Pada saat Neilson dan Spectra sudah sangat tergencet dan terpojok, beruntung, Plan B Alexander berhasil terwujud. Dua mobil jip hitam berhenti tak jauh dari lapangan kosong itu, lalu total sepuluh orang dari militer pun turun. Alexander senyum dan membatin, ‘Kau datang tepat waktu, Farrell.’Jika orang suruhan Alexander tidak datang tepat waktu, Spectra pasti kalah, seperti apa yang diprediksi oleh Alexander sebelumya. “Hentikan!” pekik Farrell dengan sangat gagah perkasa. Melihat kehadiran militer di sana, Peter terhenyak dan tersedak air ludahnya sendiri. Sial, padahal dia dan Lox hampir pasti menang. Kenapa bisa ada militer yang mengacau? Menyebalkan! Terpaksa Lox melepaskan serangan dan mundur teratur karena takut melihat senapan laras panjang yang melekat di tangan para prajurit. Di waktu bersamaan, Spectra yang nyaris kalah dan bahkan mati, merasa terselamatkan karena kehadiran militer yang datang secara tiba-tiba. Neilson sangat kaget kenapa mereka bisa datang. Tidak
Pertempuran selesai. Namun, masih ada tanda tanya yang menggelayut di benak Neilson soal kenapa bisa Mayor Farrell datang bersama pasukan militer untuk menghajar Peter dan semua anggota Lox.Tidak cuma Neilson dan anak buahnya, tapi Leon juga sempat bingung kenapa bisa datang pertolongan tiba-tiba dari militer, padahal meskipun arena pertarungan di tanah lapang yang luas, keberadaan mereka cukup sulit terdeteksi, kecuali kalau ada laporan dari seseorang. Lantas, mereka pun bertanya-tanya tentang siapa yang telah melapor? Pertanyaan itu sulit terjawab. Lagi pula, ketika sedang berada di dalam perjalanan menuju Distrik 12, Alexander mengingatkan pada mereka untuk tidak mempermasalahkan hal itu. “Yang penting adalah Spectra sudah menang. Kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Leon sudah ada di sini dan kita tidak punya urusan apa pun lagi bersama Lox. Apa yang perlu dirisaukan?”Kendati begitu, Neilson merasa kurang puas saja rasanya. “Ajaib! Sungguh ajaib! Di saat kami terde
Selain karena status Alexander yang hina, Garrix tidak mau menghormati Alexander karena tentu saja dia barusan diperlakukan tidak sopan di hadapan semua orang. Dia sangat malu. Belum pernah sebelumnya ada orang yang berani menyepak gelas yang ada di tangannya. Menurutnya, itu sudah di luar batas kewajaran. “Dia tidak cuma rendahan, tapi tidak tahu sopan santun!” Garrix menggerutu, meluapkan kekesalannya. “Dia sangat pantas untuk dihajar!”Neilson pasang badan di hadapan Alexander. “Hentikan, Garrix! Apa kau ingin cacat seumur hidup seperti Letda Martin Scott? Jika kau berkelahi dengan Alex, kau pasti akan kalah walaupun kau punya tiga nyawa! Kau pasti diinjak-injak. Lebih baik kau menjauh!”Namun, Garrix tetap tidak terima. “Aku tidak percaya kalau dia pria kuat. Aku menantang dia berduel satu lawan satu dengan tangan kosong. Kalau dia memang tangguh dan kuat, bilang padanya terimalah tantangan dariku. Bagiku, dia tak lebih dari menantu pecundang yang selalu menyusahkan.”Sulit untuk
Garrix melirik wajah Alexander dan kembali bicara dengan sangat jijik. “Entahlah. Sebelum ini Neilson tidak pernah adu mulut denganku. Dia selalu menempatkan aku pas berada di bawahnya. Dia selalu mengharumkan namaku di hadapan siapa pun. Tapi, begitu Alex Luther hadir, semuanya berubah!”Saat ini Neilson masih berada di tengah-tengah antara mereka. Benar, selama ini dia selalu meninggikan posisi Garrix di dalam kelompok. Baginya, Garrix bukan sekedar asisten, bahkan sudah seperti sahabat sekaligus penasehat, karena itu dia merasa kurang nyaman saat melihat Garrix kesal dan marah. “Garrix, tahan emosi mu! Aku bicara seperti ini demi kebaikan Spectra. Asal kau tahu, Alexander akan membawa kita pada Black Horns. Bukankah selama ini kau berkeinginan agar Spectra dapat bergabung bersama Black Horns?”Mendengar itu, Garrix terdiam dan termenung. Dia sering mengingatkan Neilson untuk tidak menyerah dalam melobi pihak Black Horns. Sarannya sudah terlalu banyak. Salah satu impiannya adalah
Tugas Alexander yang menginginkan Spectra bergabung dengan Black Horns tidak mungkin dibatalkan lantaran dia tidak mungkin ingkar janji sama Neilson. Hanya saja, sepertinya dia bakal mengubah jalannya rencana. Dia batal menyambangi markas Black Horns besok hari esok dan sebagai gantinya adalah Black Horns akan menemui dia. Pasalnya, baru saja Alexander menerima panggilan telepon dari Farrell. Isi percakapan tersebut berisi tentang bocornya rahasia kejahatan Lennox yang hendak menyiksa Alexander. Agen rahasia milik Alexander berhasil membocorkan rahasia tersebut sehingga Alexander segera merancang Plan lain. Sesuai informasi dari Farrell tersebut bahwa Gavin terlibat dalam perkara ini dan menjadi dalang utamanya. Mengetahui hal itu, Alexander tidak perlu heran karena dia pun tahu kalau Gavin memang dendam pada dirinya. Seandainya besok Alexander pergi sendirian ke markas Black Horns, bisa jadi dia akan mati, dan dia akan mati di hadapan Gavin. Namun, hal itu tidak mungkin terjadi de
Meski pada awalnya sempat ragu, namun karena terus dibujuk dan dirayu oleh Gavin, pada akhirnya Lennox bersedia menuruti kemauan dari Alexander yang meminta agar Black Horns menyambangi tempat berkumpulnya Spectra. Menurut Gavin, ini merupakan momen pas untuk membalaskan dendam. Rencananya adalah dengan mata kepalanya sendiri dia bakal menyaksikan Black Horns menghabisi Alexander, lalu pada saat Alexander hampir mati, barulah Gavin bilang sesuatu sebagai kalimat perpisahan dan setelah itu dia pun membunuh Alexander dengan tangannya sendiri. Dengan cara itulah dia dapat dianggap sebagai anak yang berbakti kepada ibunya. Apa untungnya bagi Lennox dan Black Horns? Pertama, mereka menagih janji Gavin. Kedua, mereka memulangkan Leon dari tangan Spectra. Karena dorongan kuat dari Gavin, pada akhirnya Lennox pun mengiyakan permintaan dari Alexander, meski pada awal kesepakatan di antara mereka adalah Gavin mengunjungi markas Black Horns di sore hari, seorang diri. Agenda berubah. Kenda
Garrix tetap tidak dipedulikan oleh Neilson meskipun dia mendesak berulang kali agar mengurungkan rencana gila ini. Dadanya berdebar saat melihat semua anggota Black Horns telah berada pada tempatnya masing-masing. Tidak ada sisa jarak lima meter kecuali di sana berdiri satu orang anggota Black Horns dengan menenteng senjata api atau senjata tajam. Semua titik telah dikuasai.Menyaksikan semua itu, Garrix tak banyak komentar lagi, kecuali cuma bisa pasrah dan menyerah dengan keadaan, serta berharap tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpa menimpa mereka. ‘Sial! Ini semua gara-gara Alex Luther si goblok!’ umpatnya dalam hati. Sementara itu, puluhan anggota Spectra yang sejalan dengan pikiran Garrix pun sama juga, pasrah ketika menyaksikan markas mereka habis kena kepung oleh Black Horns. Jika mereka membuat gesekan sedikit saja, tamat! Di waktu yang bersamaan, lebih tepatnya di dalam ruangan pertemuan, di sana Alexander dan Leon sudah dari tadi menunggu. Leon tak berekspresi apa pu
Berbeda dengan Mike Ali yang rendah hati dan tidak hobi show off, sebaliknya, Lennox Holyfield cenderung arogan dan selalu tampil percaya diri membanggakan apa yang dia punya. “Tidak ada yang lebih besar dari pada Black Horns,” koarnya. …Hanya langit yang menjadi batasnya jika dia diberi kebebasan memimpin dalam yang lama… Quotes itu pantas disematkan di jidat Lennox yang sombong dan angkuh. Lennox melemparkan pandangan menohok ke arah Neilson dan berkata dengan tegas. “Neilson, jika kau buat masalah denganku, mudah saja bagiku membumihanguskan tempat kotor dan terkutuk ini! Aku sangat mudah melenyapkan Spectra dalam waktu yang singkat. Aku hebat. Aku berkuasa. Apa kau mengerti?”Tidak punya pilihan, Neilson cuma bisa manggut-manggut. “Ya. Mengerti, Master.”“Bagus. Bagus kalau kau mengerti.”Kenapa Lennox selalu dipanggil dengan sebutan ‘Master’? Nanti dunia akan tahu! Ingat, dia satu level di bawah Mike Ali! Tidak ada satu pun yang boleh meremehkan dia!Namun, dia dibenci kar
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak