Share

Kesaksian

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-15 13:16:08

Semua anggota keluarga Kamila termasuk Revan sudah berkumpul di ruangan Kamila bersama seorang detektif polisi yang hendak meminta keterangan terkait peristiwa yang terjadi. Kurang lebih satu setengah jam menunggu, tiba waktunya bagi Kamila untuk diajak berkomunikasi.

"Mil, masih ingat semuanya, kan?" Kalina mulai bertanya dengan hati-hati.

Kamila mengedarkan pandangan, menatap satu per satu orang yang ada di ruangan. Kemudian mengangguk pelan.

"Aku, Revan, Ayah, Bu Hilma, dan anggota keluarga Wijaya?" Kalina kembali memastikan.

Kamila terdiam sejenak, sebelum mengangguk lagi.

"Sekarang kamu tahu apa yang harus dikatakan, kan?" Revan menyahuti. Kembali, anggukan kepala mereka dapati. "Jadi, apa yang kamu--"

"Lapar."

Deg!

Semua orang berpandangan. Kebingungan, kenapa kata itu yang pertama kali keluar?

"Masih ada efek anestesinya kali," terka Revan spontan.

"Tapi operasinya udah dua hari lalu, Van," sahut Kalina.

"Pengen Nasi Padang, pake extra Rendang," celetuk Kamila dengan pand
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tersangka Sebenarnya

    Dua minggu kemudian .... "Kamu yakin tak perlu bertemu dengan Wisnu lebih dulu sebelum sidang?" Revan menghampiri Kamila yang tengah mematut diri di depan cermin. Setelah dua pekan masa pemulihan, dokter menyatakan bahwa kondisi Kamila sudah stabil dan dia bisa beraktivitas dengan normal. Mengingat profesi sebelumnya, ketahanan fisik dan imun perempuan itu jelas lebih kuat daripada perempuan biasa sebayanya. Kamila menggeleng pelan. Pandangannya masih belum beralih dari cermin di hadapan yang menunjukkan bayangan dirinya dengan gaya rambut baru Classic Bob Hairstyle yang sangat cocok dengan kepribadiannya."Aku udah janji pada Kalina nggak akan menemui Wisnu sampai waktu sidang," ucapnya santai. "Sebenarnya apa yang tengah kalian rencanakan? Di mana Kalina sekarang?" tanya Revan yang penasaran karena selama dua pekan saudara kembar ini tak melibatkannya dalam rencana yang tengah dijalankan. "Jangan tersinggung, Van. Kita sengaja nggak libatin kamu karena ngerasa ini problem woman,

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-16
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Kronologis Kejadian

    Kamila berhenti sejenak saat melihat mobil yang dia kenali milik Yuna sudah terparkir di pelataran kediaman Keluarga Wijaya, sedangkan mobil milik Wisnu belum dia dapati berada di lokasi. Dahinya mengernyit heran, dia mulai bertanya-tanya tentang tujuan Yuna datang? Padahal dua pekan lalu dia mengatakan sudah memutus segala hubungan dengan keluarga Wisnu saat datang bersama dengan kedua orangtuanya hari itu. Mencoba mengesampingkan segala teori tentang Yuna, Kamila memilih bergegas memasuki rumah. Namun, dia dibuat heran saat mendapati ruang utama justru dalam keadaan hening dan sepi. Ke mana perginya orang-orang? Padahal dia sudah tak sabar ingin menghajar wajah Pak Dahlan. Tanpa pikir panjang, serta pikiran yang masih dipenuhi dengan kekalutan, Kamila langsung berlarian menelusuri tiap ruang yang ada, dari satu lantai ke lantai lainnya, dari satu ruang ke ruang berikutnya. Sampai sebuah keributan yang berasal dari ruang kerja milik Pak Dahlan di lantai tiga, mengakhiri pencarianny

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-17
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Diadili

    "Seminggu lalu saya menemukan wanita ini di salah satu rumah sakit di Singapura. Rupanya dia keguguran, karena stres dan tertekan." Semua orang menatap Kalina, ketika perempuan itu mengambil alih kesaksian yang seharusnya dilakukan Yuna."Keguguran?" Wisnu menoleh ke arah perut Yuna yang sudah kembali ramping. Sedangkan Kamila hanya bisa bungkam mendengarnya. "Janin dalam kandungan wanita itu, kan yang membuat Anda bungkam Tuan Adiwijaya?" Kalina menghampiri Wisnu, dan bergumam di telinganya. Kedua tangan Wisnu langsung terkepal. "Sayang sekali, padahal kalau janinnya tidak gugur, mereka bisa menjadi saudara yang akur," cibirnya sembari mengusap perut. Kalina kembali beranjak, dia beralih dari Wisnu menuju berlakang kursi Yuna. "Akh." Tanpa diduga Kalina menjambak rambut perempuan itu hingga wajahnya yang semula tertunduk, jadi mendongak lurus ke arah meja hakim. "Lawan bicaramu di depan, Nyonya! Bukan di bawah."Gemelatuk gigi Yuna terdengar sampai beberapa orang di belakang."Sek

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Salam Perpisahan

    'W.A anak pertama salah satu pebisnis terkemuka yang juga pemimpin perusahaan elektronik ternama baru saja dibebaskan dari segala tuduhan percobaan pembunuhan pada sang istri K.F. Sementara itu, aktris berinisial Y.J ikut terseret dalam kasus yang melibatkan para konglomerat tersebut.'Sraaak!Braaak!"Tamat, kita sudah benar-benar tamat sekarang." Pak Dahlan melempar semua barang yang ada di atas meja kantornya, kemudian mengempaskan diri ke kursi. "Yuna yang sebelumnya bersedia menjamin keselamatan kita malah lebih dulu masuk perangkap si wanita sundal. Sejak awal kita memang terlalu meragukan Kalina, Yang. Wanita itu benar-benar tak bisa diremehkan." Lelaki paruh baya itu menunduk dalam, sembari memijit pelipis pelan. "Semua aset kita ludes, banyak investor yang menarik investasi mereka setelah skandal Hendri pertama kali mencuat ke permukaan. Bahkan para pemegang saham sudah melakukan protes dengan terang-terangan agar Wisnu turun dari jabatannya. Sekarang tak ada lagi pilihan, s

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-18
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Menghilangkan Bukti

    " ... lihat aku baik-baik. Aku masih orang yang sama. Lelaki yang kamu sebut Nunu. Lelaki yang masih mencintaimu.""Apa artinya cinta kalau yang kamu rasakan cuma keegoisan aja? Apa artinya cinta kalau hanya satu pihak yang memperjuangkannya? Kalau dengan mencintaiku kamu menyakiti saudaraku, aku nggak bisa menerima perasaan itu, Wisnu. Lagi pula lelaki pengecut sama sekali bukan tipeku!"Jdug! "Aw." Kamila mengusap dahinya yang baru saja terbentur meja saat tengah melamuni tentang kejadian hari itu. "Sudah kubilang. Melamun tak akan bisa menyelesaikan sesuatu," cibir Revan sembari terkekeh ringan. Saat ini mereka tengah menikmati Nasi Padang di salah satu rumah makan tak jauh dari apartemen tempat mereka tinggal. "Setidaknya melamun bisa memperluas imajinasi," dalih Kamila sembari menyeruput es teh manisnya. "Lebih tepatnya halu," ralat Revan. "Mending halu daripada nganu," balas Kamila tak mau kalah. "Tergantung, nganu yang bagaimana dulu?"Kamila memutar bola mata. "Ng, ngan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-19
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Bekerja Sama

    "Kamu yakin dengan ini, Mil?" Kalina menghampiri saudaranya yang baru saja menuruni tangga menuju lantai dasar. Dia terlihat sudah mengenakan celana joger cargo dan jaket jins crop dengan ransel sedang yang sudah bertengger di punggungnya. Kamila melangkahkan kaki di undakan tangga terakhir dan mengangguk mantap. Dia letakkan tangan di kedua sisi bahu Kalina"Yakin banget. Kamu nggak usah kuatir, Kal. Aku udah sehat dan fit, kok. Lagian udah lama nggak aktivitas di luar, kangen rutinitasku yang dulu." Senyum lebar yang dia tunjukkan sekejap menghilangkan keraguan pekat yang sempat menyelimuti diri Kalina. "Aku janji bakal bawa mereka ke hadapanmu," yakinnya dengan tangan terkepal. Kalina menggeleng, dia menurunkan kedua tangan Kamila dari bahu, lalu menggenggamnya, erat. "Bagiku, keselamatanmu masih yang paling utama. Tolong berjanji! Pulanglah dalam keadaan dan kondisi apa pun. Aku dan ayah akan menunggumu selalu."Kamila tersenyum hangat, lalu menarik saudara kembarnya dalam peluka

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-20
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Mencari Saksi

