Shiera berjalan beriringan dengan Dave, sengaja menahan sedikit langkahnya agar tidak berada tepat di sisi Dave. Shiera tidak ingin seseorang menganggapnya wanita murahan karena berjalan dengan atasannya terlalu dekat. Mereka datang hanya sebagai atasan dan sekrrtaris pada umumnya, bukan sebagai apa pun.
"Kenapa? Malu berjalan denganku?" tanya Dave dingin, saat langkah kaki Shiera semakin melambat.Shiera mendongak. "Tidak.""Kalau begitu kenapa menjauh?""Saya tidak menjauh. Hanya saja langkah kaki Tuan terlalu lebar," jawab Shiera datar."Kalau begitu pegang lenganku agar aku bisa menahan langkahku dan menyamakannya dengan langkahmu yang pendek."Shiera menatap belakang kepala Dave, senyumnya mencibir. Dalam hati ia berteriak, "Ogah!""Kalau tidak mau, maka kau yang harus menyamakan langkahmu denganku, jangan berjalan di belakangku seperti seorang gundik!"Shiera menelan ludah, menatap kesal Dave sembari memperlebar pangkah kakinya untuk menjajari pria itu."Jangan membuatku malu saat di pesta nanti. Bersikaplah biasa, jangan terlalu canggung seperti ini. Banyak klien penting di sana.""Baik, Tuan.""Dua kali Tuan kau sebutkan, apa kira-kira hukuman yang pas buatmu agar kau mengingatnya?""M-maaf, Pak Dave." Shiera cepat-cepat meralat ucapannya."Satu kali lagi, aku bersumpah akan menghukummu sampai kau traima dan akan mengingatnya terus seumur hidupmu, untuk tidak memanggilku Tuan!""Maaf. Saya tidak akan mengulanginya lagi," jawab Shiera pelan."Dave! Oh Dave beruang ku yang galak, akhirnya kau datang." Seorang wanita berumur mengenakan pakian sangat minim menghambur memeluk Dave di pintu masuk ruangan pesta."Ya, Anita. Aku datang. Dan selamat ulang tahun." Dave melepas pelukannya, mengeluarkan kotak mungil dari dalam saku dan membukanya di hadapan wanita itu. Sebentuk kalung dengan berlian sebesar telur puyuh tergeletak menyilaukan di dalamnya. Wanita itu membelalak senang. Tentu saja, wanita mana yang tidak akan senang diberikan gadiah semahal itu.Shiera menatap dalam diam, menunggu Dave menyelesaikan acara pemberian kado."Woow, Dave. Ini sangat indah. Kau pasti menghamburkan banyak uang untuk ini, Sayang.""Tidak juga. Hanya seperseribu dari uang di dalam dompetku.""Hahaha ...." Wanita itu tergelak, mengangkat kalung berlian dari dalam kotaknya. "Mau memasangkannya untukku?" tanya wanita itu manja."Dengan senang hati, Madam.""Jangan menyebutku madam! Aku belum setua itu, kau tahu."Dave tersenyum smirk, membalik tubuh Anita dengan lembut dan memasangkan kalung bermata hijau itu di lehernya."Cantik sekali. Terima kasih, Dave. Sekarang masuklah. Oh, ya ... siapa gadis ini. Kau belum memperkenalkannya padaku.""Dia Shiera, sekretaris pribadiku.""Aaah ...." Anita menatap Shiera dengan tatapan tertarik."Selamat ulang tahun, Nyonya. Maaf tidak membawa apa oun untukmu, karena Pak Dave tidak mengatakan ini acara pesta ulang tahun." Shiera menyapa, mengukurkan tangan dengan senyum ramah yang terkembang manis di bibirnya."Tidak perlu, Sayang. Tidak ada yang membawa kado untukku kecuali Dave, karena sebenarnya hari ulang tahunku sudah lewat 12 hari. Pesta ini, bukan pesta ulang tahun.""Oh, baiklah Nyonya.""Jangan memanggiku Nyonya, sayang. Aku bahkan belum pernah menyandang gelar itu."Shiera menggerakkan kepala dan sebelah alisnya. "Jadi, bagaimana aku harus memanggilmu?""Anita. Panggil saja begitu. Itu akan terkesan lebih akrab, bukan.""Tapi ....""Tidak ada tapi! Dan masuklah kalian berdua seksrang, banyak yang menantikan kehadiranmu, Dave. Ini akan menjadi pesta kolega yang sangat menyenangkan." Anita mendorong tubuh Dave dan Shiera memasuki area gemerlap pesta.Shiera menatap seluruh ruangan menggunakan sudut matanya. ia baru menyadari, lantai tertinggi Hotel Royal Cristallyne ternyata berupa bar terbuka yang sangat luas. Pemilik acara sepertinya sudah menyewa seluruh lantai bar khusus untuk pestanya, karena seluruh yang berada di tempat ini sepertinya saling mengenal satu sama lain.Shiera baru pertama memasuki Bar. Selama ini dia hanya bisa membayangkan bentuk Bar dari novel-novel yang dibacanya, atau dari menonton televisi. Tetapi rupanya gambaran bar yang ia bayangkan tidak terlalu berbeda dengan kenyataannya. Meja bar oanjang dengan empat bartender yang memutar-mutar botol dan melempar-lemparnya dengan gesit, meja-meja bundar dikelilingi beberapa orang yang bercanda dan tertawa-tawa, beberapa gelas kaki tinggi dan botol wine tergeletak di atasnya."Pak Dave ....""Hm.""Saya baru pertama kali memasuki Bar," bisik Shiera. Dia tidak ingin menjadi sok tahu, yang kemudian akan mempermalukan dirinya sendiri atau pun Dave. Lebih baik Dave tahu kebih dulu agar pria itu bisa membantunya, atau jauh lebih baik jika membawanya keluar dari sana secepatnya."Alkohol?""Tidak.""Baiklah. Di mana aku memintamu duduk nanti, jangan berpindah kemana pun. Aku akan mencarikan teman yang bisa mengerti kau tidak mengkonsumsi alkohol.""Apakah di sini ada minuman biasa?""Aku akan memesankanmu mocktail zero proof.""Terima kasih.""Halo, Agusta." Dave menyapa sekumpulan orang di meja terdekat dengan pintu, menyalami tujuh orang yang mengelilingi meja. Shiera tersenyum sopan saat Dave memperkenalkannya sebagai sekretarisnya."Mari bergabung, Dave.""I'm sorry, she doesn't drink alcohol. I don't want to disturb your fun because of her.""No, no, Dave. Itu tidak akan terjadi.""Please continue your fun."Dave membawa Shiera pergi. Pria itu menyapa beberapa orang lagi, lalu berhenti di meja yang entah ke berapa. Shiera membelalak menatap siapa yang berada di sana."Duduklah di sini. Kau tidak mungkin belum mengenal Vania, kan?" tanya Dave."Tapi, Pak Dave ...." Shiera menatap cemas. Dia benar-benar tidak ingin ditinggalkan bersama Vania dan Ron di meja itu, sementara Dave pergi entah ke mana."Hai, Shiera. Duduklah di sini bersama kami, jangan khawatir. Kami akan menemanimu.""Vania, tolong temani Shiera, ya.""Baik, Tuan. Jangan khawatir, Shiera aman bersama saya.""Terima kasih. Shiera, nanti aku kembali. Minuman mu akan segera datang.""Pak Dave ...."Dave menoleh."Terima kasih.""Hm. Jangan khawatir."Dave berjalan menjauh. Shiera menatap punggungnya yang menjauh, dengan perasaan hancur. Dave memang tidak pernah tahu siapa Ron dan apa hubungannya dengan Shiera, juga tentang perseteruan Shiera dengan Vania di perusahaan."Aah ... ternyata Tuhan masih mempertemukan kita lagi, Sayang. Rupanya kita memang ditakdirkan berjodoh." Ron meraih dagu Shiera, mata berkilat jahat."Jauhkan tangan kotor mu dariku, Ron!" Shiera menepis kasar tangan Ron."Kau ditinggal sendirian oleh kekasihmu, dan diserahkan padaku. Itu artinya aku juga boleh menjamahmu!" Ron mengait pinggang Shiera, menarik gadis itu mendekat padanya."Lepas! Dan asal kau tahu, Pak Dave sama sekali bukan pacarku. Dia atasanku!""Oow ... begitukah. Tapi, sejak kapan sekretaris biasa menemani bos ke acara pesta ulang tahun di bar seperti ini, Shiera?" tanya Vania, memasang senyum iblis di sudut bibirnya yang merah merona."Hei, wanita iblis! Apa kau pikir aku mencoba merayu pak Dave, seperti kau mencoba merayu ayahnya selama ini, hah?! Oh, maaf. Bukankah kau juga berusaha merayu pak Dave menggunakan belahan dada mu yang selalu terbuka itu?"Vania melayangkan tangannya ke depan, namun Ron segera menangkapnya. Vania membelalak menatap Ron."Tidak begitu caranya, Sayang. Bermainlah cantik seperti biasa."Senyum iblis itu kembali terkembang di bibir Vania. "Aah, ya. Maafkan aku, Sayang. Aku terbawa emosi melihat wajahnya yang sok malaikat ini. Baiklah, lakukan permainanmu, Ron."Ron melepas tangan Vania, dan keduanya kembali duduk.Ron melambaikan tangan saat pelayan mengantar minuman Shiera."Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya pelayan, menunduk sopan pada Ron."Tolong bawakan kami sebotol Hendrick's Gin, dan satu gelas kosong baru.""Tapi, Tuan. Pesan Tuan Dave, Nona Shiera tidak mengkonsumsi alkohol.""Memangnya siapa yang mau memberinya alkohol? Aku tahu dia tidak bisa mengkonsumsi alkohol. Kami menyiapkan gelas baru untuk Tuan Dave. Dia akan duduk di sini bergabung bersama kami.""Tapi Tuan Dave sudah memesan tequila terbaik kami.""Sialan! Kau ini di bayar untuk melayani tamu, bere*sek! Bawakan saja apa yang kami minta dan jangan membantah!" Ron berteriak marah.Pelayan menatap datar, kemudian berbalik pergi."Dasar pelayan sialan!" gerutu Ron, sepeninggal pelayan yang mengenakan seragam hitam berpadu merah darah itu.Tidak sampai lima menit, pesanan yang Ron minta tiba."Nah, Shiera. Kita akan bertaruh. Jika kau bisa menghabiskan tiga gelas kecil gin ini tanpa telanjang di lantai dansa, maka aku tidak akan mengganggumu. Tapi kalau kau menolak, maka bersiaplah malam ini untuk berpesta denganku.""Tidak!" teriak Shiera, seketika berdiri."Hei, hei, hei ... jangan coba-coba membantah, gadis manis. Kau ikuti permainan kami, atau bersiap angkat kaki dari perusahaan." Vania memicing keji, menatap Shiera penuh benci."Aku lebih baik keluar dari tempat laknat itu dari pada harus berurusan dengan kalian semua!""Aaah ... begitu rupanya. Baiklah, kalau begitu aku menyerah. Sekarang duduklah kembali, Shiera," kata Ron lembut, mendorong gelas dan botol gin menjauh dari mereka.Shiera menatap curiga."Aah, Shiera. Jangan menatapku seperti itu, sayang. Pak Dave menitipkan mu di meja kami, tentu kami tidak akan berani menyakitimu, bukan."Shiera tahu itu hanya jebakan belaka, namun ia tetap duduk perlahan, karena Shiera ingat bahwa Dave melarangnya pergi kemana pun.Sret! Cuup ...."Urgh!"Cekrek!Shiera mendorong kuat tubuh Ron, mengumpat marah."Stop mengumpat dan melarikan diri, Shiera, atau foto ini akan menyebar ke seluruh dunia!" Vania mengancam, menunjukkan layar ponselnya yang mena
"Sudah sampai, Pak." Shiera mendudukkan Dave di atas sofa. Meski hanya memegangi pria itu, tapi rasanya berat sekali.Dave menahan tubuh Shiera saat Shiera beranjak pergi, menariknya hingga Shiera terjatuh ke pangkuan Dave."Oh, maafkan saya, Pak. Maaf. Sebentar, saya buatkan minuman hangat untuk Anda." Shiera kembali berdiri dan segera berlari ke dapur."Shiera! Toilet.""Hanya ada stau di kamar saya, Pak. Gunakan saja, tidak apa-apa."Dave segera berdiri, berjalan sempoyongan menuju kamar Shiera dan langsung menghambur ke toilet. Dari dapur, Shiera bisa mendengar Dave memuntahkan kembali seluruh isi perutnya.Shiera menyeduh jahe hangat yang ia tahu dapat mengurangi gejala mual akibat terlalu banyak minum. Shiera menemukan ilmunya di internet, saat Ron dalam keadaan mabuk berat hingga tak mampu berdiri.Shiera membawa cangkir jahe ke dalam kamar, menemukan Dave masih berada di dalam kamar mandi."Aaagrh! Sialan!" teriak Dave murka. Shiera meletakkan
Shiera menutup tubuhnya dengan selimut, menangis tersedu. Dave memeluknya dengan erat, tak henti-hentinya ia mengucap maaf pada Shiera."Shiera, jangan diam saja. Pukul aku, Shiera. Pukul aku. Marah saja padaku, tetapi jangan siksa aku dengan diam mu."Shiera menggeleng lemah."Aku berjanji akan menikahi mu, Shiera. Aku berjanji. Aku akan bertanggung jawab padamu. Sudah ku katakan padamu, aku mencintaimu."Shiera masih diam, terisak."Aku benar-benar minta maaf, Shiera. Pengaruh minuman itu membuatku gila. Aku sudah menahannya, tetapi aku tak tahu itu benar-benar aku lakukan dan tanpa pengaman. Tapi kau bisa yakin aku bersih, Shiera."Perlahan Shiera mendongak. "Apa maksudnya?" tanya Shiera terbata.Dave menatap wajah bengkak Shiera yang basah oleh air mata, mengusapnya dengan kedua ibu jarinya perlahan."Maaf telah merusakmu. Aku berjanji akan bertanggung jawab penuh padamu. Kalau pun kau hamil, jangan pernah kau singkirkan anak kita, Shiera. Kau har
"Dave! Aku tidak mau. Aku mau berpakaian dulu! Ini menjijikkan."Dave terbahak, urung membuka pintu dan berjalan kembali. Dave menurunkan Shiera di depan almari pakaiannya."Ganti baju!""Aku mau mandi dulu.""Ganti bajumu!""Tapi kau juga harus memakai baju!" Shiera balas memerintah."Kenapa?""Aku ngeri melihat itu!"Dave kembali tertawa. "Baiklah, tapi dengan satu syarat."Shiera mengerutkan kening, menatap curiga."Kau tidak bisa lepas dari pangkuanku.""Sudah ku duga! Pasti hanya menguntungkan mu semata," gerutu Shiera, memilah pakaiannya dan mulai mengenakannya."Kau terlihat sangat cantik dan semakin seksi," kata Dave, meraih pinggang Shiera yang mengenakan kaus over size dan celana hot pantas."Tapi aku tidak menyukai celana mu ini. Lepaskan saja.""Terus?""Kaus ini sudah cukup panjang. Toh celana mu juga tidak terlihat. Lepaskan!""Tidak mau!" Shiera melangkah pergi, meninggalkan Dave yang masih mematung menatap kemolekan tubuh kekasih barunya.Shiera langsung ke dapur, memb
"A-aku tidak mau, Dave. Budaya kita mungkin budaya bebas, tetapi aku tetap orang Timur yang menjaga budaya kesopanan. Kau bisa melakukan apa pun sekehendak mu, tetapi tidak dengan menjatuhkan harga diriku!" desis Shiera marah.Dave tersenyum sinis. "Hah! Baiklah wanita keras kepala. Toh aku pun tidak sudi tinggal di apartemen kecil seperti ini. Kau bisa mengubah satu ruang kamarmu untuk ruang kerja pribadimu. Aku tahu kau bekerja paruh waktu dari rumah, kan."Shiera diam. Meski kaget Dave mengetahui pekerjaan sampingan yang diambilnya, tetapi Shiera tidak heran. Dave pasti sudah mencari tahu apa pun tentang dirinya, termasuk hal terkecil seperti pekerjaan freelance sekali pun."Terima kasih, sudah memberiku fasilitas semewah ini," kata Shiera saat Dave berjalan tenang mendekati pintu. Tanpa menjawab, pria dingin itu membuka pintu dan keluar begitu saja.Shiera mendengus kasar. Ia berjalan ke arah dapur, menyeduh secangkir teh madu untuk menenangkan saraf-sarafnya yang tegang."Haah! D
"Aku akan menikahimu, Shiera," kata Dave, begitu pagutan hangat keduanya terlepas."T-tunggu! Kenapa harus secepat itu?" tanya Shiera terkejut."Karena aku tidak ingin kau berubah pikiran. Ku anggap kau telah menerimaku hari ini, dengan menciumku.""Tapi ... aku belum siap.""Apa yang perlu kau siapkan? Harta aku punya banyak, kekuasaan juga tak kurang, cinta pun aku memiliki sepenuhnya untukmu.""Tidak, bukan itu. Aku ... belum siap menyandang gelar nyonya, itu yang pertama.""Dan kedua?""Dan yang kedua ... aku ...." Shiera menunduk."Shiera, katakan Sayang. Katakan padaku apa pun yang menjadi beban di dalam hatimu." Dave mengangkat wajah Shiera, namun tatapan Shiera tetap tertunduk, kepalanya menggeleng ringan."Shiera, please.""Dave ... ku pikir, kedua orang tuamu tidak akan setuju denganku."Dave mengulum senyum, lega mendengar alasan Shiera berada di pihaknya."Dengar, Shiera. Aku tidak membutuhkan wali untuk menikahimu. Jadi, setuju atau pun tidak orang tuaku padamu, aku berja
Dave membeku di kursinya, mendengar penolakan keras kedua orang tuanya tentang wanita pilihannya."Kau ini putra pengusaha terpandang, Dave. Pemilik perusahaan terbesar di kota. Apa kata orang kalau kau menikah dengan wanita murahan seperti dia," cerca ibu Dave dengan wajah kesal."Mama! Shiera bukan wanita murahan, Ma. Dia wanita baik-baik.""Dan berasal dari golongan rendah. Memangnya kamu tahu latar belakang orang tuanya? Bukankah dia tinggal sendirian di sini?""Shiera memiliki kakek, Ma.""Pria pembersih kaca gedung itu?"Dave menghela nafas panjang."Dave, Dave ... kau itu sudah mama jodohkan dengan Vania. Itu kenapa papa kamu memberikan perusahaan itu padamu, supaya kau bisa lebih dekat dengan Vania.""Tapi aku tidak menyukai dia, Mama. Dia gadis manja yang tidak bisa apa-apa. Sangat berbeda dengan Shiera.""Aah! Memang seharusnya Papa mengganti posisi wanita itu sebelum kau masuk. Papa juga begitu, sih. Jelas-jelas Vania memiliki pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi, ke
Perlahan Dave menarik dagu Shiera hingga wajah manis itu mendongak menatapnya, lalu dengan lembut ia menempelkan bibirnya pada bibir ranum Shiera."Aku mencintaimu, Shiera. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu," bisik Dave di antara lumatan bibirnya yang tak pernah ingin dia lepaskan."Dave ....""Hm."Tidak ada lagi kata yang mereka ucapkan, hanya hati mereka yang saling berbicara. Tanpa Shiera mengatakannya pun, Dave tahu Shiera telah jatuh cinta padanya, sama seperti dirinya."Shiera. Aku akan menikahimu," bisik Dave, melepas pagutan mereka dan menghapus sisa basah pada bibir Shiera."Bagaimana dengan orang tuamu, Dave? Apa mereka setuju?"Dave diam."Dave?"Dave kembali menatap Shiera. Tanpa pria itu mengucapkan kalimatnya, Shiera mengangguk. Tatapan mata Dave sudah cukup berbicara dan membuat Shiera mengerti."Aku tidak tahu, Dave. Apakah baik menikah tanpa persetujuan orang tuamu.""Aku sudah dewasa, Shiera. Di sini, pria
Dave terbahak melihat wajah kesal Shiera. Baru pertama kalinya dia berhasil membuat Shiera begitu kesal."Aku senang sekali melihatmu begitu kesal. Wajahmu yang cemberut itu sangat manis sekali."Plak! Shiera memukul tangan Dave yang berusaha mencubit dagunya yang lancip."Nah, begitu lebih manis, Sayang. Semakin kau sulit ditaklukkan, kau semakin menarik."Shiera menatap marah pada Dave sebelum kembali menatap keluar jendela.Dave mengemudi dengan senyum lebar, beberapa kali matanya melirik ke arah Shiera yang masih cemberut kesal.Lima puluh menit, mobil keluar dari pintu tol."Di mana ini?""Kota Milea.""Kau membawaku keluar kota hanya untuk makan siang?""Kau tidak mau seseorang menemukan kita, kan?"Shiera kembali cemberut."Ada kedai mie yang sangat aku sukai di rest area.""Rest area? Tapi ini sudah keluar tol.""Hmm. Kita akan berputar dan masuk kembali, karena rest area yang akan kita tuju berada di sisi perjalanan pulang.""Astaga ...!" Shiera menepuk dahinya.Dave tertawa
"Pak Dave, tolong ijinkan saya mengikuti presentasi itu sekali ini saja. Saya berjanji akan memberikan yang terbaik untuk perusahaan, dan saya akan membuat Anda memenangkan tender itu." Vania mengiba di depan Dave, saat pria itu berjalan keluar ruangan.Tiba-tiba saja Dave mendadak tuli. Pria itu berjalan menjauh dari Vania, diikuti Shiera."Dave, kau bilang tender itu untuk perusahaan pribadimu, kan?" tanya Shiera, begitu keduanya berada di dalam lift dan bebas dari jangkauan telinga panjang Vania."Hm," jawab Dave singkat."Tetapi kau maju menggunakan nama perusahaan ini?""Tidak. Aku mengatasnamakan perusahaan cabang.""Bodoh!" umpat Shiera.Dave membelalak kaget, menatap Shiera tidak setuju."Kau ini Direktur Tinggi Perusahaan, tetapi begitu bodoh.""Kenapa kau mengatakan itu?""Apa perusahaan itu masih membuka kesempatan untuk tender lain?""Ya. Waktunya masih dua hari lagi.""Kalau begitu biarkan Vania melakukan presentasinya untuk perusahaan ini, atau perusahaan cabang mana pun
Shiera berjalan memasuki gedung kantor yang sudah satu minggu ia tinggalkan. Rasanya agak asing, datang ke tempat ini sebagai orang lain."Shiera! Kau ke mana saja, hah? Ku pikir kau benar-benar mengundurkan diri."Shiera tersenyum menatap sahabatnya."Bukankah sudah aku katakan aku sakit, waktu mengunjungi kakak ku?""Ya, sih.""Nah, kalau begitu ayo sekarang kembali bekerja sebelum bos galak kita datang.""Kau tahu, Shie, satu minggu ini dia begitu uring-uringan seperti buaya kelaparan.""Oh, ya?" tanya Shiera, menatap ingin tahu."Hm. Karena dia memintaku menggantikanmu sebagai sekretaris, tetapi pak Steve memberinya Vania, dengan alasan aku terlalu vital untuk dikeluarkan dari bagian keuangan.""Jadi Vania menempati ruanganku?""Oh, tidak. Aku juga bertanya-tanya soal itu. Pak Dave memintanya tetap bekerja dari tempatnya. Mungkin karena pak Dave malas berada dekat-dekat dengan Vania," jelas Tasya, sahabat Shiera.Shiera nyengir puas. "Baguslah," katanya.Shiera kembali pada pekerja
Pagi menjelang acara pernikahan. Sebuah acara pernikahan tertutup dan tersembunyi, hanya dihadiri beberapa tokoh pernikahan dan tiga saksi yang tak lain adalah orang kepercayaan Dave sendiri. Bahkan kakak Shiera tidak bisa hadir karena pekerjaannya tidak dapat ditinggalkan sama sekali. Pria itu hanya menjadi saksi virtual menggunakan ponsel."Selamat atas pernikahan kalian."Shiera dan Dave menoleh kaget, saat keduanya bersiap memasuki mobil dan pulang."Papa?!"Pria tua beruban itu berjalan mendekat, mengangguk lemah."Tuan." Shiera menyapa takut, pria yang juga merupakan mantan bosnya di perusahaan itu."Maaf aku datang terlambat.""Tidak apa. Semuanya sudah selesai," jawab Dave dingin."Aku hanya ingin menyampaikan ini padamu, Dave. Mungkin bisa berguna kalau suatu saat nanti ibumu mengetahui perihal pernikahan kalian." Ayah Dave mengeluarkan amplop coklat lebar dan menyerahkannya pada Dave."Apa ini?" tanya Dave, menerimanya."Jangan di buka sekarang. Nanti saja kalau sudah di ruma
Perlahan Dave menarik dagu Shiera hingga wajah manis itu mendongak menatapnya, lalu dengan lembut ia menempelkan bibirnya pada bibir ranum Shiera."Aku mencintaimu, Shiera. Apa pun yang terjadi, aku akan tetap mencintaimu," bisik Dave di antara lumatan bibirnya yang tak pernah ingin dia lepaskan."Dave ....""Hm."Tidak ada lagi kata yang mereka ucapkan, hanya hati mereka yang saling berbicara. Tanpa Shiera mengatakannya pun, Dave tahu Shiera telah jatuh cinta padanya, sama seperti dirinya."Shiera. Aku akan menikahimu," bisik Dave, melepas pagutan mereka dan menghapus sisa basah pada bibir Shiera."Bagaimana dengan orang tuamu, Dave? Apa mereka setuju?"Dave diam."Dave?"Dave kembali menatap Shiera. Tanpa pria itu mengucapkan kalimatnya, Shiera mengangguk. Tatapan mata Dave sudah cukup berbicara dan membuat Shiera mengerti."Aku tidak tahu, Dave. Apakah baik menikah tanpa persetujuan orang tuamu.""Aku sudah dewasa, Shiera. Di sini, pria
Dave membeku di kursinya, mendengar penolakan keras kedua orang tuanya tentang wanita pilihannya."Kau ini putra pengusaha terpandang, Dave. Pemilik perusahaan terbesar di kota. Apa kata orang kalau kau menikah dengan wanita murahan seperti dia," cerca ibu Dave dengan wajah kesal."Mama! Shiera bukan wanita murahan, Ma. Dia wanita baik-baik.""Dan berasal dari golongan rendah. Memangnya kamu tahu latar belakang orang tuanya? Bukankah dia tinggal sendirian di sini?""Shiera memiliki kakek, Ma.""Pria pembersih kaca gedung itu?"Dave menghela nafas panjang."Dave, Dave ... kau itu sudah mama jodohkan dengan Vania. Itu kenapa papa kamu memberikan perusahaan itu padamu, supaya kau bisa lebih dekat dengan Vania.""Tapi aku tidak menyukai dia, Mama. Dia gadis manja yang tidak bisa apa-apa. Sangat berbeda dengan Shiera.""Aah! Memang seharusnya Papa mengganti posisi wanita itu sebelum kau masuk. Papa juga begitu, sih. Jelas-jelas Vania memiliki pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi, ke
"Aku akan menikahimu, Shiera," kata Dave, begitu pagutan hangat keduanya terlepas."T-tunggu! Kenapa harus secepat itu?" tanya Shiera terkejut."Karena aku tidak ingin kau berubah pikiran. Ku anggap kau telah menerimaku hari ini, dengan menciumku.""Tapi ... aku belum siap.""Apa yang perlu kau siapkan? Harta aku punya banyak, kekuasaan juga tak kurang, cinta pun aku memiliki sepenuhnya untukmu.""Tidak, bukan itu. Aku ... belum siap menyandang gelar nyonya, itu yang pertama.""Dan kedua?""Dan yang kedua ... aku ...." Shiera menunduk."Shiera, katakan Sayang. Katakan padaku apa pun yang menjadi beban di dalam hatimu." Dave mengangkat wajah Shiera, namun tatapan Shiera tetap tertunduk, kepalanya menggeleng ringan."Shiera, please.""Dave ... ku pikir, kedua orang tuamu tidak akan setuju denganku."Dave mengulum senyum, lega mendengar alasan Shiera berada di pihaknya."Dengar, Shiera. Aku tidak membutuhkan wali untuk menikahimu. Jadi, setuju atau pun tidak orang tuaku padamu, aku berja
"A-aku tidak mau, Dave. Budaya kita mungkin budaya bebas, tetapi aku tetap orang Timur yang menjaga budaya kesopanan. Kau bisa melakukan apa pun sekehendak mu, tetapi tidak dengan menjatuhkan harga diriku!" desis Shiera marah.Dave tersenyum sinis. "Hah! Baiklah wanita keras kepala. Toh aku pun tidak sudi tinggal di apartemen kecil seperti ini. Kau bisa mengubah satu ruang kamarmu untuk ruang kerja pribadimu. Aku tahu kau bekerja paruh waktu dari rumah, kan."Shiera diam. Meski kaget Dave mengetahui pekerjaan sampingan yang diambilnya, tetapi Shiera tidak heran. Dave pasti sudah mencari tahu apa pun tentang dirinya, termasuk hal terkecil seperti pekerjaan freelance sekali pun."Terima kasih, sudah memberiku fasilitas semewah ini," kata Shiera saat Dave berjalan tenang mendekati pintu. Tanpa menjawab, pria dingin itu membuka pintu dan keluar begitu saja.Shiera mendengus kasar. Ia berjalan ke arah dapur, menyeduh secangkir teh madu untuk menenangkan saraf-sarafnya yang tegang."Haah! D
"Dave! Aku tidak mau. Aku mau berpakaian dulu! Ini menjijikkan."Dave terbahak, urung membuka pintu dan berjalan kembali. Dave menurunkan Shiera di depan almari pakaiannya."Ganti baju!""Aku mau mandi dulu.""Ganti bajumu!""Tapi kau juga harus memakai baju!" Shiera balas memerintah."Kenapa?""Aku ngeri melihat itu!"Dave kembali tertawa. "Baiklah, tapi dengan satu syarat."Shiera mengerutkan kening, menatap curiga."Kau tidak bisa lepas dari pangkuanku.""Sudah ku duga! Pasti hanya menguntungkan mu semata," gerutu Shiera, memilah pakaiannya dan mulai mengenakannya."Kau terlihat sangat cantik dan semakin seksi," kata Dave, meraih pinggang Shiera yang mengenakan kaus over size dan celana hot pantas."Tapi aku tidak menyukai celana mu ini. Lepaskan saja.""Terus?""Kaus ini sudah cukup panjang. Toh celana mu juga tidak terlihat. Lepaskan!""Tidak mau!" Shiera melangkah pergi, meninggalkan Dave yang masih mematung menatap kemolekan tubuh kekasih barunya.Shiera langsung ke dapur, memb