"Apa pekerjaannya?" tanya Andi dengan nada ketus, lagi-lagi memberikan tatapan sinis ke arah Alarich. Aeera menoleh ke arah suaminya, menatap Alarich yang terlihat kembali memasang wajah dingin. Aeera tahu suaminya tidak nyaman dengan Andi, dan pria yang akan menjadi ayah dari bayi ini sedang menahan marah. "Suamiku seorang Big Boss ditempat kerjaku. Perusahaan milik Mas merupakan salah satu perusahaan terbesar dan tersukses di Asia. Hehehe … Masku memang hebat, Kak, kalau soal bisnis," jawab Aeera, mengeluarkan nada tegas tetapi riang secara bersamaan–membanggakan suaminya yang merupakan seorang bos di tempatnya bekerja. Aeera tidak ada niat untuk sombong pada sepupunya, tetapi-- bukankah membangga-banggakan pasangan kita di depan orang lain akan memberikan perasaan senang serta bahagia bagi pasangan kita? Lagipula Andi duluan!Seketika itu juga Alarich merubah raut mukanya, tersenyum tipis sembari memperhatikan istrinya secara
"Woi …!" Mendengar teriakan marah dan galak yang sangat sangar, Alarich maupun Bian serta kedua perempuan yang ada di sana langsung menoleh ke arah suara tersebut. Sayangnya, tak ada siapapun di sana. Hanya ada … seseorang yang berlari. Mungkinkan orang itu iseng tetapi melihat siapa yang ia isengi, dia takut kemudian memilih pergi? Alarich terdiam sejenak, mencoba mengenali suara galak dan menantang tersebut. Sepertinya dia tidak asing dengan suara tersebut. Bibirnya tiba-tiba menyunggingkan smirk tipis, melepas kasar tangan Regina dari lengannya lalu segera menyusul seseorang yang berteriak tadi. "Tuan …-"Bian dengan cepat menghalangi Regina. "Jangan mengusik Tuan," tegur Bian, menoleh sejenak ke arah Nadien. Akan tetapi Bian hanya cuek, tidak berbicara sedikitpun pada perempuan tersebut. "Cik, apa-apaan sih kamu, Bian?" Regina bersedekap di dada, "aku perwakilan perusahaan Am.Contruksi, putri dari Direktur Am. Biarkan aku berbicara dengan Tuan Karl Alarich, atau … aku bisa m
"Kau yang berteriak tadi?" tanya Alarich, setelah dia dan Aeera berada dalam kamar. Aeera menggelengkan kepala. Berbohong demi kebaikan harusnya tak masalah, bukan?! "Berteriak seperti apa, Mas?""Humm." Alarich berdehem singkat. "Kau ingin dihukum seperti apa? Kebetulan aku sudah boleh …-""Tidak!" Aeera dengan cepat membantah, menggelengkan kepala kuat sembari menatap gugup ke arah suaminya, "maksudku aku tidak melakukan kesalahan, Mas. Aku datang ke sini untuk mengantarkan file Mas yang tertinggal. Dan …-" Aeera memicingkan mata, menatap menelisik pada suaminya. Jangan-jangan dia dihukum sebab berteriak tadi? Alarich malu dan merasa terganggu? "Kenapa diam?" Aeera menggelengkan kepala, mendadak memasang wajah cemberut. Matanya berubah satu sedangkan pipinya menggembung sedikit. Perempuan tadi terang-terangan menggoda suaminya, jika bukan karena dia berteriak mungkin bukit perempuan itu akan bergesekan dengan dada bidangnya suaminya. Bisa dikatakan Alarich diam saja saat digoda.
"Dalam rangka apa kamu mengajak suamiku makan siang bersama?" dingin Aeera–perempuan itu membelalak lebar, terkejut. "Cih." Alarich berdecis geli, memalingkan wajah untuk menyembunyikan tawa pelan. Hell yeah! Istrinya sepertinya cemburu. Ah, adorable!"Su-suami?" Regina menatap perempuan tersebut dengan manik melebar, tak percaya pada Aeera. "Kenapa?" Aeera menaikkan alis, terkesan tak acuh tetapi dalam hati dia geram pada perempuan ini. Semakin terlihat jelas jika wanita dihadapannya tersebut suka pada Alarich. Dia kaget ketika tahu Aeera istri Alarich. Alarich memijat pelipis dengan jari telunjuk. Lagi-lagi bibirnya menyunggingkan senyuman, menatap lekat pada makhluk menggemaskan di pangkuannya. Tangannya sengaja ia turunkan–memeluk pinggang Aeera secara possesive. "Silahkan keluar jika sudah tak ada hal penting yang ingin dibicarakan," ucap Alarich datar, menatap tajam ke arah Regina. Sebelum Regina, ada banyak perempuan yang mendekatinya. Entah mereka suruhan ayahnya atau i
Dia akan mengirim ini pada keluarga Adam, mengatakan jika Leo dan Aeera sekongkol untuk mendapatkan kekayaan Adam. Namun, saat akan mengambil gambar yang ke sebelas, jari jempolnya tertahan ketika akan memencet tombol kamera. Aeera …-"Kamu sudah punya istri, Leo!" Aeera menggeram pelan, mencubit lengan adiknya dengan greget, "dia mungkin nungguin kamu pulang di rumah. Tapi di sini kamu malah memilih keluyuran sedangkan kalian baru menikah.""Cik, bodo amat, Ra. Aku tidak peduli dengan perempuan itu." Leo mendengus pelan, menggaruk tengkuk sebab tak enak karena dia dimarahi oleh kakaknya. Perempuan itu!! "Dia istrimu dan terpaksa atau tidak, sekarang dia tanggung jawab kamu. Kamu sudah menikahinya!" "Kak-- Cik! Dia perempuan yang pernah jahat padamu. Kenapa kamu masih peduli?! Inilah yang tidak aku suka darimu. Terlalu baik!""Diam!" Aeera berucap galak. "Di sini, kamu hanya perlu mendengarkan ku!" tambahnya memperingati. "Mengenai sikapku sekarang, aku bukan terlalu baik. Masalah
--Beberapa bulan kemudian--Setelah menunggu dengan perasaan menggebu dan tak sabar, akhirnya buah hati Aeera terlahir dengan sehat dan normal. Meskipun dahulu–saat bayinya masih dalam kandungan, Alarich sering mengancam bayi tak berdosa tersebut, kenyataannya setelah bayi tersebut lahir Alarich lah yang terlihat paling bahagia. "Namanya Zavier Kingsley Adam," ucap Alarich dingin tetapi dengan mata yang memancarkan penuh kehangatan. Hasil cintanya dengan sang istri telah lahir. Aeera menganggukkan kepala, tersenyum lembut ke arah suaminya. Dia menyukai nama itu, penuh makna yang indah–cocok untuk putranya, buah cintanya dengan sang suami. "Kau setuju?" tanya Alarich, meskipun Aeera sudah menganggukkan kelapa namun dia tetap bertanya. Aeera lagi-lagi menganggukkan kepala. "Iya, Mas. Aku suka namanya dan … sangat cocok dengan anak kita," jawab Aeera pelan dan sayu--masih belum pulih sepenuhnya setelah melahirkan sang putra. Alarich tersenyum lembut pada Aeera. Dia duduk di sebela
"Tampan?" Aeera memicingkan mata, dengan ragu dan sedikit gugup dia menganggukkan kepala. "I--iya. Zavier kita tampan seperti …-" Aeera meneguk saliva, entah kapan terakhir dia memuji visual suaminya secara langsung tetapi dia sangat gugup sekarang, "seperti Daddynya. Tampan," lanjut Aeera, menyengir lebar ke arah suaminya. Alarich menampilkan raut muka dingin, menatap nyalang ke arah Aeera. Faktanya bayi ini baru lahir tetapi sudah mendapat pujian langsung dari istrinya. Sedangkan Alarich, seingatnya Aeera memujinya tampan ketika Aeera dahulu kabur–saat sebelum mereka menikah. Apakah ini adil? "Siapa yang lebih tampan, aku atau dia?" Alarich melirik datar ke arah bayi di gendongan Aeera. Setelah itu melayangkan tatapan tajam pada istrinya tersebut–mengancam supaya istrinya ini menjawab jika dia lah yang paling tampan. "Ma--Mas tentunya," jawab Aeera pelan, "anak kita tampan juga karena Mas. Ke--ketampanan Mas diwariskan pada Zavier. Lihat kan? Zavier kita tampan dan menggemaskan
---Lima tahun kemudian---Seorang perempuan mengepalkan tangan, menatap sebuah majalah bisnis yang memperlihatkan foto pria yang ia inginkan. "Argkkk!" Perempuan itu menjerit kencang, meraih majalah lalu melemparnya dengan keadaan sangat marah. "Lima tahun lebih aku berupaya melupakanmu, Tuan Karl Alarich. Tetapi … aku tidak berdaya, aku masih sama dengan terakhir kali saat pertama bertemu denganmu. Aku masing menginginkanmu, aku ingin! Sangat!" ucapnya bermonolog sendiri, kali ini menatap foto Alarich yang ada ponselnya. Foto di mana pria itu menggendong seorang anak laki-laki yang ditutupi wajahnya. Kabarnya Alarich tidak mem-publish wajah anak dan istrinya. Paparazi sering mendapati Alarich keluar dengan istri dan anaknya, bahkan tiga bulan yang lalu sang CEO dari perusahaan DeRoyal Hotel&Resort tersebut diberitakan sedang berlibur dengan istri dan anaknya ke negara Paman Sam. Ada banyak foto yang beredar, tetapi tidak satupun yang memperlihatkan wajah istri dan anaknya. "Kamu s