VOTE YA
Pangeran Albany benar-benar menutup aksi ciumannya dengan buket bungan mawar merah muda yang tadi dia bawa untuk Jeny. Perbuatan mereka terlihat seperti pasangan yang sangat manis, dua orang pemuda yang sedang saling bertukar lumatan bibir tanpa saling keberatan.Jeny membiarkan Pangeran Albany memanguti bibirnya, saling menyambut lumatan, bertukar rasa dari sapuan lembut ujung lidah mereka yang terus saling mengais tanpa anda yang mau kalah saing. Bibir Jeny terasa lembut, manis, dan berani terbuka, sedang Pangeran Albany tipe yang pandai bereksplorasi untuk mendapatkan sebanyak mungkin dari hasil perburuannya di bibir wanita. Terakhir Pangeran Albany mengulum lidah Jeny untuk dia hisap."Bagaimana?" tanya Pangeran Albany setelah ciuman mereka usai dengan bibir masih sama-sam lembab bekas bercampur lumatan."Lumayan!" enteng Jeny seolah memang cuma biasa saja tanpa kesan apa-apa."Hanya lumayan?""Empat dari sepuluh!" Jeny langsung memberi nilai tanpa basa-basi.Pangeran Albany sudah
"0h, lihat pertambahan followers-ku dalam dua hari!"Jeny menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Pangeran Albany yang sedang berjalan di sampingnya."Ternyata berkencan dengan Pangeran Tampan cukup menguntungkan!" canda Jeny yang semakin girang karena misinya kali ini juga membuatnya makin populer."Kau masih boleh belanja lagi, akan kutemani seharian."Jeny sedang menghabiskan waktu utuk berbelanja berbagai barang yang harganya tidak masuk akal dan tidak lupa untuk langsung memposting foto kebersamaannya seharian itu dengan Pangeran Albany. Mereka berakting layaknya sepasang kekasih yang sedang saling tergila-gila. Pangeran Albany akan membayar apapun yang Jeny tunjuk dangan ujung jari cantiknya yang berwarna chery. Walaupun Jeny bisa membeli sendiri tapi Pangeran Albany memang sedang bersikeras untuk membayar semua yang dia mau."Kemari, aku ingin berfoto di sini!" Jeny menarik Pangeran Albany untuk berfoto di depan mobil sport keluaran terbaru yang masih belum resmi launching."Ak
[Aku ingin bertemu]Putri Kalifa sangat terkejutnya ketika akhirnya mendapatkan balasan pesan dari Serkan. Apa lagi Serkan mengirim pesannya di tengah malam. Pria yang masih terjaga di tengah malam dan ingin bertemu dengannya menjadi komposisi sangat indah untuk dibayangkan.[Terima kasih Yang Mulya, besok saya akan segera datang ke istana][Aku ingin kita hanya bertemu berdua, nanti tempat aku tentukan]Putri Kalifa makin terkejut, bisa di ajak bertemu saja rasanya sudah seperti mimpi apa lagi mereka hanya akan bertemu berdua. Kalifa sudah menyukai Serkan sejak masih anak-anak dan pri tampan itu tidak pernah perduli padanya.Serkan mengirim alamat sebuah hotel berbintang dengan restoran privat yang terkenal ekslusif dalam menjaga privasi tamu-tamunya.[Ingat, jangan bawa siapapun][Baik Yang Mulya]Serkan merasa harus mencari tahu sendiri jika memang keluarga ibunya yang terlibat. Karena jika memang benar ibu dan pamannya yang telah bersekongkol dalam kejahatan maka pasti Serkan juga
Hari sampai kembali pagi tapi Anelies masih terbangun seorang diri, dia meraba tempat tidur di sampingnya yang masih kosong dan dingin. Dulu sebelum Anelies tahu rasanya mencintai seseorang dia tidak pernah menyangka jika akan memiliki sakit hati seperti ini. Setelah mandi dengan berendam sebentar Anelies segera pergi kekamar bayinya untuk menyusui. Dua bayi yang semakin montok itu langsung ingin berebut untuk menyusu begitu merasakan kehadiran ibunya. Sampai sekarang Anelies masih sering takjup dengan keajaiban yang telah dia dapatkan.Anelies dibantu oleh seorang pelayan untuk membopong bayinya satu persatu. Karena masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu, Anelies selalu terlihat kikuk, belum bisa seperti ibu yang lugas, tapi dia tetap ibu muda yang luar biasa dan mencintai anak-anaknya.Kedua bayi Anelies sangat mirip Serkan dengan netra biru kehijauan identik. Tatapannya polos tanpa dosa, seketika menghangatkan dada Anelies yang sedang bergemuruh untuk kembali mereda. Anelies
Jika Anelies bercerita pada Bibi Hulya atau Mara, mungkin dia akan mendapatkan pelukan hangat sebagai dukungan, tapi karena teman berceritanya kali ini adalah Jeny maka jangan harap demikian. Jeny baru keluar dari kamar mandi, masih memakai jubah handuk dan rambutnya diikat asal sekenanya saat Anelies sudah tidak sabar untuk mengajaknya duduk."Suamiku belum kembali.""Oh!" Jeny menatap sedih sebentar kemudian pangkal alisnya bertaut saling mendekat. "Laki-laki sepertinya memang tidak ada yang bisa dipercaya!"Jeny juga langsung berdiri dan berkacak pinggang. "Kau masih muda, cantik, dan punya banyak keluarga yang mencintaimu, jangan mau bersedih untuk laki-laki yang suka berbohong!"Cara Jeny berpikir dan mengatasi masalah sepertinya memang sangat berbeda dengan Anelies. Pastinya Jeny tidak akan paham berada di posisi Anelies."Yang Mulya Serkan adalah suamiku, dan ayah dari anak-anakku, aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja."Jeny cuma langsung terlihat mengetuk-ngetukkan ujung j
NOTE: YANG PUASA BACANYA MALAM AJA YA "Yang Mulya ..." Anelies panik karena benar-benar ditelanjangi di kamar bayi. "Oh!" Anelies tergelak ketika kulit lehernya langsung dihisap. "Aku belum bisa yang Mulya ..." Anelies mengingatkan. "Ya, aku tahu." Serkan juga menghitung dengan teliti. Masih tiga hari lagi sampai Anelies kembali bisa diajak bersetubuh. Serkan masih berpakaian lengkap ketika merangkak naik ke atas tubuh wanitanya untuk dia tekuni. Anelies memang hanya dicumbu, tapi seharusnya dia tidak mau. Serkan mencium, menghisap, dan membuai tubuh Anelies dimana-mana sepertinya lelaki itu juga sudah tidak tahan. Hisapannya berkembang panas, napasnya kasar memburu. Serkan mengeluarkan miliknya untuk disentuhkan, cuma bermain di permukaan tapi Aneleis cemas karena tahu akan tetap kalah. "Yang Mulya ..." Anelies terus merintih. "Aku tidak akan melakukan penetrasi." Serkan mendesak-desakkan pinggul maskulinnya dengan dorongan makin bertenaga. Serkan melakukan semua itu masih de
Begitu tahu Anelis tidak bisa ikut, Jeny segera mencari-cari alasan untuk membatalkan janjinya bersama Pangeran Albany. Padahal sebelumnya Jeny sendiri yang mendesak ingin bertemu. Ketika tiba-tiba Jeny membatalkan janji dengan mendadak, tentunya Pangeran Albany juga tidak akan percaya begitu saja."Yang Mulya Serkan tidak memberiku ijin untuk keluar karena mereka sedang berlibur.""Kau keluar denganku, bukan dengan penculik!" Pangeran Albany terus bersikeras. "Aku bisa menjemputmu!""Tidak, aku tidak boleh keluar sampai mereka kembali atau papaku yang akan menjemput pulang.""Berapa umurmu sekarang?" Albany jadi heran dengan alasan Jeny yang terdengar mengada-ada karena dia bukan anak-anak lagi."Sungguh aku tidak bisa, lain kali saja kita atur janjinya!" Jeny langsung menutup teleponnya untuk kabur dari perdebatan.Pangeran Albany yang tidak terima langsung menelpon balik. Sekali, Jeny tolak, dua kali tetap Jeny tolak, sampai tiga kali langsung Jeny mematikan daya ponselnya agar tida
