Laura hampir seusia dengan Alexander. Meski begitu, Alexander tetap memanggilnya dengan sebutan Bibi. Pada sidang keluarga tempo lalu, Alexander pernah membahas tentang salah satu gurunya yakni Evans Holland kepada Laura dan menjanjikan pada Laura akan menjadi artis terkenal di media Sky Vision. Kala itu Laura mengolok-olok dan menganggap Alexander sudah tidak waras. Itu dulu, tapi tidak untuk sekarang.“Alex, aku senang mendengar kabar kau telah kembali. Kenapa? Karena aku menagih janji mu. Dulu kau pernah menawarkan padaku untuk menjadi artis di Sky Vision. Baiklah, aku percaya pada mu tentang apa saja yang kau katakan, termasuk fakta dari mu bahwa Evans Holland masih hidup.”Sama seperti empat saudaranya tadi, Laura menaruh kepercayaan dan harapan besar pada Alexander. Pada acara kali ini dia juga mendadak baik seperti yang lainnya. Dia tersenyum lebar penuh kehangatan lalu berkata dengan lemah lembut, “Alex, kepergian sementara mu merupakan malapetaka bagi kami semua, dan kep
Tidak cuma Gabriella, Alexander juga merasakan hal yang sama dari tadi. Perubahan sikap dari anggota Keluarga Callister selain Pablo benar-benar mengguncang pikirannya. Kenapa mendadak mereka semua baik dan percaya pada Alexander? Apa mungkin lantaran pengaruh Somers sehingga mereka takut jika sedikit saja mengecewakan Alexander makan mereka bakalan kena hukum seperti Pablo? Bisa jadi ini semua terjadi karena perintah dari Somers yang menyuruh mereka agar berbaik hati pada Alexander. Bisa jadi demikian. Brendon menggagahkan diri dan berkata dengan penuh wibawa, “Kau bakal menjadi pahlawan bagi kami semua, Alex. Kau bisa membantu dalam segala permasalahan yang tengah kami hadapi. Kakek Somers yang sedang sakit parah. Harlow yang berencana menjadi Wakil Rektor. Shinta yang ingin karirnya bagus di rumah sakit. Neilson yang mau menjadikan Spectra bisa bergabung dengan Black Horns. Laura yang bermimpi jadi aktris populer dan kaya. Dan aku, aku juga termasuk. Bukankah dulu kau mengataka
Winnie tetap sibuk menata piring dan gelas di atas meja makan. Dia yang mengatur semuanya. Steak, sushi, pizza, ayam goreng dan makanan lainnya dia yang mengatur sedemikian rupa. “Maaf, aku tidak sempat memasak untuk acara besar dan meriah kita malam ini. Maaf juga karena sudah merepotkan kalian berlima.” Winnie sedikit menyesal karena tidak mempersiapkan segalanya dengan matang sehingga agak merepotkan yang lainnya. “Terimakasih lagi karena kalian sudah bawa makanan yang banyak untuk kita semua.”Laura Callister menarik satu piring lalu mengambil tiga potong sushi. “Alasannya karena Alex Luther. Kita berada di sini tentu saja untuk menyambut kedatangan Alex dan sekaligus sebagai bentuk ucapan terimakasih kita karena dia bersedia membantu kesembuhan Kakek Somers.”Neilson menimpali. “Juga karena dia baik pula sama kita semua sekalian. Tentu saja acara ini karena Alex Luther, menantu pria yang begitu kita banggakan.”Semua mata kini tertuju pada Alexander, sang protagonis yang sedari
