Menghindar tidak akan pernah selalu berhasil. Pandu kali ini harus bisa menerima. Tanpa sadar, Saras mengetahui keberadaannya. Ibu Arum tidak percaya sang anak melakukan hal seperti itu. Dia menganggap hal itu adalah hina.
“Pandu? Raden Pandu kenapa ada di sana? Ini tidak bisa aku biarkan terjadi. Aku tidak mau nama Arum mejadi hina dengan kejadian ini,” batin Saras bergetar. Jantungnya berdetak hebat dari sebelumnya. Dia masih tidak bisa melangkah. Jiwanya bergoncang hebat!
Apalah yang dia inginkan selain kebahagiaan Arum? Namun, apakah ini yang harus dia hadapi. Bagaimana jika sang menantu malah akan menghina anaknya. Penghinaan lebih hebat akan dia terima sekali lagi.
“Aku akan menemui Arum, dan mengatakan sesuatu. Wojo tidak boleh mengetahui ini. Aku … akan menemui Arum sekarang juga!”
“Tidak perlu!”
Saras terkejut. Dia spontan membalikkan tubuhnya. Sekujur tubuhnya kaku. Kedua matanya tidak bisa menge
Romo dan semua orang yang berada di sana terhenti seketika. Mereka menatap Pandu yang berdiri di tengah kerumunan meneriakkan sesuatu.Sabrina sangat resah. Dia tidak ingin Pandu membatalkan pernikahan mereka. Dengan cepat kakinya melangkah mendekati calon suaminya itu dan menariknya untuk menghindar dari acara."Hentikan, tolong jangan membuat malu keluarga. Kita akan membicarakannya di dalam," bisiknya sembari melirik semua orang yang masih mengamati mereka.Spontan Romo menenangkan semua tamu undangan. dia mengangkat gelas tinggi, kembali mengumumkan sebuah pernikahan yang sempat tertunda tadi."Maafkan. Tadi anakku mungkin terlalu bahagia. Dia seperti itu. Pernikahan akan diadakan sebentar lagi dengan meriah. Kami harapkan semua harus hadir di sana," ucapnya lantang. Para tamu undangan kembali bertepuk tangan setelah mengalami ketegangan.Romo masih memaksakan senyuman. Dia sebenarnya tahu jika anaknya pasti akan menolak. Untung saja Sabrina te
"Baiklah kita akan mencari ramuan itu. Tapi, sebaiknya kau kembali ke rumahmu dan menunggu kami, Pandu. Jika kau pergi dari rumah, semuanya akan mencurigaimu. Percayalah dengan takdir jika Arum adalah jodohmu, maka selamanya akan seperti itu."Pandu menganggukkan Kepala. Dia segera keluar dari rumah Mawar untuk kembali ke kediaman Kasoemo. Semua orang yang sangat panik dengan kehilangan Raden, kini merasa lega dengan kehadirannya kembali. Terutama Sabrina hingga dia memejamkan kedua matanya sambil menangis. Da tidak ingin sosok yang dicintainya pergi untuk kesekian kalinya."Pandu anakku. Bisakah kau tidak menghilang? Kami sangat mencemaskanmu. Bisakah kau sekali Ini saja melakukan apa yang yang diinginkan oleh keluargamu? Kami tidak meminta banyak. Hanya meminta dirimu datang," ucap Nyai Ani. Kedua matanya memohon resah.Apakah bisa Pandu menuruti semua keinginan keluarganya? Sementara Pandu sendiri sangat menderita."Apakah bisa keluarga Pan
Di dalam kamarnya Arum masih sangat sesak mengingat perlakuan suaminya dua hari yang lalu. Saat itu Wojo meminta Arum untuk melayaninya dengan paksa. Bahkan wojo sudah berhasil menanggalkan semua baju Arum dan dia bisa melihat dengan jelas keindahan di balik semua baju itu."Tolong jangan lakukan itu. Aku mohon kepadamu. Aku tidak ingin kau mengambilnya. Benar, aku sudah tidak suci aku sudah dimiliki oleh Mas Pandu saat itu. Bagaimana jika kedua orang saling mencintai bertemu jika tidak melakukan hubungan itu. Jika kau melakukannya, aku lebih baik mati. Jangan pernah melakukan itu. Kau bisa menghukumku tapi jangan pernah kau mengambilnya.""Apa kau tahu sudah mencoreng nama baik keluarga Soewojo? Apa kau tahu kau sudah mempermalukan aku? Nyai, aku sudah memberikanmu kasta tertinggi di belakang namamu. Kau sekarang memiliki kedudukan yang tidak terkalahkan. Kenapa kau menodainya seperti itu. Sekarang aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kau akan kembali ke Jakarta. K
"Apakah dia benar-benar mati atau dia hanya berpura-pura." Pertanyaan yang membelit Ardi. Dia tidak mengerti Pandu memang benar-benar seperti orang mati. Namun, dia tidak menyerah. Ini masih menunjukkan waktu 2 jam. Sementara ramuan itu akan berjalan sampai beberapa jam ke depan dia hanya menunggu beberapa jam lagi untuk benar-benar memastikan bahwa Pandu akan benar-benar membuka kedua matanya."Aku akan mengurus semua pemakaman sahabatku. Tidak ada orang lain yang bisa mengurusnya kecuali aku. Izinkan aku melakukannya, Romo. Tidak ada yang perlu disembunyikan. Sudah jelas-jelas Pandu pergi untuk selamanya.Romo sangat terpukul dengan kepergian anak semata wayangnya itu. Dia tidak tahu harus berkata apa. Ini seperti mimpi baginya. Kehilangan Pandu dengan sangat cepat di hari pernikahannya."Baiklah, pastikan tidak akan ada yang melihat mayatnya. Aku tidak ingin ibunya dan semua orang yang terlibat, menderita atas kepergian Pandu. Kau sebaiknya melakukan deng
Sampai di Jakarta, Wojo masih dalam diam tidak berkata apa pun kepada Arum. Begitu juga dengan sebaliknya. Arum tidak berucap apa pun, membuat kelima anak Wojo dan Nyai Niye sangat resah. Melihat mereka berdua datang untuk pertama kalinya, namun memperlihatkan ekspresi sangat menyedihkan. Mustika yang sangat berharap ayahnya bisa mengambil hati Arum, kini tidak memiliki semangat lagi. Bahkan rangkaian bunga yang sudah mereka siapkan seakan ikut layu menyambut kedatangan mereka."Romo ada keperluan. Kalian makan saja dahulu," ucap Wojo meninggalkan semua orang begitu saja.Namun, Arum tetap memperlihatkan senyuman kepada kelima anak Wojo karena dia tidak ingin merusak momen penyambutan dirinya yang sudah dipersiapkan sedemikian matang. Bahkan minuman hangat rempah-rempah sudah mereka sajikan di dalam kendi berhiaskan bunga mawar. Begitu juga dengan makanan lezat yang berada di atas meja makan."Wah, datang ke rumah kembali sangat membahagiakan. Apalagi meliha
Ardi berlari menemui dokter kenalannya. Dia akan memberikan uang yang sangat banyak agar memeriksa Pandu.Mawar semakin lega melihat Pandu akhirnya terbangun. Namun wajahnya sangat pucat dan napasnya sesak."Raden, bertahanlah. Ardi akan mencari dokter. Raden hanya harus bertahan. Saya mohon Raden kuat," ucapnya resah sembari menuangkan air hangat untuk membuat Pandu semakin membaik.Selang beberapa menit, Ardi datang membawa dokter yang pernah memeriksa Pandu di rumah Mawar saat di rumah bordir. Dia selalu membantu Ardi dan bisa dipercaya."Dokter, periksalah. Pandu meminum ramuan bunga yang membuat denyut nadi berhenti sementara. Dia sangat pucat.""Saya akan memeriksanya." Dokter segera mengeluarkan alatnya, dan memeriksa Pandu. Ardi dan Mawar sangat resah sambil menatapnya."Bagaimana keadaannya, Dokter?" tanya Ardi resah. Pandu masih saja terlihat pucat. Namun, napasnya sudah mulai teratur. Mawar segera mendekati Pandu dan mengu
Pandu berusaha beranjak dari duduknya. Dia terkejut mendengar perkataan Ardi. Pandu yakin jika Arum pasti mengalami hal buruk. "Raden, tenanglah. Biarkan dia menenangkan diri dulu. Ardi sangat panik saat Raden tidak terbangun. Sekarang ada kabar tentang Arum. Raden tunggullah sejenak. Agar Ardi bisa tenang dan mengatakan semuanya."Pandu kembali diam dan tidak mendekati Ardi yang menuju meja untuk mengambil air minuman. Dia meneguknya sampai habis. Ardi meletakkan minuman itu kembali dengan wajah cemas. Dia tidak tahu akan mengatakan apa kepada Pandu."Ardi, adakah yang akan kau sampaikan? Aku hanya berharap kau bisa menceritakan dengan detail. Aku ingin sekali mendengar kau menceritakan semua.""Baiklah. Aku mendapat surat dari pesuruhku. Dia menemui Sunarsih. Saat itu Sunarsih bertemu denga. pelayan di rumah Wojo. Dia mengatakan keributan terjadi. Dan ...." Ardi menghentikan ucapannya. Dia berjalan mendekati Pandu dan menatapnya."Ardi, jangan k
Wojo masuk ke dalam kamar Arum. Dia juga berdandan sangat rapi. Menggunakan kemeja putih dan celana kain hitam. Dengan cepat Wajo mendekati Arum yang sangat bergemetar. Bahkan air matanya mulai perlahan menetes membasahi pipinya."Romo, aku mohon. Pikirkan sekali lagi ..." ucapnya memohon dengan lirih."Hentikan tangisan itu. Aku tidak ingin melihatnya. Jika kau tidak melakukan kewajibanmu sebagai istri, maka kita tidak akan pernah dianggap menjadi sah sebagai suami istri. Mau tidak mau harus melakukannya, Arum," balas Wojo dengan ekspresi dingin. Arum di hadapannya semakin bergemetar.Wojo terus melangkah hingga mendekati Arum. Kekasih Pandu itu spontan menepis tangannya saat ingin menyentuh lengannya. "Jangan sentuh aku." Dia tak kuasa untuk membiarkan siapa pun menyentuh dirinya kecuali Pandu."Aku bisa dengan bebas menyentuhmu. Kau ... adalah istriku!" Wojo menarik tubuh Arum dan mulai merabanya. Kancing kebaya Arum dibukanya satu per satu. Arum semak