Ketika Jeny terbangun oleh suara dentingan cangkir, Pangeran Albany sudah tidak ada, hanya Sarah yang sedang mengaduk madu dalam teh yang baru dia sedu."Anda sudah bangun?""Oh, maaf aku tertidur." Jeny masih agak linglung."Saya buatkan teh hangat agar kembali segar."Aroma tehnya sangat harum, Jeny sama sekali tidak menaruh curiga jika tadi Pangeran Albany sudah mengunjunginya. Jeny menyesap tehnya sedikit, rasanya hangat berenergi untuk ikut membuka pori-pori."Aku mau berendam."Jeny lanjut berendam, tubuhnya gak licin dari sisa minyak aroma terapi. Jeny juga tidak lupa untuk memeriksa ponselnya, tidak ada yang aneh dari benda itu. Jeny membaca beberapa pesan terakhir yang dikirim Pangeran Albany kepada Tuan Jalal. Sama sekali bukan informasi penting, jadi langsung Jeny abaikan tanpa menaruh curiga.****Anelies meringkuk rapuh dalam dekapan suaminya yang baru berhasil mereda dari kemarahan serta ledakan hasratnya. Rasanya seperti baru disiksa, Anelies berdenyut-denyut agak perih
240 MIA RINDUSatu Minggu setelah semua orang pergi meninggalkan rumah peternakan, Mia masih terlihat murung, belum memiliki aktifitas lain kecuali berdiam diri di dalam kamar. Mia sering menangis sampai pagi tanpa sedetikpun memejamkan mata.Sungguh Mia sangat rindu tapi tidak tahu harus mencari Zontus kemana. Patah hati karena ditinggalkan selamanya ternyata jauh lebih menyakitkan dari pada sakit hati karena cemburu dan pertengkaran. Ketika hanya sekedar bertengkar, paling tidak Mia masih memiliki kesempatan untuk melihat Zontus kembali. Sekarang Mia sudah tidak bisa dan tidak tahu harus menahan rindunya sampai kapan.Mia semakin sedih karena satu buah kenangan foto pun dia tidak punya. Kadang Mia juga sangat takut bagaimana jika nanti dia lupa dan semua ingatannya tentang Zontus menghilang seolah mereka memang tidak pernah ada. Mia benar-benar bisa gila jika terus seperti ini."Mia apa kau sudah bangun?" Suara Mara mengetuk pintu kamar Mia dari luar."Masuklah, Mom."Begitu mendeng
BAB 239 KEKHAWATIRAN SEMUA ORANGMia bukan cuma telah kehilangan Zontus, dia juga baru tahu jika Helena adalah ibunya. Tapi dari semua kepedihannya, Mia paling sedih karena dia dan Zontus berpisah dalam kondisi sedang marah, bahkan Mia mengusirnya pergi.Sebuah kesalahan pahaman yang pastinya juga sulit untuk Zontus jelaskan dalam kondisi seperti kemarin. Zontus bersikeras tetap pergi karena Helena memang harus dia selamatkan. Sekarang mereka berdua sudah sama-sama tidak ada, Zontus pergi menyusul Helena.Penyesalan memang sering kali datang terlambat. Sekarang Zontus benar-benar pergi dan rasanya Mia ingin gila. Sejak kemarin Mia hanya duduk di balkon kamar, diam melihat jauh ke garis hutan tanpa mau berkumpul dengan keluarga yang lain. Keluarga Mia sedang berkumpul, bahkan Kai juga kembali datang bersama istri serta anak-anaknya untuk Mia."Semua akan berlalu dia akan baik-baik saja." Emillie berusaha menenangkan ibunya meski sebenarnya dua juga khawatir dengan kondisi Mia. "Mia
238 KEPERGIAN ZONTUSSetelah suara retakan kubah magma disusul ledakan dahsyat, elang api keluar dari puncak gunung dengan langsung merentangkan sayap lebar. Tiap helai dari bulu elang raksasa itu berkobar jingga, wujudnya benar-benar mengagumkan. Gerald terus berdiri takjup karena tidak menyangka dirinya bakal menjadi saksi dari kebebasan elang api yang telah ribuan tahun bersemayam dalam belenggu. Elang api sudah terbebas, dia terbang lenyap ke angkasa. Saat itu juga Gerald langsung berlutut untuk pengorbanan rajanya. Gerald terus berlutut hingga gemuruh di pungcak gunung api itu kembali mereda tapi jantung Gerald tetap berdebar kencang.Sungguh Gerald juga masih gemetar melihat pengorbanan Zontus untuk meraka semua. Meski Gerald tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Tapi Zontus telah pergi membawa semua benda milik raja negeri Utara bersama tubuhnya, pedang perak, belati, permata bahkan darah milik raja tertua mereka.Setelah cukup tenang dan yakin semuanya telah usai, Ge
BAB 237 KING IN THE NORTH Sejak awal sudah benar tindakan Zontus dengan membekukan Latuza agar tidak mengacau, tapi dengan iseng Lana yang nakal justru membangunkannya. Kali ini giliran Gerald yang kembali mengacau karena tidak mau mendengarkan peringata Zontus untuk berheti ikut campur. Helena yang sudah berahasil lolos dari Latuza terpaksa harus ikut bertarung demi untuk menyeamatkan keturunannya.Mustahil jika Zontus tidak murka, peringatannya telah di abaikan dan sekarang tetap Zontus juga yang harus bertanggung jawab menyelesaikan semuanya segera. Zontus tidak memiliki pilihan lagi setelah melihayat Helena juga telah berkorban."Kalian telah mengacaukan segalanya!" Setelah berteriak lantang Zontus juga langsung melesat pergi dengan murka."Kupikir dia akan melenyapkan kita!" Theo yang bicara disisa atmosfer yang masih beku mencekamGerald juga masih syok karena dia pikir Zontus akan melenyapkan mereka bertiga, tapi ternyata tidak. Gerald, Jared, dan Theo sama-sama masih berd
BAB 236 AKHIR PERTARUNGANDalam kondisi panik terdesak, Latuza langsung melesat ke arah Jared berdiri seorang diri tanpa senjata dan tanpa perlindungan. Meskipun Jared seorang mutan tapi dia tetap bukan lawan sepadan untuk Latuza yang memiliki kemampuan sihir hebat. Haya dengan tatapan mata saja, Jared seketika lupa cara untuk lari dan bergerak. Jared tetap berdiri seperti orang linglung ketika Latuza mendatanginya dengan sangat cepat tidak terduga."Jared!" Gerald berteriak lantang, tapi seperinya dia sudah terlambat.Latuza sengaja menyerang jared untuk mengalihkan perhatian Gerald sekaligus membalas kelancangan musuh-musuhnya. Jared sama sekli tidak menghindar dari serangan Latuza. Tepat ketika Latuza ingin menelan kepala Jared dengan mulut terbuka lebar, tiba-tiba sebuah gelombang tidak kasat mata menerjang tubuh Jared sampai terpental jauh."Wanita terkutuk!" Latuza berteriak melengking pada penyihir berambut merah yang tibatiba sudah berdiri di hadapannya.Jared yang baru terpe
BAB 235 BEKERJA SAMA MENJEBAK LATUZAAnelies dan Emillie sedang duduk di balkon istana membicarakan buku tua Brandon Lington yang masih hilang."Ternyata buku itu berisi kumpulan ramuan sihir yang sangat kuno." Emillie memberitahu Anelies. "Papa yakin, dalam buku itu juga terdapat ramuan sihir yang dapat membebaskan kami dari darah immortal."Anelies jadi membayangkan jika Emillie, Gerald, dan putri mereka bisa mendapatkan kehidupan normal."Sayangnya buku itu hilang." Anelies ikut menyesal. "Seandainya aku bisa melihat siapa yang mengambilnya.""Gerald mencurigai Latuza, karena itu juga sekarang papa dan Gerald sedang bekerja sama memburunya."Pangeran Husain yang diam-diam mendengar pembicaraan mereka tidak berani bicara meskipun dia tahu, buku tersebut sudah dibakar oleh Zontus. Zontus beralasan jika buku tua itu adalah benda terkutuk, harus dimusnahkan, agar tidak kembali menciptakan bencana. Sebenarnya Husain juga tidak mengerti dengan semua tindakan Zontus yang sulit diprediksi.
BAB 234 SEMAKIN DEKATBegitu melihat Lana yang duduk membeku di lantai, Mia langsung sadar siapa pelakunya, karena memang cuma Zontus yang dapat membekukan mahluk apapun yang dia mau."Zontus!" Mia berpaling cepat untuk melihat ke sekeliling kamar.Zontus terlihat sudah berdiri di ambang pintu balkon kamar. Seketika dada Mia berdebar hangat, meledakkan kelegaan luarbiasa meski mahluk yang tidak tahu sudah sangat dia rindukan itu sama sekali tidak memiliki ekspresi menyenangkan.Zontus tetap kaku, dingin dan suka semaunya sendiri. Mia juga masih belum mengerti kenapa dia bisa memiliki persaan berdebar pada mahluk seperti Zontus. Yang Mia tahu, merindukan seseorang tanpa kabar ternyata sangat tidak enak. Mia sudah tidak tahan, dia langsung berlari memeluk Zontus lebih dulu. "Jangan membuatku rindu!" Mia menenggelamkan wajah ke dada hangat Zontus untuk dia hirup dalam-dalam."Jangan membuatku marah!" Zontus balas memeluk erat."Jangan membuatku cemburu!" Kali ini Mia mendongak pada le
BAB 233 RINDU“Aku lapar …!”Seketika Jared langsung menginjak rem mobilnya dan kembali terdengar suara benturan dari punggung jok paling belakang.“Ao!” Kepala Lalan terbentur dan terpental dua kali “Ao!”“Apa yang kau lakukan di situ?” Jared menemukan Lana masih meringkuk di bagasi.“Aku ketiduran.” Lana beralasan.“Harusnya kau tidur di kamar, bukan di sini!” Jared tidak tahan untuk tidka melotot. “Aku mau ikut …” Lana merengek manja.“Kau tidak boleh ikut!” Jared tidak pernah membentak anakanak tapi kali ini pengecualian. “Jangan telpon papaku …!” Bahkan Lana tahu bila Jared akan melapor pada Gerald. Jared tidak mendengarkan rengekan Lana, saat itu juga dia langsung menelpon Gerald.“Hwaaaaa ….!!!” Lana menagis kencang. “Aku maua ikut! Hwaaaaa….!!!”*******Mia sudah berguling ke kiri, berguling lagi ke kanan tapi tetap tidak bisa tidur. Padahal kalau dihitung baru empat hari Zontus pergi, tapi rasanya sudah seperti tujuh abad bagi Mia yang menunggu tanpa kabar. Mia kembali men
BAB 232 MEMBURU LATUZALatuza berhasil kabur dari kejaran bocah immortal nakal. Tapi seandainya Lana tidak sambil keberatan memanggul batang pohon besar, mungkin bocah lincah itu bakal lebih cepat dari pada ular wanita berekor panjang. Akhirnya Lana pulang kerumah dengan kesal dan sekujur tubuhnya belepotan hitam bekas jelanga.Jared terpaksa membersihkan tubuh kotor Lana dengan selang air di halaman. Jared sama sekali tidak tahu jika Lana baru berkelahi dan mengejar ular wanita di tengah huta."Dengar, kau tidak boleh mencuri korek api dari kantong Paman Gerik lagi!" Jared mengosok pipi hitam Lana sambil terus dia beri banyak peringatan. "Tidak boleh asal membakar daun kering!""Aku sudah meniup apinya sampai padam." Lana tidak memberitahu jika yang dia bakar bukan cuma sekedar daun kering, tapi satu batang pohon besar."Bermain api di musim panas sangat berbahaya, kau bisa benar-benar terbakar sampai tidak punya rambut dan bulu mata!" Jared menakut-nakuti Lana."Rambutku tidak bisa