Bryan lalu memberikan analogi lain terkait bagaimana caranya bisa menjadi nomor satu. Messi misalnya. Jika diperhatikan secara seksama, ketika Messi bermain bola, di antara sepuluh teman lainnya, Messi adalah yang paling egois. Dia sering drible sendiri, asyik sendiri, dan terkadang tidak begitu peduli dengan rekan satu tim lainnya. Naluri mencetak golnya tinggi dan pada setiap pertandingan dia selalu menjadi pembeda.Lalu bandingkan dengan pemain yang biasa-biasa saja, tidak mau pegang bola terlalu lama, tidak punya skill individu luar biasa, tidak bisa melewati bahkan satu orang musuh saja, dan tidak ada naluri mencetak gol. Sudah barang tentu orang tersebut tidak bakal pernah bisa menjadi yang terbaik.“Dark Triad,” ucap Bryan sambil lari santai. “Egois, tidak peduli, dan ketamakan. Kadang, beberapa sifat buruk akan mengantarkan kita pada kesuksesan sejati.”“Tapi ingat, Bryan, ayah mu juga mengajarkan kau untuk menjadi orang dermawan, peduli, suka membantu, dan tidak mementingkan
Suasana yang masih cerah di sabtu sore hari. Jingga yang menjuntai di angkasa menjadi lukisan indah dari panorama, maha karya yang sungguh memanjakan mata, sama indahnya dengan satu sosok wanita yang begitu menawan dengan tampilan begitu klasik.Sehabis memandangi langit barusan, dia kembali menghadap cermin dan menyelidiki penampilannya sendiri.Karena bukan acara yang mengandung romantisme, Gabriella hanya mengenakan setelan kasual klasik ala cewek Paris yang modis : chic decontracte.Celana yang tidak terlalu ketat warna krem dan baju berwarna putih. Sangat minimalis. Tidak pakai hak tinggi karena dia memang sudah cukup tinggi.Lalu Gabriella merapikan rambut terurai yang membingkai wajahnya yang sangat cantik.Ketika dia mengambil tas kecil di atas meja, lantas dia pun melangkahkan kaki keluar dari kamar tersebut.Di ruangan keluarga, sedari tadi Pablo Callister menunggu tak sabar. “Cepatlah, Nak! Tuan Muda Tony Rockefeller sudah menunggu dari tadi di 101 Cafe n Resto. Lebih tepat
Audi putih itu berhenti di halaman parkir 101 Resto, lalu seorang wanita berparas yang sangat menarik perhatian pun turun dari sana dan melangkahkan kakinya dengan biasa-biasa saja. Sengaja tidak membuat dirinya tampak anggun karena di hatinya memendam rasa kesal dan tidak ikhlas.Dari kejauhan, setengah lusin anggota militer suruhan dari Pablo sudah bercokol di sekitar 101 untuk memberikan pengawasan dan penjagaan terhadap Gabriella.Semua mata tertuju pada Gabriella. Cukup aneh, Gabriella penampilannya tidak semodis dan sesemarak mayoritas wanita di sana, akan tetapi kecantikannya mengalahkan semua wanita di sana. Namun, Gabriella tidak peduli dengan semua tatapan dan lirikan mereka.“Antarkan aku ke VVIP. Tuan Tony Rockefeller sudah menungguku,” ujar Gabriella pada seorang pelayan yang berdiri dekat pintu.Setelah itu Gabriella pun diantarkan ke lantai tiga restoran, tempat di mana para elit berada, beda level untuk orang-orang yang berada di lantai satu dan dua.Begitu telah sampa
Seorang pelayan memecah perdebatan kecil tadi. “Silakan mau pesan apa, Tuan dan Nyonya.”Tony tak lagi membuka buku menu karena sudah hafal apa saja yang ada di sini. “Seperti biasa. Steak wagyu terbaik dan termahal. Aku harap teman kencanku memesan makanan yang sama sepertiku.” Tapi, Gabriella tidak memesan itu. “Salad saja.”“Tambah yang lain. Mana ada orang makan malam hanya makan buah. Pesanlah makanan yang berat.”“Aku tidak nafsu,” balas Gabriella dengan cuek.“Kalau cuma makan buah, mendingan kita pergi ke toko buah saja di mall. Cepat pesanlah!”Gabriella menggeleng dengan wajah acuh tak acuh. Meski perasaannya terhadap Alexander mulai pudar, dia agak meradang karena bagaimana pun, Alexander masih suaminya.Tony mengangkat tangan kanannya sekali, memberikan gestur, terserah. “Ya cukup itu. Kalau kau merasa lapar, bilang saja. Kau dipersilakan pesan apa saja yang kau mau.”Sembari menunggu pesanan mereka sedang diproses, Tony menuangkan wine dari botol ke gelas kaca, lalu mend
Merasa dirinya tinggi, tentu saja Tony tidak nyaman dengan semua omongan Gabriella barusan. Dia sudah terpaksa memenuhi permintaan dari Pablo untuk bertemu dengan Gabriella setelah berhari-hari sempat menolak. Dia kira, tidak akan ada sesuatu yang mengusik ketenangan hatinya, tapi justru dia sedikit tertekan malam hari ini.Karena sedikit sakit hati, rencana buruknya pun semakin kuat untuk melakukan sesuatu terhadap Gabriella. Meski agak ngeri juga menghadapi Pablo, tapi Pablo sepertinya jauh lebih butuh pada dirinya sehingga dia agak tidak peduli apa yang bakalan terjadi nanti. Lagi pula, Tony tetap merasa dirinya tinggi karena dia merupakan ahli waris dari Warren Rockefeller yang kaya raya. Seandainya terjadi yang hal tidak diinginkan Pablo, sepertinya Pablo sendiri yang bakalan mengalah demi memperbesar angka investasinya di WR-Oil.Sejauh ini Tony masih menganggap dirinya bukanlah pecundang walau tadi sempat tertekan juga.Di atas restoran ini terdapat hotel bintang lima dengan f
Dari sore sampai malam hari Bryan tak kunjung juga datang. Karena sudah menjadi kebiasaan, Alexander tetap berolahrga seperti biasa meskipun Bryan bolos untuk hari ke sekian belas ini.Farrell yang sedari tadi berusaha menghubungi Bryan tapi tidak bisa menyambungkan, lantas mengadu pada Alexander, “Jenderal, Bryan tidak akan datang lagi. Sekarang sudah hampir jam tujuh malam. Sebaiknya kita segera pulang saja. Tidak ada gunanya menunggu."Alexander yang saat ini masih melakukan push up hanya mendengarkan omongan Farrell barusan sambil menghitung dengan suara lirih, “498, 499, ... 500!”Setelah bangkit, barulah Alexander berkata pada Farrell dengan sedikit terengah-engah, “Kita akan pulang seperti biasa Farrell, jam delapan atau jam sembilan. Masih ada waktu untuk mencapai seribu.”“Baik, Jenderal!” Lalu Farrell membalik badan dan kembali bertugas seperti biasa, mengawasi sekitar area dan memastikan di sana aman dan terkendali.Sementara Alexander melanjutkan latihannya seorang diri, t
Sejak menghilangnya Warren Rockefeller, dua kakak beradik itu semakin tidak akur dan pada akhirnya Bryan pun mengalah, terpaksa keluar dari kediaman mewah lalu membeli rumah baru, tinggal sendirian.Berarti sudah bertahun-tahun lamanya mereka tidak lagi tinggal di bawah satu atap yang sama. Pasalnya, Bryan tidak tahan dengan tingkah kakaknya yang menyebalkan. Solusi terbaik tentu saja berpisah.Meski kurang gaul, Bryan bisa menghidupi dirinya sendiri dan terlepas dari pengaruh keluarga.Dendam yang membara di hatinya tidak akan pernah hilang sampai nanti pada waktunya dia bisa mengalahkan kakaknya dan meneruskan perjuangan sang ayah dalam mengurus bisnis keluarga.Tikus kecil ini perlahan sudah menjelma menjadi serigala menakutkan. Tapi sekali lagi, dengan masih berada di level paling bawah, apakah iya Bryan bisa mengalahkan kakaknya?Bryan masuk ruangan VVIP, yang di mana di sana hanya menyediakan maksimal tiga puluh orang saja. Kebetulan saat ini tidak lebih dari sepuluh orang yang
Tony sigap, langsung melindungi wajahnya, bahkan dia bisa menangkap kaki Bryan dengan kedua tangannya.Tidak sudi kaki adiknya pas di depan wajahnya, Tony langsung melempar kaki busuk itu ke samping, dan giliran dia pula yang melepaskan satu sepakan dari samping.Gig!Namun, Bryan pun sigap, langsung membentengi pinggangnya dengan punggung lengan kiri.Setelah itu mereka langsung mundur masing-masing beberapa langkah.Gabriella resah. Dia lantas beranjak dan menjauh dari tempat itu karena tidak mau terlibat apalagi sampai jadi korban salah sasaran.“Sial!” umpat Tony tercengang. Lalu dia membatin, ‘Bagaimana ceritanya si culun ini bisa melakukannya? Apa dia sudah belajar bela diri?’Bryan menggosok hidungnya yang tidak gatal sambil meracau sendiri, “Aku bukan lagi anak kecil, Tony. Dulu, kau menilaiku sebagai bocah ingusan, tapi itu dulu. Sekarang kau tidak berhak untuk berkata seperti itu lagi padaku! Camkan baik-baik!”Ya, semenjak menjadi murid Jenderal Naga Emas, ada perubahan bes
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak