak nyonya Atmaja."Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja hanya ingin memberikan nasehat kepada suaminya agar tidak semena-mena dan juga berbuat semaunya. Sudah membuat perjanjian dengan sang putra tapi dia mengingkari sungguh membuatnya kesal saja."Karena kau sudah tidak menganggapku ada disisimu lebih baik aku pergi, kau merencanakan perjodohan putraku tanpa melibatkan aku," balas nyonya Atmaja."Bukan seperti itu, kau memihak Velope gadis yang bekerja di entertaimen itu, aku kesal sekali jadinya," ucap Tuan Atmaja.Nyonya Atmaja menggebrak meja, Velope gadis yang baik b
Velope masih saja bingung ingin makan apa. Leon menggelengkan kepala karena perempuan itu sungguh rumit, tinggal makan saja mereka harus memikir sampai lama. Tinggal pilih saja makan apa tidak usah ribet kenapa para wanita itu selalu merepotkan diri sendiri pikir Leon sambil menyetir mobilnya."Apa kau sudah menemukan tempat makan malam yang enak Velope?" tanya Leon."Belum sayang, kamu tidak punya keinginan untuk makan apa ya?" jawab Velope.Leon menghela nafas agar tidak emosi karena lapar. Akhirnya ia hanya ingin makan mie isntan rebus pakai telur dan cabai di warung warmindo pinggir jalan. Velope ternyata menyetujuinya mereka memarkir mobil di pinggiran jalan dan masuk warmindo."Enak juga ya menikmati kesederhanaan seperti ini," ucap Velope."Sesekali kita juga harus menikmati makanan pinggir jalan seperti ini," sahut Leon.Aroma mie instan yang menggoda di tampah potongan cabai juga saus pedas membuat Velope dan Leon tampak tak sabar m
Henri ingin sampai tua nanti tetap bersahabat dengan Leon. Walau ia sudah menemukan istri dan memiliki anak. Mereka harus tetap bersahabat sampai tua nanti."berjanjilah padaku kita akan menjadi sahabat sampai tua nanti," ucap Henri."Tentu saja," jawab Leon singkat.Leon juga ingin sampai tua nanti masih tetap memiliki Henri di sampingnya. Meski Henri adalah anak bungsu tapi dia bisa menjadi seorang kakak bagi Leon. Mereka selalu bertukar pikiran apapun itu. Tentang perusahaan juga soal asmara."Ehem. Aku juga ingin hidup sampai tua denganmu," ucap Velope."Kau juga bagian hidupku, aku harap kau bisa sabar dengan hubungan kita yang masih rumit ini," balas Leon.Velope menagngguk kemudian melirik Henri yang tertawa karena melihat Velope cemburu padanya. Mereka sudah kenal sejak kecil dan hanya sahabat sepanjang usia."Kau tak perlu cemburu padaku Velope. Kami tidak mungkin akan menjalin kasih juga kan," ucap Henri sambil tertawa
Leon marah karena yang mengangkat telepon Velope adalah seorang lelaki entah siapa orang itu. Haris semakin ketakukan karena mungkin Leon akan marah sepanjang hari dna berdampak padanya. Haris membaca doa supya ini hanya salah paham."Kalau aku bilang aku adalah kekasih Velope kamu percaya tidak tuan Leon?" tanya seorang yang berada di seberang sana."Kau jangan main-main denganku, aku akan membunuhmu!" seru Leon.Henri tersenyum dan mengatakan bahwa Leon adalah orang yang bodoh. terlalu emosi sampai tidak bisa berpikir jernih, ia sampai lupa dengan suara sahabatnya sendiri yang sudah bersama bertahun-tahun. Cemburu mengalahkan segalanya. seharusnya Leon berpikir jernih sehingga bisa menebak suara siapa itu."Leon aku pikir kau adalah orang paling cerdas seindonesia raya, tapi ternyata cemburu mengalahkan segalanya," tegas Henri."Siapa kau sebenarnya kenapa mengenalku bahkan sampai menghinaku?" tanya Leon lagi.Sahabat Leon itu menertawakan