Bryan melemparkan pandangan ke arah Tony dan berkata lirih. “Karena Jenderal memerintah padaku, baiklah aku memenuhinya. Jika dia meminta maaf padaku, aku akan memaafkannya.”Alexander memutar badan. “Tony, apa kau sadar tentang kesalahan mu selama ini? Apa kau mengakuinya?”Tony masih tersandar lesu. Separuh tenaganya sudah terkuras habis dan mentalnya jatuh sejatuhnya. Kekalahan ini sungguh menyakitkan. Ketika dia diajak bicara, rasanya sulit menggerakkan bibirnya. “Tony? Bagaimana?”Apalagi dia dipaksa mengaku bersalah lalu disuruh minta maaf? Parah! Sungguh memalukan! Orang yang amat keras kepala seperti Tony dipaksa mengaku bersalah dan meminta maaf? Apa dunia sudah berbalik arah? Di mata banyak orang, Tony tidak cuma dikenal sebagai pria ambisius, tapi bahkan arogan. Jika ambisius dan arogan digabung jadi satu, maka sifat Fir'aun akan merasuk ke dalam jiwa, dan Tony sudah hampir pada level itu, saking parahnya. Tony bakal menempuh segala cara demi ambisinya tercapai meski
Keberhasilan misi pertama Alexander tentu saja berkat kegigihan dan kesabarannya dalam menguak peristiwa yang selama ini dimainkan oleh Tony dengan cukup tersembunyi. Meskipun mayoritas kerabatnya tidak tahu, namun tanpa Tony sadari, banyak hal yang bisa diketahui oleh orang yang selama ini dia remehkan : adiknya sendiri, Bryan! Bryan bisa mengetahui apa saja yang selama ini Tony jalankan secara terselubung, membongkar rahasia yang diperankan Tony tanpa sepengetahuan orang lain, sampai pada akhirnya dia bisa mengendalikan keadaan. Di lain sisi, Alexander telah memilih orang yang tepat dalam membantu penyelesaian misi pertamanya. Dia tahu kapasitas Bryan seperti apa dalam hal analisa dan perhitungan. Untuk mengalahkan Tony, agaknya Bryan menggunakan rumus sains, sehingga pada momen yang pas, dia bisa menaklukkan kakaknya dengan sungguh luar biasa. Ke depannya, Alexander akan menyerahkan segala urusan WR-OIL sepenuhnya kepada Bryan, sebagaimana yang sempat diperintahkan oleh Warren R
Gabriella mengawasi wajah Alexander dengan pandangan yang penuh curiga. Dan bagaimana suaminya tahu kalau si protagonis pria berkarakter jagoan dan humoris?Sungguh mengherankan. Gabriella mengerutkan alisnya dan bertanya dengan penasaran. “Serius kau tidak nonton bagian pertama?”“Aku cuma menebak-nebak. Hehe. Kalau dilihat dari gambarnya, sepertinya memang tokoh utamanya jagoan dan lucu.”Bibir Gabriella berkedut, lalu memberengut. “Menyebalkan. Ya sudah. Siap-siaplah. Jangan sampai kita telat. Aku tidak mau melewati apa yang terjadi di atas pentas walau hanya sesaat.”“Kau tidak bakalan kecewa, Gaby. Dan untuk penampilan tokoh utama wanitanya, apa yang kau inginkan dari dia? Apa? Kau kecewa penampilan dia pada yang pertama? Tenang saja, penampilan dia yang kedua tidak mungkin mengecewakan lagi.”Wajah Sophie dirias sedemikian rupa sehingga Gabriella tidak bisa mengenalinya dengan sangat baik. Bersamaan dengan itu, Gabriella juga sudah lama tidak ketemu Sophie sehingga dia tidak ta
Di waktu yang sama, Alexander dan Gabriella baru saja tiba di Royal Theater dan hendak masuk, tapi tiba-tiba Alexander berhenti karena ponselnya dan berdering. Dia cukup menjauh dari istrinya setelah tahu kalau Sophie sedang menghubunginya. “Ada apa, Sophie?”Kemudian terdengar suara yang cukup panik dari ujung ponsel Alexander. Satu menit dia mendengar dengan seksama. Kemudian ekspresi di wajahnya langsung berubah drastis. “Apa? Kau memintaku untuk ikut tampil bersama mu?” Alexander terhenyak tapi sebisa mungkin menjaga mimik wajah agar tidak seperti orang terkejut. Dia membalik badan ketika Gabriella menoleh ke belakang. Kata Sophie, “Tolong aku, Alex! Kami tidak punya pilihan lain. Kalau tidak ada pengganti Andre, pertunjukan malam ini harus ditunda sementara kursi penonton sudah hampir penuh. Mereka semua pasti kecewa. Jadi aku mohon pada mu. Bersedialah menjadi pengganti Andre dan tampil bersamaku.”Niat Alexander datang ke sini adalah menemani istrinya menonton pertunjukan.
