"Bangun, Sayang. Udah mau siang ini," David membelai pipi Riana."Hng…" Riana hanya mengulat. Malas membuka mata. David meniup-niup mata Riana."Hng….!" Riana membalikkan badan. Tangannya menarik selimut lebih rapat dan tinggi sehingga yang terlihat hanyalah ujung kepalanya saja.David menggelengkan kepala. Sekarang sudah hampir jam 10 dan istrinya belum bangun juga. Padahal, hari ini dia ingin mengajak istrinya pergi ke butik untuk mencari baju pernikahan dan prawedding mereka. Walaupun pernikahan mereka masih menunggu sampai Riana lahiran, David ingin mempersiapkan semuanya dengan matang. Tapi, sepertinya Riana sangat kelelahan karena ulahnya semalam.Hape David bergetar. Ada pesan dari Gia. Banci itu menanyakan apa David mau mengajak dirinya pergi ke butik. Sekalian menjelaskan soal berkas yang David terima dari ayahnya saat di Jakarta. Belum sempat membalas, Gia sudah keburu menelepon duluan."Lama amat Bebeb kamu itu responnya?!" omel Gia saat David mengangkat telepon. “Kamu mau
"Waaaah," Riana memandang takjub hamparan lautan yang ada di sekitarnya. Hamparan perairan biru di hadapannya berkilauan tersepuh cahaya matahari siang.Pelayaran menuju Pulau Putri, salah satu pulau yang ada di gugusan Pulau Seribu, menjadi hal yang sangat Riana nanti. Pasalnya, saat di Bali, dia belum mencoba berenang di pinggiran pantai atau main snorkeling karena David terus meminta jatah padanya. Kali ini dia ingin mencoba keliling pulau dan snorkeling."Ayo Riana, kita ke cottage dulu," ajak Risa yang sedari tadi menemani Riana mengobrol.Sekarang Riana semakin lebih akrab dengan Risa. Semua permasalahan dan kesalahpahaman di antara mereka sudah selesai. Riana juga tak ingin menambah musuh dalam hidupnya. Makanya, dia mencoba menerima kehadiran Risa sebagai seorang teman baru baginya."Iya," Riana melempar senyum manis pada Risa. Sebuah senyuman yang bagi Risa masih terlalu canggung sebenarnya. Meski begitu, Risa sadar bahwa Riana memang sosok yang polos dan tak suka mendendam.
"Jo, jalan-jalan yuk?" ajak Risa. Saat sunset tiba biasanya menjadi momen tepat untuk berjalan santai sembari bermanja ria dengan pasangan."Ke?""Pantailah. Lihat sunset. Ya?" Risa memeluk manja Jo yang masih asik duduk sambil bermain hape dari belakang."Hmm, oke," jawab Jo. Berlama-lama di kamar cukup membosankan juga. Jo ingin berjalan-jalan ke sekitaran juga. Siapa tahu dirinya bisa bertemu dengan Riana. Ya, walaupun harus melihat David di sisi wanita pujaannya itu."Yeeeeiy!" Risa mengecup dalam-dalam bibir Jo lalu mengambil topi pantainya.Walaupun hanya mengenakan dress sederhana berwarna cokelat susu dan sandal, Risa sudah tampak sangat memukau. Aura modelnya selalu terpancar indah. Tak ayal jika setiap orang asing melihatnya langsung berhenti sebentar untuk melihatnya. Entah itu laki-laki atau perempuan. Mereka terlalu terpukau dengan kecantikan Risa."Jo, kamu nggak cemburu?" tanya Risa ingin tahu pendapat Jo. Harusnya sih Jo sadar kalau orang-orang menatap Risa cukup lama
Keesokan harinya, Riana merasa lebih segar. Tak sepegal kemarin sore setelah bermain dengan David. Dia bersyukur David membiarkannya sungguhan istirahat. Tak mengganggunya sama sekali."Tidur lagi sini. Udah solat kan?" tanya David sambil meraih tangan Riana yang duduk di pinggiran kasur. Matanya masih menyipit karena ngantuk."Udah sih. Tapi pengen jalan pagi.""Bobok aja. Nanti kan mau jalan lihat Undersea World.""Bener juga. Sama snorkeling juga kan ya?""Nggak. Undersea World aja. Nggak usah snorkeling-snorkeling-an.""Aaah! Daviiiid," rengek Riana manja. David menarik istrinya itu agar rebahan di sisinya. Tak lupa dia membungkus tubuh istrinya dengan selimut lalu memeluknya."Kecapekan nanti. Jalan atau makan aja bolehnya.""Makan seafood? Aku mau banyak.""Gampang. Sekarang tidur lagi," David menenggelamkan kepala Riana dalam dadanya. Memaksa istrinya agar kembali beristirahat sebelum waktu mereka jalan-jalan tiba. Riana pun menurutinya. Lagipula dirinya juga merasa nyaman tidu
Risa terkejut saat masuk ke dalam kamar. Tampak Jo sedang berdiri di balik pintu dan menyodorkan buket kecil berisi kumpulan mawar merah."Welcome, Honey!" sambut Jo dengan senyum termanis yang pernah Risa dapatkan."Wow!!" Risa menerima buket bunga itu. Semerbak aroma mawar yang telah Jo siapkan untuknya mewangi hingga menembus lubuk hati terdalamnya."Bukannya kamu lagi demam? Kok malah bikin ginian?" Risa menatap takjub Jo."Cuma pura-pura sakit. Biar bisa bikin kejutan buatmu," Jo meraih tangan kanan Risa," Ayo masuk. Belum makan siang kan kamu?""Heum," senyum Risa tak lagi bisa disembunyikan. Wajahnya benar-benar dipenuhi oleh tatapan penuh cinta. Satu per satu sisi manis dari diri Jo mulai bermunculan. Mengejutkan sekaligus melelehkan seluruh hatinya."Aku tadi minta disiapin aneka seafood sama pihak cottage. Ada es kelapa muda juga. Ini coba deh diminum dulu," Jo mengambil sebuah kelapa hijau berukuran besar yang sudah dibuka bagian ujungnya. Disodorkannya kelapa muda itu ke h
David bangun dari duduknya. Perasaannya mendadak dipenuhi kebimbangan. Seolah ada hal buruk yang siap menanti dirinya. Padahal, Riana pergi baru sebentar saja. Tetap saja perasaannya mengatakan ada sesuatu yang tak beres. Dorongan-dorongan aneh memaksanya untuk segera mencari Riana."Mendingan aku cari dia sekarang," David menuruti kata hatinya. Dia bergegas mengambil hape dan mengetik pesan untuk Riana.Di mana kamu? Aku mau nyusul. Itulah pesan yang David kirimkan ke istrinya.Tak ada balasan. Semakin menguatkan rasa tak enak yang mengganjal di hati. David bergegas berlari menuju kamar Risa dengan asumsi Riana pasti masih di sekitaran sana.Saat sampai di lorong dekat kamar Risa dan Jo, David melihat pintu kamar terbuka. Segera David mendekat dan mengintip. Tak ada tanda-tanda keberadaan orang. Sunyi senyap. David memutuskan menerobos masuk sambil memanggil-manggil nama Riana."Riana?? Riana??" David menatap ke sekitaran kamar yang senyap itu. Matanya menangkap seseorang merintih ke
Dengan sisa tenaganya David menarik motor yang tergeletak di pinggiran jalan. David segera naik lagi. Tangannya mulai menstarter motor. Deru suara mesin dan asap dari knalpot mulai bermunculan. Suaranya beriringan dengan suara napas David yang masih tersengal. Tak berapa lama, David langsung meluncur ke arah dermaga kecil tempat kapal feri mengantarkan para wisatawan ke pulau ini.Pandangan David agak meremang. Entah karena terlalu banyak kena pukul. Entah karena kondisi sekitar yang masih jarang lampu sehingga pandangannya terhalang.Samar-samar telinganya menangkap suara mesin kapal. Semakin dekat dermaga, suara itu semakin jelas. David langsung menambah kecepatan motornya. Hatinya berharap kapal itu benar kapal di mana Jo berniat membawa Riana kabur.Tepat saat sampai dermaga, David melihat ada sebuah kapal. Tapi, bukan kapal feri. Semacam kapal kecil untuk nelayan mencari ikan.Jantung David bergemuruh tak wajar. Langkahnya cepat turun dari motor. Dia berlari menyusuri jembatan ba
Dahi David berkerut. Pergerakan posisi Riana berbelok aneh. Arahnya berputar balik kembali ke arah mereka berada."Jon, hape Riana udah ketahuan," David menatap serius Jono yang ada di sebelahnya."Terus gimana Bos? Mau kejar helikopternya aja?"David terdiam sejenak. Jika memaksakan ke lokasi titik terakhir Riana berada, kemungkinan bisa dapat petunjuk keberadaan Riana secara pasti pun masih tidak jelas."Ya. Kejar helikopternya. Terus kirim orang ke daerah terakhir Riana diturunkan buat penyelidikan lanjutan," perintah David. Setidaknya dia harus dapat dulu info dari si pilot helikopter yang disewa oleh Jo. Sedikit banyak, pilot itu pasti tahu arah mana yang Jo tuju. Di sisi lain, anak buahnya bisa mengurus menyisir posisi Riana berada. Semua hal harus David lakukan. Semua demi bisa menemukan Riana.***********Mobil yang Jo sewa sudah memasuki area villa tersembunyi di kawasan Puncak Mas. Sesampainya di villa, Jo menyuruh para penjaga sewaannya membawa Riana ke kamar lantai atas. S