"Tante Audriana, ini semua salahku. Nenek dan Om Gavin … bahkan Karl marah pada Tante, itu semua karena kehadiranku di sini." Audriana menatap keponakannya dengan raut muka sendu. Dia tidak mengatakan apa-apa sebab dia tidak tahu harus berbicara seperti apa pada Nadien. Semuanya hancur! Tetapi … kasihan jika Audriana menyalahkan Nadien untuk semua yang telah terjadi. "Karl bilang ada empat orang suruhannya yang datang untuk membantumu. Benar, Nadien?" tanya Audriana dengan nada datar. Sejenak mimik muka Nadien menjadi pucat, namun dia bisa menguasai diri. Buru-buru rautnya ia rubah, menampilkan ekspresi bingung serta polos. "Aku tidak tahu, Tante. Saat itu aku sangat panik, a--aku takut dan traumaku muncul. Aku ingat orang-orang membantuku, tapi aku tidak tahu dan tidak sempat untuk memastikan. Aku … aku-- aku …-""Hentikan!" Ucap suara tegas, tiba-tiba menyahut dengan lantang dan menyela perkataan Nadien. Gavin berjalan dengan langkah tegap ke tempat istrinya dan perempuan licik
"Kamu?" Mata Nadien melotot lebar ketika melihat siapa pria yang disewa untuk menidurinya. Dia sangat terkejut. "Kenapa? Kaget, Nona Cantik?" Pria itu menyunggingkan smirk tipis. "Sejujurnya aku tidak setuju dengan permintaan bodoh Nenek tengil itu. Tapi … aku sudah lama jatuh cinta pada Aeera. Jadi aku tergiur, tergiur untuk menghancurkan rumah tangga Aeera dan Tuan Karl."Nadien menatap menyelidik ke arah pria itu. Dia ragu! "Bukannya kemarin kamu …-""Nona, katakan padaku? Bagaimana caranya aku menolak perasaan terlarang ini pada Aeera? Dia sangat perhatian padaku, dia perempuan tercantik yang pernah kutemui, dia lembut dan penyayang. Lebih-lebih hampir seumur hidupku diisi oleh kehadirannya. Sama seperti yang menginginkan Kakak sepupumu, aku juga menginginkan Kakak sepupuku. Jadi … mari kita permulus langkah kita untuk mendapatkan masing-masing cinta antara kita," ucap pria itu tersebut dengan nada dingin, terlihat ada ambisius dan semangat yang menggebu-gebu. "Ta--tapi usia kit
"Kau perempuan?" tanya Alarich dengan nada datar dan tanpa dosa sedikitpun pada seorang dokter di depannya, seketika membuat dokter muda itu menganga dan melototkan mata secara horor. Dami menggelengkan kepala, masih menatap nanar ke arah sang Tuan muda Adam yang menakutkan tersebut. "Saya laki-laki tulen, Tu--tuan." Wajah dingin Alarich terlihat lebih nyata. Tatapannya tajam, menghunus ke arah dokter yang akan memeriksa istrinya tersebut. "Jadi kenapa kau yang memeriksa istriku? Direktur rumah sakit ini tidak memberitahumu jika laki-laki dilarang menyentuh istriku?" Dami menunjukkan ekspresi wajah yang kaku, panik serta gugup secara bersamaan. Direktur rumah sakit? Memang, pagi sekali salah satu asisten petinggi rumah sakit ini menginformasikan jika istri dari Karl Alarich Adam sekaligus menantu dari pemilik rumah sakit ini akan berkunjung. Maka diharapkan pada setiap staf memberikan pelayanan terbaik, salah satunya mengharuskan staf wanita lah yang diperbolehkan untuk melayani se
"Mas Alarich, aku ingin keluar sebentar," ucap Aeera, meminta izin pada Alarich untuk keluar rumah. Sudah tiga hari Alarich mendiaminya, pria itu tetap memberi perhatian tetapi sikapnya sangat dingin dan tatapan mata pria itu selalu menghunus tajam ke arah Aeera. Itu cukup mengerikan bagi Aeera, oleh sebab itu Aeera berniat berbelanja bahan untuk membuat cookies favorit suaminya serta kue tambahan untuk membujuk pria ini. Alarich mengangkat pandangan ke arah Aeera, lalu mengedipkan mata sekilas–pertanda boleh atau yah. Kemudian pria dengan raut muka datar tersebut kembali hanyut pada pekerjaannya. Ini minggu, tetapi Alarich memilih menghabiskan waktu di ruang kerja. Ada dua faktor. Pertama karena pekerjaannya banyak, kedua istrinya. Kondisi Aeera! "O--oke." Aeera memasukkan kepala gugup, merasa tertohok sekaligus tak bisa berkata-kata oleh sikap suaminya yang terlampau dingin. Tidak! Aeera berjanji tidak akan membuat Alarich cemburu lagi. Suaminya mode cemburu terlalu menyeramkan!
"Mas …-" gugup Aeera, mendongak ke arah Alarich yang berjalan ke arahnya. Pria tersebut terus melangkah dan mengikis jarak. "Aku sangat lapar," ucap pria itu, mengungkung serta mengunci pergerakan Aeera dalam rengkuhannya. Tubuh Aeera mentok, terjepit antara meja kabinet dapur dan tubuh besar suaminya. Tangan Alarich bertumbuh pada sisi meja, mengunci pergerakan Aeera; membuatnya tidak bisa kemana-mana. Di sisi lain, tubuh Alarich merapat dengan tubuhnya. Alarich mencondongkan kepala ke arah Aeera, membuat Aeera menarik kepala ke belakang; takut serta waspa dengan gerakan suaminya. Seperti ikan pemanah, lambat tetapi sekalinya menyambar nyawa target melayang. "Aku baru saja selesai memasak. Aku berniat akan mengantarnya ke ruangan Mas Alarich," jawab Aeera, berupaya tidak kikuk dan gugup. Walaupun kebenarannya hatinya dag dig dug berhadapan dengan suaminya sendiri. Jatuh cinta setiap saat itu memang indah. Namun resikonya begini, Aeera terus-terusan salah tingkah, mudah gugup dan
"Karl Alarich Adam!"Deg deg Mata Aeera melotot horor, panik sekaligus malu secara bersamaan. Sedangkan Alarich, dia melepas bibir Aeera secara berat. Dia lalu berdecak kesal kemudian menoleh ke arah seseorang yang meneriaki namanya. Hell! Padahal dia baru memulai ritual berbuka puasanya, sudah ada pengganggu saja di sini. "Ada apa?" Alarich menurunkan Aeera secara santai dari kabinet, lalu setelahnya kembali menatap malas ke arah papanya. "Kenapa kamu mencium Aeera? Maaf, Aeera, tetapi maksud Papa … tadi itu berlebihan," ucap Gavin tetapi menyempatkan diri untuk meminta maaf pada menantunya. Dia perhatikan menantunya ini sosok yang mudah merasa malu dan canggung, oleh sebab itu dia meminta maaf atas ucapan frontal-nya. "Ara istriku." Alarich menjawab dengan santai. "Tidak sebelum cucuku lahir," galak Gavin. Dia cukup khawatir dan trauma ketika memergoki kelakuan anaknya yang sedikit jaddal ini. Menantunya menolak, meronta dan memukul--bahkan menjambak Alarich. Namun tetapi putr
Dari kejadian tersebut, Nadien tersudutkan dan tak bisa mengelak. Ada sebuah vidio di mana dirinya dalam vidio tersebut memang terlihat menjebak Leo. Dalam vidio tersebut, Nadien membuka pakaian Leo–terkesan terburu-buru dan gelagat aneh. Sedangkan Leo, dia terlihat tak sadarkan diri. Matanya terpejam dan kepalanya beberapa kali sempoyongan. Bodohnya Nadien, dia tidak menyadari jika sejak awal dia sedang dijebak. Leo memaksanya agar dialah yang mengendalikan permainan dan pria itu juga memejamkan mata. Nadien sama sekali tak curiga. "Kamu licik!" seru Nadien, menemui Leo dengan langsung melayangkan tamparan pada pria itu. "Wow." Leo memegang pipinya yang ditampar oleh Nadien, mimik wajahnya licik dan meremehkan. "Licik? Cih, bercermin!"Leo mendekat ke arah Nadien, tiba-tiba mencengkram pundak perempuan itu lalu melayangkan tatapan tajam. "Kau suka menebar keburukan, tetapi ketika kau menerima kejahatan, kau berteriak ke semua orang jika kau yang paling sakit dimuka bumi ini. Jika