Adegan berpindah ketika Sophie baru saja selesai mengurus sesuatu di bank. Lalu, terjadi perampokan di bank tersebut. Semua orang pun panik dan berhamburan ingin menyelamatkan diri, termasuk juga Sophie. Saat suasana begitu mencekam dan membahayakan, tibalah satu sosok pahlawan berpakaian serba merah yang mengenakan topeng lucu sambil memegang senjata laras panjang. Dua perampok berpakaian serba hitam melawan satu pahlawan bertopeng. Terjadi adu tembak yang bukannya sengit, tapi malah lucu. Si topeng badut mengarahkan senapannya ke arah dua perampok itu lalu menarik trigger. Lalu, Crooott!!! Senjata itu rupanya mainan anak-anak. Lalu dia terbahak. “Ha. Ha. Ha.”Sebelumnya, penonton dibuat terkesan karena puisi dari Sophie. Kini mereka sempat dibuat tegang sampai pada akhirnya momen absurd itu pun tiba.Ketika si topeng badut muncul, Gabriella langsung teringat dengan orang itu yang dulu sempat menyelamatkan dirinya dari para pelaku yang hendak jahat padanya. Persis sama : lucu,
Scene terakhir. “Aku sudah menunggu momen ini,” ucap Sophie dengan suara yang menyentuh hati. Dia sangat meresapi peran yang dia mainkan. Jika waktu pertama itu dia dinilai jelek oleh penonton, kini perasaan para penonton teraduk-aduk oleh akting yang dia mainkan. Sophie sangat berbeda malam ini. Dia sungguh luar biasa. Si topeng badut masih saja bertingkah absurd seperti anak kecil. “Momen ini? Ada apa?”Sophie mendekatkan tubuhnya. “Kau membuatku sangat penasaran tentang siapa sebenarnya diri mu. Jujur, aku sangat mengagumi mu. Kau adalah penyelamat. Kau adalah pahlawan. Aku mau jadi kekasih mu.”Si topeng badut malah ketawa seperti Joker. “Hahahaha. Serius? Kau pasti akan menyesal.”“Tidak. Aku tidak mungkin menyesal. Mana mungkin aku menyesal menyukai orang yang telah menyelamatkan nyawaku?”“Hahaha. Tapi aku konyol dan seperti anak kecil. Bukankah kau tidak suka pria seperti anak kecil?”Sophie menghela napas pendek lalu senyum manis. “Tidak ada anak kecil yang berani dan mamp
“Tapi. Begini. Seharusnya adegan berciuman tadi tidak perlu kalian lakukan dengan sungguh-sungguh. Tapi cukup pura-pura saja. Sebab tidak terlihat jelas oleh para penonton. Oh, kalian melakukannya selama satu menit.”Alexander terhenyak. “Astaga! Aku lupa!” Sontak dia membalik badan dan kembali bicara sama Sophie. “Jadi? Ini yang membuat mu senyum dan ketawa sendiri dari tadi?”Wajah Sophie memerah seperti buah apel. Di satu sisi, dia malu, tapi di lain hal, ada perasaan aneh yang mengobrak-abrik jiwanya. Dia tidak begitu mengerti tentang apa yang dia rasakan, tapi yang pasti, seperti ada bunga yang baru saja bersemi di sana. Dia sampai bingung mau bilang apa. Sang produser senang minta ampun malam hari ini. “Alex, terima kasih banyak. Kalau tidak ada kau, aku yakin malam ini akan sangat kacau. Soal bayaran mu. Nanti akan aku titipkan sama Sophie. Kau tidak mungkin kecewa. Percayalah.”Namun, Alexander malah menggeleng. “Bayaran? Kau tidak perlu membayar ku. Tidak perlu sama sekali.”
Keesokan harinya. Alexander bertemu dengan Sophie di sebuah tempat makan guna membahas tentang adegan yang semestinya tak mereka lakukan. “Pesanlah apa yang kau suka. Aku yang traktir. Anggap saja ini pesta kecil dari perayaan kesuksesan pertunjukan kemarin.” Alexander membolak-balik buku menu. Sophie tampil dengan begitu elegan. Dia tetap menjaga penampilan di hadapan Alexander meskipun sudah cukup sering ketemu. Mungkin dia tidak mau mengecewakan Alexander. Bisa jadi. “Ditraktir lagi? Terimakasih banyak dong!” Sophie berkata manja sambil mencetak senyuman lebar di wajahnya.Jika pada biasanya mereka tampil lepas, kini entah mengapa Alexander sedikit canggung, terlebih ketika dia mengingat momen yang berlangsung selama satu menit itu. “Aku minta maaf,” ucap Alexander dengan raut wajah yang cukup menyesal. “Karena apa?” Sophie mengernyitkan alis. “Kami yang seharusnya berterimakasih, bukan malah kau yang meminta maaf. Kau terlalu berjasa bagi kami, Alex.”Sembari memijat dahinya
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak