Share

Bab177# Anjing Pemburu

last update Last Updated: 2025-01-10 21:10:02

Suasana di restoran Jepang yang semula tenang berubah tegang ketika Darren, mantan suami Chelsea, memasuki ruangan.

Darren mengenakan setelan kasual yang tetap menunjukkan gaya hidup mewahnya. Tatapannya langsung tertuju pada Chelsea dan Kenan yang duduk di salah satu sudut restoran.

"Ha? Bukannya itu Chelsea?" batin Darren. "Dan ... bodyguardnya?" Ia tertegun sejenak. "Apa yang mereka lakukan di sini berdua? Ah, jangan-jangan ..."

Darren berjalan mendekati mereka dengan langkah penuh percaya diri. Sorot matanya terlihat sayu dan terkesan merendahkan saat melihat mereka berdua.

Chelsea yang tengah berbicara serius dengan Kenan terhenti seketika begitu melihat Darren berdiri di hadapan mereka.

"Hoho ... bukannya ini Chelsea ... mantan istriku," Darren memulai dengan nada sinis. Ia memandang Chelsea dari atas sampai bawah, lalu beralih ke arah pria yang bersamanya.

Kenan mendongak dengan tatapan tak percaya. "Tuan Darren?" batin
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (30)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
semangat kenan chelsea
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
si derren hbs ditolak jdi bencib...... dasar pebgganggu
goodnovel comment avatar
Anie Nhie
Semangat Kenan Chelsea,, tau bgt ini gak mudah buat kalian,tapi jika cinta dan tekad kalian besar,pasti ada jalan untuk hubungan kalian,,, si Darren bikin suasana jadi gak enak z,,ganggu bgt tau gak,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab178# Membuka Sosok Leon

    Alfonso dan Carlos masih duduk di mobil mereka yang terparkir di area rumah sakit. Dari tempat mereka mengintai, Edward kini terlihat tengah berbincang dengan Leon, Alika, dan Stella di dalam ruang rumah sakit. Leon tertawa kecil saat bercanda dengan Edward dan Stella, sementara Alika dengan gembira melompat-lompat di sekitarnya. Pemandangan itu membuat Alfonso menggigit bibir bawahnya, menahan perasaan yang berkecamuk. Ia melirik Carlos yang tampak termenung. "Kau tahu, Alfonso?" Carlos memulai, suaranya berat. "Anak itu, Leon... benar-benar mirip mendiang putraku..." Alfonso menoleh, menghela nafas kasar. "Iya, Carlos. Aku juga berpikir seperti itu..." Carlos mengangguk pelan. "Senyumnya, caranya bicara, bahkan sorot matanya. Leon seperti ... putraku saat masih hidup. Makanya, aku merasa agak berat untuk menjalankan tugas ini." Alfonso menghela napas panjang sekali lagi. "Aku bisa melihat itu. Tapi ini bukan tentang perasaan kita, Al. Kita punya tugas. Kau tahu siapa yan

    Last Updated : 2025-01-11
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab179# Freya Menyusun Rencana

    Di ruangan kerjanya yang berlampu temaram, Freya nampak sedikit kesal dengan ucapan Jack yang terkesan mengulur-ulur waktu. Ia pun membentak anak buahnya tesebut. Jack di balik telepon hanya bisa terkekeh saat Bosnya itu mulai emosi."Haha ... oke-oke, Bos! Alfonso dan Carlos berhasil mengumpulkan informasi yang menarik. Dan kau tahu apa itu? Pria itu bernama Edward, ternyata bukan suami simpanan Grace, seperti yang kita duga sebelumnya," Jack memulai. "Dia hanyalah bawahannya. Selain itu, Grace memiliki seorang anak laki-laki bernama Leon.""Jadi, selama ini dugaanku salah ... Edward ternyata bukan suami simpanan Grace?" batin Freya seraya terdiam sejenak, lalu ia mendadak tertawa kecil. "Anak laki-laki bernama Leon, kau bilang?""Benar, Bos. Alfonso mendapati Edward bersama Leon dan seorang anak perempuan bernama Alika di rumah sakit Chartie. Dari informasi yang mereka peroleh, Leon mungkin adalah anak dari Grace," jelas Jack.Fre

    Last Updated : 2025-01-11
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab180# Freya Menghadang Max

    Setelah berkelut dalam kegalauan, Grace memutuskan menelpon Max kembali setelah sebelumnya membatalkan panggilan itu. Kini, Max yang sedang berada di kamar hotel melihat ponselnya berdering disertai nama sang istri terpampang jelas di layar datarnya.Sejenak Max memejamkan mata, mengingat ia begitu mencintai sang istri, namun kebohongan yang Grace ciptakan membuat Max sedikit ragu padanya. Pria itu menggapai ponsel yang ada di atas meja, kemudian menempelkan pada telinga."Hallo, Sayang ..." Max tidak bisa ingkar jika dia sangat menyayangi sang wanita.Sementara Grace tertegun mendengar sapaan hangat sang suami yang begitu menentramkan. Selama kepergian max dalam beberapa waktu ini, disertai keadaan terakhir keduanya yang sangat dingin, membuat Grace merasa tidak nyaman. Ia perlu memberitahu apa yang sebenarnya ia rasakan."Uhm ... Max," lirih Grace, ia menarik napas dalam, hatinya terasa getir, "Maafkan aku .... Aku rasa keadaan di

    Last Updated : 2025-01-11
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab181# Rencana Freya Berubah

    Wanita ular itu melangkah penuh percaya diri menghampiri Max yang juga turun dari mobil. Dengan wajah datar pria itu menggertak Freya. "Apa yang kau lakukan, Freya?" Namun bukannya takut, Freya justru tersenyum manis menampakan jika dirinya tidak terpengaruh oleh gertakan Max. "Max ... Apa kau baru saja datang dari luar negeri?" Freya berdiri sejajar dengan pria itu. "Hm, apa kau tau, karena kecerobohanmu bisa-bisa kita mendapat celaka!" Freya tersenyum lirih, seolah merasa tak bersalah. "Maaf Max, ini karena aku terburu-buru mau bertemu denganmu." "Ada apa mencariku?" Kening Max berkerut. Lagi, Freya tersenyum manis, "Apa kau ingin kita bicara di sini saja?" tanyanya melihat sekitar. Max mendengus, kemudian tanpa berkata, pria itu langsung masuk ke dalam gedung. Freya tampak percaya diri berjalan mensejajarkan dengan sang partner. Tiba

    Last Updated : 2025-01-12
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab182# Kesenangan Darren

    Di kamar mewah beraroma parfum mahal, Darren tengah menikmati momen brutalnya bersama seorang wanita cantik tanpa busana yang terlihat sangat bergairah di hadapannya. Tawa puas mereka menggema di ruangan, diiringi suara pukulan dan tamparan yang sesekali terdengar. Wanita itu memohon kepada Darren untuk disiksa lebih keras lagi.Namun, ketukan pelan di pintu mengusik suasana. Sang ART berdiri di luar pintu dengan hati berdebar, memutar otak mencari alasan agar tidak menambah murka majikannya. "Apakah aku harus menunggu? Tapi, jika Tuan Darren marah, bisa-bisa aku dipecat," pikirnya.Ketukan kembali terdengar, lebih keras kali ini, membuat Darren berhenti tertawa. Ia menoleh tajam ke arah pintu, merasa terganggu."Siapa yang berani menggangguku?!" Darren bergumam kesal, bangkit dari sofa. Ia buru-buru mengenakan celana panjang hitam tanpa baju, otot-ototnya terlihat tegang karena amarah. Dengan langkah berat, ia membuka pintu dengan kasar.

    Last Updated : 2025-01-13
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab183# Larangan Kenan

    Di dalam rumah yang megah namun terasa dingin, Chelsea berdiri di ruang tengah, matanya tertuju pada gantungan kunci di dinding. Tangan kecilnya sedikit gemetar saat meraih kunci mobil. Seolah-olah benda itu membawa beban besar yang harus ia pikul. Namun, sebelum ia sempat melangkah keluar, suara Kenan terdengar dari arah ruang makan. "Chelsea? Kamu mau ke mana?" tanya Kenan, nada suaranya penuh perhatian tapi juga sedikit kewaspadaan. Chelsea menoleh, wajahnya tegas meskipun hatinya diliputi kegelisahan. "Aku mau ke rumah Max," jawabnya singkat. Kenan mendekat, alisnya berkerut. "Ke rumah Tuan Max? Mau apa kamu ke sana?" Sebenarnya, sebelum Chelsea menjawab, Kenan sudah bisa menebak tujuan sang wanita ke rumah Max. Sebab, beberapa hari lalu, Kenan sudah melarangnya. Namun, wanita itu bersikeras pergi sendirian. Chelsea menghela napas panjang, mencoba mengatur kata-katanya agar tidak terde

    Last Updated : 2025-01-13
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab184# Penantian

    Setelah kedatangan Chelsea tadi, rumah megah itu tampak sepi saat Grace berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air. Malam itu, ia merasa kesepian meski berada di dalam rumah yang besar. Namun, suara langkah berat di pintu depan mengalihkan perhatiannya. Grace segera menoleh, melihat Max baru saja masuk, menyeret koper hitam besar di belakangnya."Max!" Grace berseru, terkejut sekaligus bahagia. Ia segera menghampiri suaminya, matanya berbinar melihat pria yang sudah beberapa hari pergi. "Kamu sudah pulang? Astaga! Kenapa tak mengabariku sebelumnya?" Max hanya mengangguk kecil tanpa senyum. "Maaf, aku tak sempat," ucapnya singkat, suaranya berat namun datar.Grace menghentikan langkahnya sejenak, sedikit kecewa dengan sikap Max yang dingin. Namun, ia mencoba mengabaikan hal itu dan tetap mendekat. "Kamu pasti lelah. Bagaimana perjalanan dan pekerjaanmu di sana? Apa semuanya berjalan lancar?""Ya ... cukup lancar," j

    Last Updated : 2025-01-13
  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab185# Menolak Restu

    Langit siang itu cerah, namun hati Max tetap mendung. Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan penting, ia memutuskan untuk keluar kantor lebih awal. Saat Max berjalan melewati lorong menuju pintu keluar, Christ, salah satu asistennya, menghampiri."Tuan Max, Anda mau ke mana? Ada rapat direksi sore ini," tanya Christ, menatapnya penuh penasaran.Max melirik Christ sebentar. "Ada urusan pribadi. Tolong atur ulang jadwal rapatnya!"Christ mengangguk lalu mencoba menawarkan diri. "Kalau begitu, biar saya temani Anda?""Tak perlu," potong Max tegas. "Aku ingin pergi sendiri."Christ mengangguk meski tampak ragu, lalu membiarkan Max berlalu. Max menuju mobilnya dengan langkah cepat, kepalanya penuh dengan berbagai pertanyaan."Kenapa Chelsea tidak meneleponku kemarin? Kenapa dia harus langsung datang ke rumah tanpa alasan yang jelas? Apa sebenarnya yang dia sembunyikan?"Max menyalakan mesin mobil dan melaju menuju kant

    Last Updated : 2025-01-13

Latest chapter

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab225# Malam Romantis

    Mendengar ungkapan Kenan, tentu saja membuat Chelsea penasaran, siapa yang mengajari suaminya itu. Kenan pura-pura berpikir sebentar, lalu tersenyum jahil. “YouTube.” Chelsea langsung memukul punggung sang pria, seraya mendengus geli. "Oh, pantas saja. Kukira kamu serius belajar dari chef terkenal atau gimana. Ternyata hasil tutorial."“Tapi yang penting hasilnya enak, kan?” Kenan membalas sambil menatap Chelsea yang sedang sibuk menyantap spaghetti buatannya. Chelsea mengangguk kecil sambil menyuapkan lagi spaghetti ke mulutnya lagi. “Enak sekali, Ken. Kalau gini pun aku tidak bingung kalau pelayan pulang kampung, hehehe ...” tawanya.“Ya, aku kan suami yang serba bisa,” jawab Kenan santai, tapi senyumnya tetap lebar. Chelsea hanya menggeleng-geleng pelan, mencoba menahan tawa. “Iya, iya. Suami serba bisa. Tidak salah aku nikah sama kamu.” Kenan tertawa kecil, tapi kemudian menatap Chelsea dengan lembut. “Aku c

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab224# Tempat Ternyaman

    Angin dingin khas pegunungan perlahan menyelinap di sela-sela kulit. Chelsea menarik syal yang melingkar di lehernya, mencoba menghangatkan diri. Di hadapan mereka, villa yang mereka sewa untuk beberapa hari ke depan berdiri megah. Bangunannya bergaya rustic modern, dengan dominasi kayu cokelat tua yang berpadu dengan kaca besar yang memantulkan pemandangan hijau di sekitarnya. Di belakang villa, pegunungan menjulang tinggi, membingkai lanskap alami yang seperti lukisan. “Ken, aku tidak tau kalau tempat ini akan seindah ini …” Chelsea berujar, suaranya pelan namun penuh kekaguman. Kedua mata tak henti-henti memindai setiap detail villa. Balkon kayu yang menghadap langsung ke lembah, kolam renang kecil yang airnya jernih seperti kaca, hingga taman kecil di samping villa yang dihiasi dengan bunga-bunga musim semi yang sedang mekar. Kenan terkekeh kecil. “Aku tau. Makanya aku tidak kasih lihat detail fotonya ke kamu waktu pesan.” Che

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab223# Perjalanan Manis

    Chelsea menatap Kenan, bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin bicara. Tapi, seperti ada sesuatu yang membekukan lidahnya. Pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya seakan berlomba-lomba keluar, tetapi tidak ada satu pun yang berhasil terucap. Mata Kenan yang tenang menatapnya dengan lembut. "Chelsea, ada sesuatu yang mau kamu ucapkan?" tanyanya lagi, suaranya rendah, penuh perhatian.Chelsea menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Tapi akhirnya, hanya sebuah senyuman kecil yang berhasil keluar. "Tidak, aku cuma ... cuma kepikiran saja," katanya pelan.Mengangguk lirih, meskipun demikian, Kenan terlihat tidak sepenuhnya percaya. Tapi, seperti kebiasaannya, dia tidak memaksa. "Kalau begitu, jangan pikirkan terlalu berat, ya. Kita harus saling berbagi." Kenan menepuk punggung tangan Chelsea dengan lembut, lalu berdiri, "Tidur yang nyenyak. Besok kita jalan pagi-pagi."Chelsea hanya mengangguk, meski hatinya tidak bena

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab222# Pilihan Bulan Madu

    Suara Kenan membuyarkan lamunan Chelsea. Nada bicara lembut, seperti biasa, tetapi cukup untuk membuat Chelsea menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh tenggelam dalam pikiran.Chelsea mengerjap cepat, menoleh Kenan yang duduk di sampingnya dengan sorot mata penuh perhatian. "Aku tidak apa-apa," jawabnya cepat. Kenan menatapnya sejenak, jelas tahu ada sesuatu yang mengganjal. Tapi seperti biasa, dia tidak memaksa. "Kalau ada apa-apa, bilang saja. Aku di sini, oke?"Chelsea mengangguk pelan. Dia tahu Kenan tulus, namun ada sesuatu yang belum bisa dia ungkapkan. Belum sekarang, pikirnya.“Eh, ngomong-ngomong soal bulan madu, Kak Chelsea sudah ada ide mau ke mana?” Anna tiba-tiba menyela, memecahkan keheningan yang sempat tercipta. Gadis itu menatap mereka dengan mata berbinar, seperti anak kecil yang menunggu cerita dongeng. Chelsea menghela napas kecil. "Belum ada, Anna. Aku masih bingung."Anna langsung berseru, "Yah, ke

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab221# Babak Baru

    "Eh, Kak Chelsea, sudah bangun juga?" Suara ceria Anna menyambut Chelsea yang baru saja melangkah masuk ke ruang makan. Pagi itu, sinar matahari menerobos lembut melalui jendela besar di ruangan, memantulkan kilau di atas meja makan panjang yang sudah tertata lengkap. Aroma kopi bercampur roti panggang memenuhi udara, memberikan kehangatan yang sulit diabaikan. Tersenyum tipis, Chelsea lalu duduk di kursi. "Iya, sudah bangun dari tadi sih. Kamu semangat sekali pagi ini, Na?"Gadis cantik berusia 20 tahun, hanya terkikik kecil sambil menuangkan teh ke dalam cangkirnya. Kedua mata memancarkan kilatan jahil yang khas. "Ya iyalah, Kak. Aku kan, tidak sabar lihat Kak Kenan jadi suami. Aneh saja sih, rasanya baru kemarin lihat dia tidak punya pacar. Eh, sekarang justru jadi orang penting di hidup Kak Chelsea."Chelsea tersenyum kaku. Rasanya semua itu juga seperti mimpi, "Dih ... mulai deh," kekehnya.Suara langkah berat terdengar m

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab220# Menyamarkan Rencana

    Setelah mengakhiri telepon dengan Diego, Freya berbalik badan menghadap Jack. Pria itu pun mengangkat kedua alis melihat gestur tubuh pada Freya yang seolah sedang merencanakan sesuatu. "Jangan katakan kau sedang membuat rencana, Freya ...?" tanya Jack memicing penasaran. Freya menarik sudut bibir, tatapan tajam namun menerawang jauh di sana. "Jika Grace langsung meninggalkan Max saat ini juga, berarti dia lebih mengutamakan anaknya dibandingkan pria itu .... Jadi semakin mudah kita menyingkirkannya tanpa pengawasan Max ...!" Jack mengernyit heran dengan ucapan ambigu Freya, "Maksudmu ... meski Grace sudah menjauhi Max, kau tetap akan mengincarnya?" Wanita ular semakin menyeringai, tertawa puas. "Yups, kau benar! Sangat benar, Jack! Setelah ini, Grace pasti akan melindungi anaknya dari siapapun, dan bila aku tidak melenyapkannya ... Itu tetap saja akan menjadi penghalangku di masa depan! Kau tau kan, itu bisa membahayakan jalanku menuju kejayaaann ...!!" Tawa Freya sangat ke

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab219# Berikan Aku Cuti

    Setelah selesai mengurus semua masalah di Jerman. Kini, Max dan Christ duduk di dalam mobil, perjalanan kembali ke Italia setelah perjalanan bisnis yang melelahkan di Jerman. Pemandangan luar tampak berubah, jalanan yang semula asing kini mulai terasa lebih familiar. Pria berkacamata menatap jalan dengan kosong, sesekali memandang ke luar jendela. Ia merasa penglihatan itu sangat menganggu pikirannya. "Apa yang sedang kamu pikirkan, Christ?" tanya Max yang merasa tak biasa pada asistennya. Hening sejenak, sebelum sang asisten tiba-tiba berbicara, suaranya lebih ringan dari biasanya, "Tuan, kemarin ... apa Anda ingat anak laki-laki yang hampir menabrak mobil kita?" "Hm, yang itu? Iya, aku ingat. Cuma anak kecil yang panik, kan?" "Ya ... tapi anehnya, aku merasa seperti ... dia mirip dengan ..." Christ menggantung ucapannya, seolah memberi kode pada sang CEO. "Maksudmu denganku?" Max menoleh ragu, kemudian menggeleng, "Christ, itu mungkin cuma kebetulan. Banyak anak kec

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab218# Semua Salah Saya

    Setelah Edward, Brian dan Stella berhasil menemukan Leon dan juga Alika, ponsel sang bodyguard berdering sangat keras. Berulang kali nada dering itu memecah keheningan.Edward melirik sekilas ke arah Brian dan Stella yang kini berada di ruang kamar inap Leon, mengobati luka dan memar pada tubuh anak laki-laki itu."Dari Nyonya Grace ..." lirihnya. Brian dan Stella duduk berhadapan, saling bertukar pandang cemas. Sang dokter menghela napas panjang sebelum berbicara.Sementara Stella duduk dengan wajah serius, menatap Edward seolah menunggu keputusan penting. "Angkatlah ..." kata Stella menoleh sekilas.Edward terlihat agak cemas, lumayan lama merasa terjepit dalam dilema ini. Telepon dari Grace yang tertunda sejak kemarin mulai mengganggu pikirannya."Apa kamu yakin tidak mau terima telepon itu, Edward?" tanya Brian pelan, penuh harapan.Stella menambahkan, "Edward, kamu harus mengatakan yang sebenarnya pa

  • MENCURI BENIH SUAMI MANDUL   Bab217# Wajah Tak Asing

    Malam telah semakin larut, namun udara dingin tak menghentikan langkah kecil Leon dan Alika yang berlari menyusuri jalanan sepi. Nafas mereka terengah-engah, tubuh kecil mereka gemetar bukan hanya karena udara malam, tetapi juga rasa takut yang terus menghantui benak mereka. "Alika, ayo lebih cepat," bisik Leon, menoleh ke belakang dengan wajah penuh kecemasan. "Aku ... aku lelah, Leon," sahut Alika sambil terisak. Matanya berkaca-kaca, namun ia tetap mengikuti langkah Leon. "Jangan menyerah, Lika!" teriak Leon sembari menggenggam tangan Alika erat. "Kita harus terus berlari. Paman Alfonso bilang jangan berhenti sampai kita menemukan tempat aman dan pertolongan!" "I-iya, Leon. Aku akan berusaha sekuat mungkin!" Alika mengangguk meski tubuhnya terasa lemah. Mereka berdua terus menyusuri jalan gelap, berharap menemukan pertolongan di tengah malam yang seakan enggan berpihak pada mereka. Sementara itu, di tempat lain, Max duduk di kursi belakang mobil dengan pandangan seriu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status