Sigap, Winnie menuangkan kopi ke cangkir Alexander. “Minumlah juga, Alex.”Namun pandangan Alexander masih tertancap di punggung istrinya yang kian menjauh. Dia ingin menyusul Gabriella dan menyuruh agar segera balik lagi tapi sebelum Alexander melakukannya, Winnie berulang kali memaksa agar Alexander tetap di kursi, dan di saat bersamaan, lima Callister juga meminta agar Alexander tetap di tempat. Harlow mengangkat salah satu alis seraya berkata dengan dingin, “Biarkan dia sendiri. Apa kau lupa bahwa wanita itu ibarat alam semesta? Ya, alam semesta, yang sangat sulit dimengerti. Haha.”Brendon dan lainnya juga ikut tertawa. “Alex, kau lebih suka memahami rumus dan teori sulit selama setahun dari pada memahami wanita hanya waktu satu jam saja,” kelakar Neilson. “Kalau aku, mendingan bergulat seharian daripada satu menit saja berusaha peka terhadap wanita. Haha.”Semua ikut tertawa lagi. Winnie, Shinta, dan Laura cuma cengar-cengir mendengar gurauan itu. Sebagai Hawa, mereka memang
Winnie yang sedang menikmati steak bawaan dari Brendon, lantas sedikit terkejut saat melihat ekspresi tak nyaman di wajah Alexander. “Kenapa, menantuku? Apa ada yang aneh dengan makanan di atas meja kita?”Brendon baru saja mengunyah dan menelan pizza yang sungguh enak. “Alex, ada apa? Cepatan kau makan. Enak lho. Semuanya langsung saja kau coba.” Kemudian dia langsung mengambil sepotong sushi pakai sumpit. “Hu… mantap.”Harlow dan Neilson juga sama, menikmati satu per satu makanan yang ada di sana. “Makan besar kita malam ini.”“Aku akan pesan lagi kalau seandainya kurang.”Ketika semua orang pada sibuk menikmati setiap makanan, Alexander malah bungkam dan terus mengendus-endus. Dia mencermati setiap aroma aneh yang dia rasakan.Winnie mengerutkan bibir dan alisnya. “Ada apa Alex? Apa mungkin kau tidak punya selera makan? Baiklah kalau begitu. Kau mau makan apa? Akan aku pesankan secara online. Paling nunggu tiga puluh menit.”Tapi, Alexander bilang kalau dia tidak mau pesan makan
Semua orang terperanjat! Winnie adalah orang pertama yang protes. “Alex! Jangan buat keributan di sini! Kami sudah capek-capek agar acara ini bisa terlaksana! Kami sudah sangat baik pada mu. Tapi kenapa kau malah bilang kalau di sini ada racun.”Semua Callister terhenyak. Brendon selaku tetua keluarga tidak boleh tinggal diam. Dia berdiri dan berkata dengan tenang. “Racun? Racun apa?”Winnie langsung menyergah karena kesabarannya cepat hilang. Namun, interupsi Winnie langsung dicegat oleh Brendon. “Diam dulu, Winnie! Biarkan Alex bicara terlebih dahulu.”Napas Winnie menderu. Jantungnya bergemuruh cepat. Dia yang sudah berupaya mengubah diri jadi lebih baik, tiba-tiba dikejutkan dengan tingkah Alexander yang sangat biadab. Brendon menyilangkan kedua tangan di dada dan berkata dengan tidak panik. “Racun apa Alex?”Alexander kembali mengendus aroma di sekitar meja. “Sianida. Ada sianida di atas meja makan ini.”Apa? Sianida?! Semua orang kecuali Alexander sudah mencicipi setiap mak
“Racunnya ternyata hanya berada di piring kosong milikku.”Semua mata tertuju pada piring kosong di sana. Belum ada satu potong makanan pun yang berada di atas piring tersebut. Tampak bersih dan mengkilat, bahkan seperti tak bekas sentuhan tangan pun di sana. Akan tetapi, Alexander begitu berani mengatakan pada mereka bahwa di sana terdapat sianida. Tentu saja hal itu semakin membuat orang tercengang. Winnie menerbitkan seringai tipis di wajahnya. “Astaga! Alex! Piring itu sangat bersih. Dari mana kau bisa bilang kalau di sana ada racun? Kami rasa, kau sudah terlalu berlebihan mengada-ada. Jika kau masih saja meneruskan apa yang kau tuduhkan, kami sangat menyesal telah melangsungkan acara makan malam ini. Kami kecewa pada mu.”Alexander menjawabnya dengan santai. “Sianida bisa berbentuk padat, cair, dan juga gas. Tidak berwarna, berasa, dan berbau. Tapi aku bisa mendeteksi bahwa di sini jelas ada sianida.”Harlow dan Shinta mengamati piring tersebut secara saksama. Tidak tampak ada
Akses untuk bisa masuk ke laboratorium kampus ternyata tidak sesulit yang diperkirakan. Bahkan Alexander mendapatkan pelayanan yang cukup baik di sana. Karena hanya menguji sianida saja, maka tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Ternyata, positif! Di piring tersebut memang mengandung Kalium Sianida yang sangat berbahaya. Alexander segera pulang dengan membawa surat dari hasil pengujian tersebut dan sebelumnya dia sudah menghubungi Somers agar segera juga menuju ke rumah. Somers bersama tim ahli dari militer beberapa orang turut pula hadir. ***Sekitar jam 10 pagi. Rumah Pablo sudah cukup ramai. Winnie dan Gabriella kaget saat melihat kedatangan Kakek Somers yang hadir secara mengejutkan. Meskipun kondisi fisiknya belum sembuh, Somers datang sangat semangat sebab hari ini adalah hari penghakiman. Alexander dan Somers akan mengungkap fakta menarik yang selama ini disimpan oleh seseorang yang ternyata hatinya jauh lebih busuk dari yang diperkirakan. Alexander memperlihatkan ha
Tidak cuma Jenderal Eisenhower, tapi enam perwira lainnya beserta orang-orang di sana pun sepakat untuk menjadikan Alexander sebagai perwira tinggi militer. Mereka menginginkan supaya Alexander diangkat menjadi seorang yang memiliki pangkat tinggi. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Alexander langsung diangkat menjadi Jenderal setara dengan Jenderal Eisenhower. Alexander sempat melakukan penolakan. “Pangkat tersebut terlalu tinggi.”Namun, Jenderal Eisenhower tetap memaksa agar Alexander mau menerimanya. “Kau pantas menjadi Jenderal, Alex. Kau sudah selayaknya menjadi pimpinan tinggi sama seperti kami. Kau tidak perlu menolak karena kami menyetujuinya.”Alexander mengawasi satu per satu orang-orang di sana. “Aku masih sangat baru di militer. Perlu waktu dan pengalaman yang banyak untuk menjadi seorang Jenderal.”Berkaca dari apa yang telah terjadi dan mengingat betapa pentingnya peran Alexander, para perwira naga tidak salah dalam mengambil keputusan. Menjadikan Alexander sebagai Jender
Sore harinya, ketika matahari mulai tenggelam, semua pasukan telah bersiap berangkat dari Pulau Lambora menuju Pulau Homs. Pulau Homs jauh lebih kecil jika dibandingkan Pulau Lambora sehingga Winland tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari keberadaan pasukan Northiz di sana, terlebih pasukan Northiz di sana tak lebih dari seribu orang saja, dikarenakan lima puluh ribu orang telah mati pada peperangan sebelumnya. Alhasil, kemungkinan besar Winland akan berhasil menaklukkan Pulau Homs dengan cukup mudah. Lebih dari seratus kilometer menempuh perjalanan laut, Alexander menyarankan pada Laksamana Limitz untuk menghentikan perjalanan, dan juga meminta izin pada Marsekal Bernard segera memberikan instruksi agar pasukan udara segera bersiap-siap. “Biarkan pesawat kita terbang dan dideteksi oleh Northiz. Penyamaran kita hanya sebatas itu saja. Mereka pasti akan membiarkan pesawat kita ke sana, pada saat itulah kita hancurkan apa saja yang terlihat.”Penyamaran kali ini berbeda dengan pe
Setelah meminta izin kepada lima gurunya, tepat pada tengah malam, Alexander kembali melanjutkan perjalanan menuju Dragon Room. Tugasnya belum selesai. Pertempuran di Pulau Lambora cuma pembuka. Saat ini dia punya misi yang jauh lebih sulit, yakni merebut kembali lima pulau kecil yang saat ini diduduki oleh militer Northiz, yaitu Homs, Brown, Galls, Nice, dan March. Jalannya perang kali ini tak ubahnya seperti pasukan tentara AS yang ingin kembali merebut sejumlah pulau di pasifik yang telah dikuasai oleh Jepang pada Perang Dunia 2. Operasi pengembalian lima pulau ini terbilang sangat sulit sebab kini mereka cuma menyisakan sekitar dua ribu lima ratus orang saja. Alexander tiba di sana menjelang pagi hari, saat semua pasukan sedang sibuk dengan berbagai macam hal yang diperintahkan oleh Jenderal Eisenhower, seperti mengubur mayat-mayat korban perang baik itu dari pihak Winland maupun Northiz, mengumpulkan semua senjata dan peralatan perang yang masih bisa digunakan, dan mencari mak
Pada saat matahari akan terbenam, Alexander minta izin kepada tujuh perwira naga untuk pergi sebentar. Mereka cukup bingung dan ingin tahu tapi Alexander merahasiakan kepergian.“Besok pagi kita berkumpul lagi di Dragon Room.”Kemudian Alexander pun bergegas pergi dengan menggunakan sepeda motor, kendaraan milik Northiz yang masih berfungsi dan punya bahan bakar. Sekitar jam sepuluh malam dia tiba di goa tempat persembunyian lima gurunya. Dia sangat khawatir tentang keselamatan lima orang itu karena bisa saja menjadi korban salah sasaran perang. Tapi untunglah jarak yang jauh dari pusat pertempuran membuat mereka bisa selamat. Bahkan tidak ada bekas ledakan sama sekali di sini. Mereka tidak keluar goa sama sekali pada saat perang berkecamuk selama beberapa waktu belakangan dan berharap tidak ada satu pun militer Winland maupun Northiz yang menemukan lokasi ini. Begitu melihat kehadiran Alexander yang sudah mengenakan seragam tentara, mereka kaget. Mike mengernyitkan alis dan berta
“Kita beristirahat sekarang,” kata Alexander. “Biarkan sebagian kecil pasukan yang tadi sore sempat istirahat untuk berjaga malam hari ini. Aku yakin kalau pasukan Northiz yang sedang bersembunyi di hutan juga sedang beristirahat.”Sesuai dari masukan Alexander tersebut, akhirnya tujuh perwira naga dan lebih dari dua ribu orang diberikan waktu untuk beristirahat.Tujuh perwira naga pun bubar dari perundingan itu lalu mengambil posisi masing-masing untuk segera tidur. Sementara Alexander, pada saat dia sudah membaringkan badan, dia belum bisa langsung tidur. Dia berpikir saat memejamkan mata atau dalam keadaan terjaga. Dia masih memikirkan tentang strategi dan siasat yang akan mereka ambil esok hari. Saat ini jumlah mereka hanya tinggal sekitar dua ribu enam ratus orang. Mereka beruntung dapat bertahan dari total seratus lima puluh ribu pasukan Northiz berikut dengan semua peralatan tempurnya. Semua rencana yang dijalankan nyaris sempurna. Hanya saja, perjuangan Winland tidak mungki
Satu tembakan pertama!Dikarenakan pakaian marinir berbeda dari pakaian seragam prajurit biasa, militer Winland yang sedang menyamar tidak kesusahan untuk membunuh mereka satu per satu. Para marinir yang tidak dalam posisi siap pun gelabakan saat menerima serangan mendadak dari teman mereka sendiri.Sebelum para marinir dan prajurit Northiz bersiap, militer Winland cepat membunuh mereka satu per satu. Mereka tidak butuh banyak waktu sebab jumlah mereka sangat sedikit. Dua ribu banding dua puluh ribu. Itu artinya masing-masing mereka mesti membunuh sepuluh orang musuh.Pasukan Northiz yang belum siap tempur hanya bisa pasrah saat dada dan kepala mereka ditembaik oleh orang yang berseragam militer seperti halnya mereka. Akhirnya mereka pun sadar bahwa dua ribu orang yang katanya selamat itu ternyata bukanlah rekan mereka, melainkan musuh yang sedang menyamar.“Ayo serbu mereka!” seru Letnan Joseph. Ada dua senapan laras panjang yang ada di tangannya. “Jangan biarkan mereka keburu mengam
Ajudan dari Letnan Jenderal itu mengawasi Kolonel Walter Rauf dengan wajah yang penasaran. Sebagai orang yang selalu berada di samping atasan, dia selalu fokus dan berhati-hati bahkan terhadap rekan sekali pun.Namun, salah satu perwira naga tersebut tidak mau kedoknya ketahuan. Maka dari itu Kolonel Walter berkata dengan percaya diri. “Target kita sesuai dari arahan Jenderal Rommy adalah membawa tiga perwira tinggi Winland hidup-hidup. Atau jika mereka mati, kita tetap harus membawa mayat-mayat mereka. Bukankah begitu? Sementara mereka bertiga hanya dilindungi oleh ratusan tentara saja. Aku yakin kita bisa mengalahkan mereka saat ini juga.”Sang Letnan Jenderal terpaku sambil mengawasi pinggiran pantai yang di mana di sana terdapat ribuan mayat berkaparan dan darah ada di mana-mana. Bukan lagi air laut, melainkan air darah yang menghiasi pantai. Sang Letnan Jenderal murka saat tahu kabar bahwa Jenderal Rommy telah mati bersama mayat-mayat di sana. Jadi dia tidak punya pilihan kecual
“Kapal-kapal mereka tidak mungkin tiba di sini nanti pagi,” kata Alexander. “Ketika cuaca normal dan ombak sedang baik, butuh waktu setidaknya sepuluh jam untuk sampai dari pulau Soms/Homs ke Pulau Lambora karena jarak dari sana ke sini sekitar 250 kilometer. Tapi masalahnya saat ini cuaca sedang buruk dan sepertinya akan turun hujan lebat. Paling tidak mereka butuh waktu lima belas sampai dua puluh jam.”Menurut Alexander, mereka bakalan melancarkan serangan dari udara terlebih dahulu sembari menunggu armada laut mereka sampai ke Pulau Lambora. “Kita mesti bersiap menghalau serangan udara mereka. Kemungkinan besar ketika pagi hari nanti pesawat-pesawat mereka bakal mengebom pulau ini.”Tiga perwira tinggi utama di sana pun bertanya pada Alexander tentang bagaimana cara bertahan dari serangan tersebut. Alexander mengatakan bahwa Winland tidak mungkin bisa menghalau semua serangan udara karena mereka kekurangan alutsista seperti senjata anti-pesawat. Artinya mereka cuma bisa berlindun
Pertempuran berakhir tepat pada malam hari. Tidak ada satu pun marinir dan prajurit Northiz yang tersisa. Semuanya telah tewas. Usai memastikan semua musuh telah habis, pasukan Winland mengambil semua senjata dan peralatan tempur milik Northiz yang masih bisa dipakai dan dioperasikan. Mereka memperoleh ribuan senapan sniper, senapan serbu, amunisi, granat dan perbekalan. Hanya saja, mereka tidak punya banyak waktu untuk mengambil semuanya lantaran dalam hitungan jam pasukan tambahan dari Northiz akan tiba di sini. Maka dari itu, tidak ada waktu tidur dan istirahat bagi mereka malam hari ini hingga pagi nanti. Tepat pada jam 2 pagi, Jenderal Eisenhower telah mengumpulkan semua perwiranya untuk dilakukan perundingan guna mengantisipasi serangan lanjutan dari Northiz. Kini tujuh perwira Naga bersama Alexander telah berada di dalam sebuah barak kecil, mengadakan pembicaraan tentang langkah lanjutan yang bakal mereka ambil. Jenderal Eisenhower terkena luka berat. Ada bekas tiga tembak