Share

4. KONDISI MIRANTI

last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-17 20:10:22

4O. KONDISI MIRANTI

POV UMAR

“Sudah saya cek, tidak ada,” Ucap salah satu polisi.

“Coba lebih teliti, pak. Saya yakin pasti ada. Orangtua itu tadi yang bilang kalau dia sudah memasang bom rakitan pada mobil. Saya tidak bohong pak,” Jawab papah yang tetap yakin dengan ucapannya.

“Apa bapak meragukan kami?”

“Bukan begitu, pak. Tapi ....”

“Sudahlah, ayo ikut kami.” Polisi membawa papah menuju mobil.

“Arya memang tukang ngibul. Dia Cuma mau merusak nama baik saya saja pak,” Jawab kakek santai. “Jelas saja tak ditemukan apapun, orang saya cuma becanda kok ha ...ha...ha...” kakek tertawa puas melihat kekesalan papah. Aku juga tak menyangka kalau kakek berbohong.

Kulihat papah menatap ke arah kakek dengan tak bersahabat. “Awas kau orangtua, akan kubalas nanti!” seru papah kepada kakek.

“Aku tunggu, Arya ha..ha..ha...”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   41. ANAK MIRANTI MENINGGAL

    ANAK MIRANTI MENINGGAL“Om, bagaimana keadaan mamah?”Aku dikejutkan oleh suara amir. Kulihat Amir, umar, kakek dan neneknya berjalan menuju ke arahku.“Om belum tahu. Dokter masih berada di dalam ruang operasi. Belum ada statement apapun.” Jawabku. “Apa kalian sudah diambil darahnya?” tanyaku kembali.“Sudah Om. Aku dan kakak juga nenek. Darah kakek berbeda golongan dengan mamah.” Jawab amir kembali.Belum sempat mengambil posisi duduk, kami dikejutkan oleh dua orang perawat yang membawa bayi mungil. Kami menghentikan suster dan melihat bayi perempuan yang sangat cantik seperti mamahnya.“Suster, bisa saya menggendongnya? “ tanya tante parwati, neneknya umar dengan wajah berseri.“Maaf, bayi ini sudah meninggal. Kami harus segera memandikan jasadnya,” Jawab suster yang menggendong bayi.“Gak mungkin.” Tante parwati menan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   42. SEMBUH

    SEMBUHPOV FAJARSetelah memakan waktu sekian lama, operasi selesai dan berjalan dengan lancar. Walau tadi keadaan Miranti sempat kritis, tapi tetap terselamatkan. Karena kondisi yang belum stabil dan tidak sadarkan diri, dokter memutuskan untuk membawa ke ruang ICU. Jika dalam dua belas jam dia masih bertahan, artinya masa kritisnya terlewati. Jika dalam dua puluh empat jam belum tersadar juga, berarti dalam keadaan koma. Hanya keajaiban Tuhan yang bisa menyembuhkan. Dokter sudah berusaha melakukan yang terbaik.Lututku gemetar dan terasa lemas laksana tak bertulang. Hati terasa rapuh dan tak ingin kehilangan Miranti. Aku harus selalu berada di sampingnya dan menemani di masa-masa tersulit dalam hidupnya.Aku menunggu Miranti seorang diri. Om dan yang lainnya mengurus pemakaman sang bayi . Sedih yang kurasakan seolah mewakili perasaan si mawar jelek. Ku genggam erat jemarinya, lalu membisikan kata-kata penyemangat hidupnya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   43. PULANG KE RUMAH

    PULANG KE RUMAH“Alhamdulillah ibu sudah sadar. Karena keadaan yang belum stabil, kami sarankan tetap di ruang ICU dulu. Nanti kalau sudah stabil bisa di pindah ke ruang perawatan.”“Iya dok, terimakasih.” Jawabku.Setelah selesai memeriksa Miranti, Dokter dan perawat keluar ruangan.Aku kembali duduk di dekat Miranti. “Hey, apa lo bisa ceritakan kejadian kemarin seperti apa?” tanyaku tak sabar ingin mendengar cerita lengkap dari sisi Miranti. Hal ini sangat penting sebagai dasar tuntutan kepada Arya dan keluarganya.Miranti menggelengkan kepala lemah.Aku menghela nafas. Diriku merasa bersalah karena sudah menanyakan hal yang sangat menyakitkan dalam kondisinya yang belum stabil. Manusia macam apa aku yang tega menginterograsinya di saat yang tidak tepat.“Oke, no problem. Yang penting kamu selamat.” Ucapku dengan senyuman.“Mana-bayi-ku? Dia ... lel

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   44. JIWA YANG TERGUNCANG

    JIWA YANG TERGUNCANGPOV FAJAR“Meninggal? Jangan becanda dek.” Miranti mengguncang pundak yusuf dengan keras. Wajahnya yang semula bersinar berubah menjadi mendung. Kelopak mata mulai mengembun. Perlahan buliran bening saling berkejaran, keluar dari kelopak mata indah itu. Menggambarkan kesedihan yang luar biasa.Kutarik lengan yusuf untuk menjauhkan dari Miranti. “Mir, sabar dulu ....”“Apa yang kalian sembunyikan dariku?!” Miranti menunjuk ke arahku dan juga putra-putranya.Miranti beranjak dari ranjang dan mendekat ke arah umar dan amir.“Amir, umar, kenapa kalian diam saja? Jawab pertanyaan mamah?!” Miranti mengguncang bahu kedua putra yang terus menundukkan kepala, dengan keras.“Umar, bawa adik-adikmu keluar.” Perintahku kepada anak-anak Miranti.“Baik, Om.” Jawab Umar.“Jangan ada satupu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   45. FAJAR MEMBERI MOTIVASI

    FAJAR MEMBERI MOTIVASI“Aku sudah kehiangan anakku. Aku sudah kalah dari Arya. Mereka sudah berhasil membuat hidupku hancur. Bayi itu seharusnya bersamaku. Kenapa Engkau mengambil kebahagiaanku ya Tuhan.” Miranti memukul ranjang. Tangisnya makin menjadi.“Jangan pernah menyalahkan Tuhan. Tidak baik. Lo tidak kalah. Bahkan sudah jadi pemenangnya. Seandainya lo menyaksikan apa yang di lakukan oleh Amir dan umar, Lo pasti akan bangga pada mereka. Dengan gagah berani keduanya melawan orang-orang yang menganiaya dan berusaha mengubur lo hidup-hidup. Umar membalas seluruh perbuatan yang mereka lakukan padalo.” Aku tersenyum penuh kebahagiaan.“Oh ya? Apa mereka memukuli papahnya?” Miranti menatap wajahku dengan tegang. Terlihat ada sebuah kekhawatiran dalam ucapannya.“Tidak. Lo berhasil mendidik mereka dengan baik. Mereka tahu bagaimana caranya berbakti kepada orangtua. Karena itul

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   46. SALAH MENGARTIKAN RASA

    SALAH MENGARTIKAN RASAPOV MIRANTIHampir tiga minggu telah berlalu. Keadaanku mulai membaik. Walau masih sering terasa nyeri pada perutku, tapi aku mematuhi aturan dokter dan rutin meminum obat, hingga membuatku cepat pulih. Rasanya sudah lama tidak merelaksasi diri. Kudatangi salon langganan untuk treatment wajah dan rambut. Sambil berusaha melupakan sejenak beban yang berada di pundak. Menikmati pijatan dari terapis membuat tubuh segar dan pikiranku menjadi tenang. Kembali menikmati indahnya dunia.Setelah beberapa jam, treatment sudah selesai. Kini wajahku semakin cerah. Sentuhan make up dan tatanan rambut dari tangan terampil membuat aku mengagumi wajah sendiri. Rasanya tak percaya ternyata wajahku bisa secantik ini. Aku merasa usia hampir sama dengan istri muda Arya. Aku tak kalah cantik darinya.Inilah kebodohanku. Kalau saja aku selalu berdandan secantik ini, pasti suamiku takkan mencari wanita l

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   47. RASA YANG DATANG TERLAMBAT

    47.. RASA YANG DATANG TERLAMBATPOV MIRANTIMataku mulai memanas Tak kubiarkan airmata ini menetes di hadapan mereka.“Fajar, apa maksud perkataan wanita itu?”“Biar aku yang jawab. Sebentar lagi kami akan bertunangan dan segera menikah. Kau lihatlah ini!” wanita itu melempar sebuah kartu undangan yang hampir mengenai wajahku. Untung saja aku memiringkan wajahku sedikit. Kalau tidak, undangan yang cukup tebal itu pasti melukai wajahku.Undangan berwarna merah marun dengan dilapisi warna emas pada sisinya terkesan sangat mewah dan elegan. Jenis dan warna sama yang pernah kupilih saat aku hampir menikah dengan fajar dulu. Kenapa sekarang kartu undangan itu sama persis.“Siapa yang memilih undangan itu?” tanyaku tanpa mengalihkan pandangan dari undangan yang tergeletak di lantai.“Kenapa kau tanyakan itu?! Apa pentingnya untukmu?!” tanya perempuan itu denga

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   48. KURELAKAN KEBAHAGIAANMU

    48. KURELAKAN KEBAHAGIAANMUPov miranti“Apa kau sedang berbohong?”“Aku tidak berbohong. Cintaku kepadamu tak pernah padam, bahkan hingga saat ini. Saat kau menderita bersama Arya, aku bahkan tak rela untuk membahagiakan diriku sendiri. Aku tak ingin menikah seumur hidupku. Dan wanita yang pernah singgah dalam kehidupanku, adalah pelarian untuk melupakanmu. Tapi sangat sulit untuk melupakan dirimu, Miranti. Dan kini, di saat aku akan menikah, cintamu kembali hadir. Dan itu simalakama untukku.”Aku menundukkan kepala. Terasa ikut larut dalam perasaannya. Pasti sangatlah sulit. Benar sekali ucapannya, aku sudah datang di waktu yang tak tepat. Saat kebahagiaan sudah di depan mata, aku malah menghancurkannya.Kuhapus airmata dan menenangkan hatiku. Fajar tak harus memilih, karena hanya ada satu pilihan. Aku bukan siapa-siapa dan tak layak bersanding dengannya. Kuputuskan untuk berpura-pura tak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17

Bab terbaru

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   9O. HIDUP DAMAI

    9O. HIDUP DAMAIMIRANTI“Sayang, kenapa berhenti?” aku bertanya kepada suamiku saat menghentikan mobil secara mendadak.‘Itu di depan banyak kerumunan orang. Mobil tidak bisa lewat. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Itu ada mobil polisi.” Jawab suamiku sembari menunjuk mobil polisi yang terparkir tak jauh dari hadapan..“Iya.” Aku melihat ke arah depan. Ternyata fajar menghentikan mobil tak jauh dari gedung tua yang menyebabkan trauma pada diriku. Dimana aku hampir saja kehilangan kehormatan dan juga kehilangan orang-orang yang aku sayangi. Semua ini gara-gara Handoyo dan Stefani. Kemana aku harus mencari perempuan hina itu untuk membalas dendam kepadanya.“Maaf numpang tanya, pak. Ada apa ya, kok kelihatannya ramai sekali. Apa ada kecelakaan?” tanya fajar kepada salah satu orang yang berlalu lalang.“Ada korban pembunuhan. Korbannya perempuan. Katanya korban pemerkosaan la

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   89. KEMATIAN TRAGIS STEFANI

    KEMATIAN TRAGIS STEFANIMIRANTIPalu hakim sudah di ketuk. Hukuman untuk putra sulungku sudah ditentukan. Meremas dada yang terasa sesak. Tubuh terasa lemas. Sepuluh tahun bukan waktu yang pendek. Umar akan menghabiskan masa mudanya di dalam penjara.Aku sangat menyesal. Semua terjadi karena aku yang tak bisa mengendalikan emosi. Kalau saja saat itu aku menuruti apa kata suamiku untuk tidak bertindak gegabah, mungkin saat ini aku masih bisa memeluk putraku setiap detik.Fajar beserta tim sudah mengusahakan secara maksimal. Namun kasus yang menimpa putraku tidak ringan. Keluarga Handoyo juga menuntut keadilan. Seandainya saja waktu bisa di putar, aku ingin melihat Handoyo yang duduk di kursi pesakitan. Rasanya bagai mimpi ketika melihat anakkulah yang duduk di sana. Dada terasa bagai di himpit batu besar. Sesak dan sakit tak terkira.“Yang sabar, Mir.” Fajar memelukku erat. Kutumpahkan segala kesedihan pada dadany

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   88. KEMATIAN HANDOYO

    KEMATIAN HANDOYOSeorang wanita yang sangat kubenci menghadang langkah. Dia bertepuk tangan dengan suka cita di hadapan.“Kasihan sekali, kamu Miranti. Kau harus kehilangan dua orang yang sangat kau sayangi.”Stefani. Wanita itu benar-benar membuatku kesal.Plaak. Satu tamparan mengenai rahangnya. Plaak, satu tamparan lagi kembali kuhadiahkan kepada stefani. Menjambak rambutnya dengan keras hingga kepalanya terangkat dan meludahi wajahnya.“Lakukan apa yang membuatmu senang. Setidaknya, akulah pemenangnya. Akulah yang melempar batu hingga mengenai tangan Arya dan membuatnya terjatuh. Aku juga yang sudah merencanakan untuk menodaimu beramai-ramai. Itulah sederet dosa yang sangat membuatku bahagia. Walaupun kau berhasil lolos dari berandalan itu, aku tetap puas karena kematian Arya dan anakmu!”“Jadi kau yang melakukannya?!”“Iya! Ha ... ha ... ha ....”Bugg.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   87. KEMATIAN ARYA DAN YUSUF

    KEMATIAN ARYA DAN YUSUF“Pergi kalian atau aku habisi anak ini!” terdengar suara Handoyo dengan nada mengancam dibarengi oleh suara tangisan Yusuf. Serentak kami menoleh dan terkejut melihat Handoyo yang sedang menyandera Yusuf dengan belati di leher. Ayah juga berdiri dengan nafas naik turun tak jauh dari Handoyo. Sepertinya, Ayah baru saja mengejar musuh bebuyutannya itu. Saat posisi terdesak, Handoyo menyandera putraku.“Lepaskan putraku, handoyo! Aku berniat untuk mendekat, tapi Fajar memegangi lenganku.“Jangan gegabah, Mir. Kau bisa membahayakan nyawa Yusuf!” Fajar memegangi tubuhku dengan erat. Aku berusaha melepaskan diri, tapi sayangnya tenagaku kalah kuat dari suamiku.“Lepaskan cucuku Handoyo! Atau kau akan ....”“Akan apa?! Kau akan membunuhku?! Kau bisa lakukan itu setelah kematian cucumu ini!” Handoyo menekan leher Yusuf dengan keras hingga putraku itu menan

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   86. UMAR SALAH PAHAM

    UMAR SALAH PAHAM“Yusuf? Dia tadi bersama Arya.” Jawabku sembari menyapu pandangan di seluruh ruangan. Namun tak nampak keduanya. Kemana para penjahat itu membawa mereka.“Arya! Teganya dia menculik darah dagingnya sendiri! Awas akan aku habisi kau!” Fajar mengepalkan tangannya. Matanya memerah dan memancarkan amarah yang membara. Dia pasti mengira Arya yang sudah menculik yusuf. Aku tak boleh membiarkan kesalahpahaman ini.“Fajar. Arya tidak bersalah. Dia tidak menculik Yusuf. Justru dia malah membantuku.”“Diam Mir! Jangan membela manatn suamimu itu! Sudah jelas dia yang bersalah dengan mengumpankan darah dagingnya sendiri tanpa memikirkan dampaknya!”“Fajar aku tidak bohong. Arya memang ....”“Cukup Mir! Ayo aku akan membawamu kepada ayahmu. Setelah itu aku akan mencari Yusuf. Kau pulanglah bersama ayahmu!”‘Tidak, fajar aku....&rd

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   85. BANTUAN DATANG

    BANTUAN DATANG“Jadi ini wanita yang akan membuat kami senang, Tuan?”‘Iya. Kalian aku bayar mahal untuk bersenang-senang. Bagaimana, aku orang yang sangat baik’kan?”“Sangat baik ha ... ha ....”“Dia bahkan masih menggunakan gaun pengantin yang sangat sexy. Bagian dadanya yang sedikit menyembul sangat menggiurkan. Membuatku segera ingin menyentuhnya. Ha ... ha ....”“Suaminya pasti akan menangis darah setelah melihat malam pertama istrinya bukan bersamanya, melainkan dengan kami bersepuluh. Ha ... ha ....”“Itu yang kuinginkan. Kalau kalian bisa melakukan tugas dengan baik dan memastikan suami dari wanita itu akan menangis darah, aku akan memberikan bonus untuk kalian ha ... ha ....”Aku berusaha menutup kedua telinga. Namun tetap saja percakapan mereka yang sangat mengerikan terdengar oleh kupingku hingga membuat tubuh menggigil. Wa

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   84. BANTUAN ARYA

    BANTUAN ARYA“Aw.” Aku mengaduh saat tanpa sengaja menendang sesuatu yang membuat lutut sakit. Pada saat masih kesakitan sembari memegangi lutut, tiba-tiba ada yang menarik kayu di tangan dengan keras hingga membuatku kembali mengaduh.“Aw. Sakit.”“Miranti?! Benar itu dirimu?!”Aku menegakkan kepala. Arya sudah mengetahui keberadaanku. Gigi gemerutuk menahan amarah melihat pria yang tak pantas menyandang sebutan ayah. Tak mungkin hanya berdiam diri. Arya harus merasakan akibat dari perbuatannya.Mundur beberapa langkah sembari tangan menggapai apapun yang bisa kujadikan alat untuk melindungi diri.Krompyang. Suara benda yang berjatuhan saat tanganku berusaha menggapai sesuatu yang ada di sana. Sialnya aku tak tahu kalau di belakang terdapat banyak tumpukan benda. Tempat yang begitu gelap, benar-benar membuatku kesulitan.“Miranti! Kau tidak apa-apa’kan? hati-hati

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   83. MASUK KANDANG MACAN

    masuk kandang macanARYAPlaak. Satu tamparan keras mendarat di pipi saat aku memohon untuk membatalkan rencana jahat Handoyo. Aku bahkan sudah berusaha merendahkan diri dengan mencium kaki Handoyo dan juga istriku. Kalau saja bukan karena keselamatan putraku dan mantan istri yang pernah kusakiti, aku tak sudi untuk mencium kaki manusia tak berperasaan dan juga istri yang tak punya harga diri. Menyesal aku sudah meninggalkan istri sebaik Miranti.“Asal kau tahu, Arya. Aku juga sudah muak denganmu! Kau sudah tidak aku butuhkan lagi! Kini balas dendamku akan terbalaskan. Saat anak dari musuh terbesar sudah berada di genggaman, kau akan kuhabisi setelah mereka! Tapi terlebih dahulu, kau harus menyaksikan penderitaan anak dan mantan istrimu! Mereka semua akan aku habisi di depan matamu! Ha ... ha ....” Handoyo menendang tubuhku. Rasa sakit di sekujur tubuh berusaha kutahan, aku harus tetap memohon kepada iblis yang ada di hadapan.

  • MEMBALAS SUAMI DAN MADUKU   82. KENA JEBAKAN

    KENA JEBAKAN“Kejutan.”Tiba-tiba aku dikejutkan oleh mamah, ibu, ayah mertua dan juga anak-anak Miranti. Mereka muncul dari arah dapur.“Apa-apaan sih. Gak lucu tahu’gak” sungutku.“Hey anak nakal. Jangan begitu. Yang sopan sama orangtua!” mamah menjewer kuping hingga aku mengaduh kesakitan.“Lepasin. Mamah nih bikin malu aja.” Aku tak berani melepas tangan Mamah. Seperti inilah kebiasaannya. Mungkin dalam pikirannya aku ini masih bocah ingusan yang suka pipis di celana. Huch. Menyebalkan.“Aku sekarang’kan sudah jadi ayah. Malu sama mereka.” Bisikku di telinga mamah.Wanita yang melahirkanku tersenyum mengejek, lalu mengacak rambutku. Untungnya tanpa harus memintanya lagi, tangannya kini berpindah ke pundak dan mengelus dengan lembut.“Mamah bahagia kalian pulang tepat waktu.” Mengecup keninng dengan lembut. Terlu

DMCA.com Protection Status