    "Belum ada tiga jam sejak kepergian Kamila, tapi aku sudah begitu mengkhawatirkannya," aku Kalina saat dia dan Revan tengah menikmati sunset di bangku dekat kolam berenang. Ayahnya dan Bu Hilma juga sudah kembali ke Surabaya untuk melanjutkan kesibukan mereka. Vila yang beberapa waktu ditempati Kalina, Kamila, Revan, dan beberapa asisten rumah tangga ini terletak di daerah Puncak, Bogor dengan view yang luar biasa indah. Tempat ini sengaja dia jadikan hunian sementara, sejak merebaknya kasus Keluarga Wijaya yang didalanginya. Pemandangan yang asri, tempat yang luas dan nyaman menjadi hiburan tersendiri di tengah penatnya segala masalah yang datang bertubi akhir-akhir ini. "Percayalah Kamila akan baik-baik saja, Kal. Sebenarnya dia hebat dalam segala hal kecuali mengendalikan perasaan, kecerobohan, dan ingatan.""Ya, dia juga sangat pandai membuat orang lain yang ada di sekitar merasakan nyaman." Kalina menoleh ke arah Revan. "Benar, begitu?"Revan tertegun. Dia paham maksud Kalina.

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-21
  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Balas Dendam

    "Pegangan, oi!" teriak Kamila saat mendapati Detektif Nizar hendak terjungkal, karena motor yang dikendari dengan ugal-ugalan melewati jalan setapak yang hanya muat untuk satu kendaraan roda dua. Wajah lelaki manis berumur akhir dua puluhan itu terlihat begitu tertekan setelah dibawa berputar-putar melewati kompleks, lalu masuk dari satu gang ke gang lainnya sampai Kamila benar-benar berhasil menyusul laju motor Feri yang berjalan cepat menuju daerah pesawahan yang baru saja dibajak manual menggunakan Kerbau. Meskipun sempat ragu, dan merasa kikuk. Terpaksa Detektif Nizar melingkarkan tangan di pinggang ramping Kamila, daripada menerima risiko terjungkal, tepelanting, dan terguling-guling dipematang sawah. "Udah punya istri atau anak?" teriak Kamila lagi saat motornya semakin mendekati kendaraan Feri. "Hah?" Detektif Nizar memastikan lagi. "Anak sama bini!" ulang Kamila dengan suara yang lebih keras. "Oh, belum.""Bagos. Berarti nggak akan ada yang khawatir meskipun lecet dan te

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-24

Bab terbaru

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (3)

    "Loh, Papa." "Papa?""Uncle?""Wisnu, sejak kapan kamu berdiri di sana?"Barra yang lebih dulu sadar, berjalan mengampiri, diikuti Thea, Terra, dan terakhir Bu Dahlia. Kamila yang mendengar itu semua sontak langsung menendang Revan, lalu bangkit dan membenahi penampilan yang sejujurnya sudah tak bisa lagi terselamatkan."Wi-Wisnu.""Ma-maaf aku datang tanpa kabar. Soalnya sejak tadi ponselmu tak bisa dihubungi dan aku dengar dari Mama sedang ada acara di sini.""Ng, anu, nggak apa-apa, kok. Silakan duduk, ngobrol-ngobrol sama yang lain dulu. Aku ke atas sebentar, ya." Tanpa menunggu persetujuan dengan gerakan seribu bayangan, Kamila langsung berlari menuju kamar. Dan mengurung diri di sana.***Tok! Tok! Tok!"Mil, boleh aku masuk?" Di depan pintu kamar Kamila, Kalina berdiri. Sudah satu jam sejak pamit ke atas, dia masih belum kembali, hingga Kalina inisiatif menghampiri."Masuk aja, Kal. Nggak dikunci." Teriakan Kamila terdengar dari dalam, perlahan Kalina membuka pintu, lalu meng

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (2)

    "Hatchiiim."Dari arah kamar terdengar suara bersin keras, hingga membuat orang-orang yang akhir pekan ini sedang berkumpul di rumah besar itu terlonjak kaget."Kak, are you, okay?" Kepala Cici menyembul dari arah pintu."Ya, aku nggak apa-apa. Biasanya kalau tiba-tiba bersin kayak gini, pasti ada yang ngomongin," tuturnya sembari melempar selembar tisu yang sudah digunakan ke tempat sampah.Cici manggut-manggut, lalu berjalan menghampiri ke kamar. "Btw tumben rapi banget hari ini, nggak mungkin kalau cuma sekedar reuni keluarga Kak Mila sampai dandan cantik begini. Rambut digerai, pake dress tanpa lengan, heels lima senti.""Sshhh ... hari ini aku ada janji, jadi tolong wakilin jamu aja semua tamu, ya.""Ta--""Mil-- oh my God. Setan apa yang merasukimu hari ini, Mila?" Feri yang baru saja muncul terlihat membekap mulut melihat penampilan Kamila."Diem, lu, Fer. Komen sekali lagi gue gebok.""Nggak, nggak mungkin. Ini pasti bukan Kamila, ini pasti Kamile--hmmpt." Buru-buru Kamila mem

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Extra Part (1)

    "Bagaimana kabarmu?"Pertanyaan itu Wisnu ajukan sesaat setelah Kamila dan Barra duduk di hadapannya, di ruang Head Teachers."Ba-baik." Entah kenapa afmosfer yang tercipta di antara keduanya terasa kikuk dan canggung. Sementara Barra yang duduk di tengah-tengah mereka malah sibuk memindai ekspresi dari tante dan ayah kandungnya itu."Jantung berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya, telapak tangan dingin, wajah pucat, bicara terbata-bata, terdeteksi salting. Reaksi ini biasa juga disebut dengan gugup." Barra meletakkan tangan di dada Kamila."Astaga Barra." Kamila memelotot sembari menepis tangan bocah tujuh tahun itu.Wisnu terkekeh pelan. "Maaf kalau aku membuat kalian tak nyaman." Lelaki itu sesekali menyentuh hidung dan menggaruk dahi."Gelagat itu menunjukkan kalau Papa yang justru nggak nyaman.""Hei, berhenti sembarangan baca emosi orang!" sentak Kamila kembali mengingatkan."Tapi kakek bilang mengenali ekspresi wajah merupakan cara penting untuk meraba apa yang dirasakan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Memulai Hidup Baru

    Tujuh tahun kemudian ...."Bangun, Barra. Ini hari pertama kamu masuk sekolah! Seragam sama semua perlengkapan udah Mimi siapin. Jangan lupa sarapan juga. Ada nasi goreng di atas meja!"Kamila mengguncang tubuh bocah yang menggeliat panjang dalam selimut tebal, di atas ranjang berbentuk mobil-mobilan."Bentar lagi, Mi. Biasa juga sekolah internasional masuknya agak siang. Ini baru jam enam pagi, ya Tuhan.""Buset nih bocah. Siapa juga yang bilang kamu bakal masuk ke sekolah international? Yang ada kamu masuk swasta!"Mendengar kata sekolah swasta bocah berumur tujuh tahun itu langsung terlonjak dari tempatnya."Swasta? Seriously? Kita jauh-jauh pindah ke Jakarta cuma buat daftar di sekolah swasta!""Ya ampun, nih bocah nggak ada bersyukurnya. Udah untung kamu masuk sekolah swasta yang elite. Coba Mimi dulu, udah mah masuk negeri yang ikut program pemerintah, masih kudu bikin surat keterangan tidak mampu, biar nggak perlu bayar SPP lagi. Dah, ah. Buruan mandi! Atau mau langsung Mimi lu

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Tak Terpisahkan

    Orang bilang, level tertinggi dari mencintai adalah mengikhlaskan. Entah itu mengikhlaskan dengan yang lain, atau yang lebih menyakitkan mengikhlaskannya pergi ke pangkuan Tuhan. Entah itu cinta antar pasangan, cinta antara anak dan orangtua, maupun cinta antar saudara.Tak ada rencana yang lebih sempurna selain takdir yang telah Tuhan gariskan. Bagaimana dua orang saudara kembar yang sudah berpisah selama lebih dari tiga puluh tahun kembali dipersatukan untuk membalas satu keluarga zalim yang merasa kekuasaan yang dimiliki mampu menutupi seberapa busuknya tingkah laku mereka, sampai lupa bahwa roda kehidupan itu berputar, dan dalam beberapa keyakinan karma itu nyata adanya.Kurang dari setahun, tepatnya delapan bulan, saudara kembar Kamila dan Kalina mampu mengantar kehancuran untuk Keluarga Wijaya. Keluarga konglomerat yang dikenal publik dengan berbagai prestasi, keluarga yang dikenal memiliki toleransi tinggi, serta kerukunan yang patut diacungi. Namun, siapa yang tahu di balik im

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pergi dengan Damai

    Welcome Kalina Fathira Hartono dan Kamila Anindira Hartono.Tulisan besar dari karangan bunga yang khusus dipesan tergantung di lantai dua kediaman keluarga yang bisa dibilang terkaya di Kota Surabaya.Kamila membekap mulut sembari memeluk Dahiyang di pangkuan tangan.Tak pernah terpikir dalam benak Kamila sekalipun bahwa akhirnya dia sampai di posisi ini. Posisi yang selalu ibunya katakan suatu saat akan bisa dia daki. Roda yang selama ini berhenti berputar akhirnya menempatkan dia di sini. Ternyata masa depan yang selalu dia harapkan ekspekstasinya lebih dari yang mampu dia impikan.Orang-orang dengan setelan serba-hitam yang diketahui staf dan beberapa karyawan PT. Poltaris Jaya menyambut mereka. Berjejer di antara kolam pancuran yang membentang sepanjang pelataran. Bu Hilma terlihat berjalan mendorong kursi roda Pak Hari untuk menghampiri mereka. Dua buket bunga terlihat di pangkuannya.Kamila langsung berlari dan berhambur dalam pelukan ayahnya. Di belakang Kalina menyusul dengan

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Anggota Keluarga Lain

    Kalina terkekeh sesekali saat melihat Kamila yang terlihat begitu bersemangat pagi ini. Di dalam kamar tadi bahkan dia membongkar seisi lemari hanya untuk mencari pakaian terbaik yang bisa digunakan untuk acara hari ini. Menjadi bisnis women atau mengelola bisnis mungkin memang bukan passion Kamila. Namun, penegak hukum, aparat, serta badan inteligen adalah pekerjaan dan kecintaannya.alina tahu, meski tak mengatakannya Kamila pasti sangat ingin kembali. Walapun mustahil untuk kembali menjadi bagian dari BIN, setidaknya dia berharap bisa menjadi salah satu anggota kepolisian tak peduli apa pun tingkatnya."Mil?" Kalina meletakkan tangan di bahu Kamila yang nampak duduk tenang di kursinya menunggu panggilan."Ya?" Kamila menoleh antara gugup dan senang yang membuat Kalina agak tak tega untuk mengungkap kebenarannya. "Sebenarnya ...." Kalina sengaja mengulur-ulur waktu yang membuat dada saudaranya semakin berdegup kencang."Sebenarnya apa, sih, Kal? Buruan deg-degan el--""Kompol Warma

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Pamit

    Di atas pusara dengan nisan bertuliskan Zahira P. Putri itu, Kamila dan Kalina duduk bersimpuh. Meletakkan buket bunga di atas gundukan tanah yang sudah lama mengering dan dilindungi tembok marmer berpondasi kokoh.Kamila terlihat menuntun tangan saudara kembarnya untuk menyiram nisan dan sebagian tanah yang terlihat."Halo, Bu. Apa kabar? Sekarang Kamila nggak datang lagi sendiri, ada Kalina juga. Akhirnya, Bu. Kita bisa tumbuh jadi anak kebanggaan ibu. Baik-baik di Surga sana, ya. Salam sayang dan peluk cium dari kami." Kamila tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Merengkuh tubuh Kalina yang sudah lebih dulu terisak di sampingnya."Nggak apa, Kal. Yang penting ibu udah liat semuanya dari atas sana." Kamila meyakinkan saudaranya sembari menyeka air mata Kalina."Bagaimana rasanya pelukan ibu, Mil?" tanya Kalina lirih."Tentu saja lebih hangat dari pelukan ayah dan lebih berkesan daripada pelukan mantan.""Kamila." Kalina mengerucutkan bibir sembari mencubit pelan perut saudaranya."Dah

  • MENANTU yang DIREMEHKAN TERNYATA MERESAHKAN   Selebrasi

    "Apa-apaan ini? Masa merayakan kemenangan di Rumah Makan Padang?" Kamila menggerutu, sembari berkacak pinggang di depan sebuah rumah makan yang cukup besar di daerah setempat."Dah, terima kenyataan, Nya! Nyonya Kalina sama Pak Revan dah keseringan makan di resto bintang lima." Cici menepuk pundak Kamila, kemudian berlalu ke dalam."Tap-tapi aku juga dah keseringan makan di rumah Makan Padang. Bahkan sampe kolesterol dan mencret-mencret!" Kamila mengerucutkan bibir, menoleh menatap saudara kembarnya dan Revan yang baru saja turun dari dalam mobil."Aku janji, makan malam nanti kamu yang tentukan," sahut Kalina sembari tersenyum simpul."Seriously?" Bola mata bulat itu berbinar penuh harap."Iya. Harus berapa kali kubilang milikku, milikmu juga," tukas Kalina sembari merangkul bahu saudaranya."Resto Lavender, boleh? Ruang VIP yang view-nya macam di pelem-pelem bucin? Aku pernah ke sana, tapi cuma buat denger umpatan sampah para Wijaya Family." Kamila kembali mengerucutkan bibir."Iya

DMCA.com Protection Status