"Apa debunya masih terasa di matamu, Adek?" tanya Alarich tiba-tiba. Aeera melotot horor, menatap bingung serta tak paham dengan perkataan suaminya. "Karl," panggil seseorang dari luar, di mana seseorang tersebut langsung berjalan terburu-buru ke dalam kamar; memeriksa apaa yang terjadi pada menantunya. "Kenapa, Paa?" Alarich berdiri tegak, menatap malas ke arah papanya dengan raut muka datar dan dingin. "Kamu sedang apa?" Gavin memicingkan mata ke arah putranya, dia membalas tatapan putranya tak kalah tajam lalu beralih menoleh ke arah Aeera–memeriksa apakah terjadi sesuatu pada menantunya tersebut. "Ada sesuatu di mata Ara." Alarich menjawab datar, "aku memeriksanya," lanjutnya, sengaja menoleh ke arah Aeera untuk memperingati istrinya. Dia melotot galak pada Aeera, lalu menatapnya tajam; isyarat agar Aeera diam. "Benar, Nak?" tanya Gavin. Aeera menatap suaminya dengan kikuk lalu menatap sang mertua. Dia meneguk saliva secara kasar kemudian menganggukkan kepala. 'Kalau aku ja
"Sungguh kau tak ingin ku antar, Tuan?" tanya Bian. Alarich menganggukkan kepala kemudian segera masuk dalam mobil. Bian hanya menghela napas, mengacungkan pundak karena sudah tahu apa yang akan Alarich lakukan. Tentu saja mengikuti Aeera pulang. Ini sudah menjadi rutinitas Alarich semenjak Aeera bekerja di sini. Dan benar! Sekarang Alarich sedang memantau Aeera. Mobilnya tak jauh dari tempat Aeera menunggu taksi. "Sangat cantik," gumam Alarich, terus memandang gasdinya. Saat taksi datang dan Aeera masuk, Alarich langsung bersiap-siap untuk mengikuti. Tibanya di sebuah gang, Aeera turun. Begitu juga dengan Alarich. Biasanya Alarich hanya mengantar hingga gang ini karena mobilnya tak bisa masuk ke dalam. Bisa saja, tetapi gangnya cukup sempit dan Alarich tak suka ribet. Kali ini Alarich memutuskan turun, mengikuti Aeera dengan berjalan tak jauh dari belakang perempuan itu. Alarich perlu tahu seperti apa lingkungan pujaan hatinya tinggal dan seperti apa rumah yang Aeera tempati.
Semenjak hari pertama dia bertemu dengan Aeera, Alarich selalu mengawasi perempuan itu. Dia rasa dia telah jatuh cinta pada perempuan itu dan tergila-gila pada sosok gadis cantik itu. Tahun berganti dan Alarich semakin terjebak oleh perasaan yang dia miliki. Bukan hanya memiliki tingkah lucu, humoris dan menyenangkan, faktanya perempuan yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta tersebut seorang yang bertanggung jawab pada pekerjaannya. Dia perempuan cerdas, kompeten dan kreatif. Alarich semakin tenggelam! Sialnya sudah jalan dua tahun lebih dia memantau Aeera, akan tetapi dia tak kunjung punya keberanian untuk mengutarakan perasaan. Hell! Mendekati Aeera secara terang-terangan saja dia tak berani. Pecundang! Alarich memang pecundang! Dulu dia pernah ditolak dan itu menghantui Alarich. Ditolak perempuan yang tak dia sukai saja rasanya sangat menjengkelkan. Apalagi jika Alarich ditolak oleh pujaan hatinya. Lebih sialnya, tiga bulan ini dia diluar negeri. Selain untuk mengurus
--Karl Alarich Adam & Aeera Grizella-- "Ck." Suara decakan kesal terdengar di bibir seorang pria yang sedang duduk di balik setir, sedang mengemudi. Pria tersebut begitu mempesona, sangat tampan dan berkarisma. Dia pria setuju pesona dan love dreams bagi banyak kaum hawa. Bukan hanya dianugerahi ketampanan, dia juga seorang yang sangat sukses–pengusaha yang ditakuti serta berasal dari keluarga terpandang. Hidupnya mendekati kata sempurna! Sayangnya, pria tampan ini digosibkan telah menyimpang. Karena diusia yang ke tiga puluh dua tahun, tak ada issue tentang dirinya yang berkencan dengan perempuan. Dia bersih dari gosip apapun mengenai lawan jenis sehingga banyak orang berspekulasi jika dia seorang homo. Sejujurnya dia bukan pria seperti yang digosibkan. Dia hanya tidak punya waktu untuk meladeni kaum hawa, serta-- fakta jika dia pernah ditolak seseorang. Itulah yang membuat pria tampan ini memilih hidup sendiri–tanpa pasangan. Dertttt' Suara handphone berdering, dia menoleh lal
Hari yang ditunggu pun tiba, Nathan dan Zendaya melangsungkan pernikahan dengan meriah. Sekarang, keduanya telah sah menjadi sepasang suami istri. Keluarga besar Nathan–dari sang Mama, terlihat begitu bahagia. Begitu juga dengan keluarga Zendaya yang penuh suka cita serta keharuan. Tristan dan istri keduanya, maupun Angel tak diundang. Sekalipun mereka ingin mengacau, mereka tidak bisa karena pernikahan Nathan dilakukan di sebuah hotel mewah, dijaga ketat oleh banyak penjaga. Mereka diblacklist dari daftar tamu undangan, sesuai permintaan Preya–yang masih memiliki dendam pada suaminya. Preya juga tidak mau hari bahagia putranya rusak oleh kehadiran Erika dan putrinya. Lagipula makhluk gatal seperti mereka, tak pantas menghadiri acara putranya. Sejak tadi, Danzel terus memandang ke arah adiknya–memperhatikannya dengan lekat. Tatapannya begitu sendu, manik berkaca-kaca sebab merasa sedih tanpa sebab. Sewaktu kecil hingga dia besar, adiknya selalu menyusahkannya. Anak itu cerewet dan p
Sedangkan Victoria yang sudah buntu, menatap penuh harap pada Liora. "Liora, apa kamu bersedia menikah dengan adikku? Apapun akan kuberi padamu asal kamu bersedia membantuku untuk menikah dengan Devson." Liora termenung, menundukkan kepala dengan raut muka sedih. Sedangkan Lachi yang memahami perasaan perempuan itu memilih diam, dia takut salah bicara. Namun, mengejutkannya tiba-tiba saja Liora menganggukkan kepala. "Aku bersedia. Tapi … bawa aku pergi dari sini," ucap Liora, menatap Victoria dengan sendu. "Se-sebenarnya aku sedang bersembunyi dari Angel. Kemarin dia menjebak Tuan Danzel dengan sebuah obat terlarang. Aku tidak tahu apa yang terjadi secara lengkap, tetapi Angel sendiri yang berakhir meminum minuman itu. Dia menghubungiku untuk menyelamatkannya dan aku …-Liora terdiam sejenak. Lachi menggaruk pipi tak enak karena sejujurnya dia tahu kenapa Angel lah yang berakhir meminum jebakannya sendiri. Dia bahkan mendengar percakapan Liora dengan Angel, dan dari sana Lachi bisa
"Karena kebaikan hatinya, Tristan membawa Erika dan putrinya ke rumah. Awal, dia menjadikan Erika sebagai pelayan di rumah kami," cerita Preya pada Nara, mengenai kedatangan Erika dan Angel di keluarga Luis. Nara yang lebih dulu mengungkit Erika, yang ternyata pernah berniat merusak keluarga Nara dan Zavier. Lalu Erika dipecat, diblacklist dari perusahaan manapun serta dari tempat kerja yang berada dinaungan perusahaan Adam. Mendengar itu, Erika tak menyangka. Dia kira Erika yang Nara katakan berbeda dari Erika yang ada di keluarga Luis. Namun, itu Erika yang sama. "Dari awal aku tidak pernah suka pada Erika, sejak Tristan membawanya ke rumah. Katakanlah aku perempuan yang cemburuan. Namun, aku hanya mengikuti feeling sebagai seorang istri dan perempuan yang mencintai suaminya. Benar saja, perempuan itu tidak baik dan dia berhasil menghancurkan rumah tanggaku. Aku tidak menyalahkan dia sepenuhnya, perpisahanku dengan Tristan juga terjadi karena Tristan sendiri. Coba saja dia tegas,
"Dalam rangka apa kau memberiku bunga, Mochi?" tanya Danzel, mengecup kening Lachi. Setelah sebelumnya sang istri menyalam tangannya. "Dalam rangka mencintai Habibi," jawab Lachi dengan nada jelas, nyengir setelahnya karena dia malu-malu. Sial. Padahal dia sudah berlatih berjam-jam di depan cermin. Hanya agar terkesan anggun, tak malu-malu serta tak gugup sedikitpun ketika memberikan hadiah berupa buket bunga primrose ini pada sang suami. Namun nyatanya dia tetap gugup dan malu. "Hum?" Danzel menaikkan sebelah alis, langsung menggendong istrinya secara bridal style–membawa istrinya ke kamar. Ah, masa bodo jika Lachi bermaksud menciptakan adegan romantis. Sungguh, persetan! Toh, di mata Danzel, istrinya tetap terlihat tengah menggodanya. Yah, ini godaan yang manis! Danzel meletakkan bunga pemberian Lachi di atas nakas kemudian membaringkan istrinya di ranjang. "Habibi, tunggu! A-adegan ini tidak ada dalam skenario hayalanku. Harusnya bukan begini. Menjauh dulu," pekik Lachi, meng
"A--aku hanya iseng, tidak ada artinya kok." 'Cinta terpendam.' batin Nathan, terkekeh pelan sembari mengacak pucuk kepala Zendaya secara gemas. Nathan tahu artinya karena salah satu kalung yang dia berikan pada Zendaya–setiap ulang tahunnya, punya bandul bunga mawar putih. Hampir saja dia lupa akan hal itu, dan untuknya dia mengingat. Namun, benarkah Zendaya memberikan kalung ini atas dasar ungkapan cinta terpendam yang perempuan ini rasakan padanya? Atau memang hanya iseng? ***"Nyonya Xavier."Mendengar namanya di panggil, Lachi yang sedang memilih bunga langsung menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. Lachi mengerutkan kening, bingung dan cukup aneh melihat Liora bersama Victoria mendatanginya. "Oh, iya?" ucap Lachi, meletakkan bunga primrose ke tempat semula. Dia menghadap kepada Victoria dan Liora yang telah berada di sebelahnya. "Nyonya sedang membeli bunga untuk Tuan yah?" tanya Liora sembari tersenyum canggung. Lachi membalas dengan senyum tipis, menganggukkan kep
Tangan Donita terangkat ke arah Zendaya, melayang untuk menampar pipi Zendaya. Namun, pergelangan tangannya tertahan. Bahkan dihempas kasar lalu berakhir dirinya yang terkena tamparan. Plak'"Ahck." Donita menoleh kasar ke sebelah, segera memengang pipi yang terkena tamparan. Donita mendongak, menatap seseorang yang telah menampar pipinya dengan sangat kuat–tak punya hati. "Nathan?" pekik Donita tak percaya, menatap sosok pria tinggi yang berada di sebelah Zendaya. Zendaya menoleh ke arah sebelahnya, mendongak untuk melihat Nathan. Pria tersenyum memasang mimik dingin, melayangkan tatapan tajam yang menghunus tepat ke arah Donita. "Kau akan mendapat yang lebih buruk dari ini jika seandainya tanganmu menyentuh kulit wanitaku," ucap Nathan dingin, mengatupkan rahang–menahan gejolak marah karena perempuan ini berniat menyakiti Zendaya.Zendaya yang masih syok karena Donita berniat menamparnya kemudian tiba-tiba ada Nathan di sini yang mengambil peran melindunginya. Kini semakin syok