Share

19 . Pai Su Cen

last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-01 09:25:39

"Beli tempe di warung bu Mariyah, Tempe di bungkus daun talas.

Janganlah suka menyerah, karena sukses bukan milik si pemalas."

******

Fangying juga Wong Li Yue memutuskan untuk menginap di rumah Buntario untuk sementara waktu. Kehidupan yang sangat berbeda dari apa yang dia terima selama ini. Rumah sederhana milik orangtua Buntario memang sangat jauh dengan Rumah besar bak istana milik kakek Wei Jun yang lengkap dan mewah fasilitasnya. Mau mandi tinggal menyalakankran air maka air hangat pun bisa langsung sampai ke kulit. Suhu udara panas tinggal menekan tanda minus pada remote AC maka ruangan seketika menjadi sejuk, makanan berbagai jenis sudah tersedia tanpa harus ikut berkotor-kotor kepasar.

Tak perlu menimba air disumur ketika ingin mandi, tak perlu kipas bambu untuk membuat tubuh sejuk. Tapi semua kesederhanaan itu di nikmati Fangying dengan senang hati.

Selama tinggal di desa ini Fangying mu

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   20 . Namaku Fai Mo

    "Kata sebagian orang, apalah arti sebuah nama.Tapi bagi sebagian lagi nama sangat penting sebagai pengenalan jati diri dari sebuah ambisi. Tanpa nama siapa yang mengenal kita." **** Bangun sebelum muadzin sholat subuh mengumandangkan adzan mulai dijalani Fangying juga Wong Li Yue yang setia mengikutinya. Dengan berboncengan sepeda keduanya pergi ke rumah mbah Wagiyem di desa Bendosari dari rumah ibunya Buntario di desa Bakulan. Suasana pagi yang bersahaja dengan udara yang dingin tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar dan menata masa depan. Tak akan surut langkah kebelakang bila sudah ditetapkan untuk kedepan, begitulah tekad Fangying. Dan seperti kata Karsan, mbah Wagiyem sangat telaten juga ramah dan tak pelit berbagi ilmu. Wanita tua itu selain membagi ilmu membuat tempe juga membagi pengalamannya dulu semasa muda. "Anak muda sekarang itu enak. Semua fasilitas ada dan tidak takut kalau mau kemana-mana. Mau s

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-02
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   21 . Kedelai Bukan Keledai

    "Tidak ada satu usaha pun yang tak memiliki hasil. Hanya seorang pemalas saja yang mengatakan setiap usaha itu hanya sia-sia karena dia tak pernah mengerjakannya."*********Hidup sederhana di desa, dengan peralatan yang apa adanya dijalani Wei Fangying yang sekarang memiliki nama baru pemberian simbok angkatnya yaitu Fai Mo. Jauh memang dari nama aslinya, tapi Fai Mo sangat menyukai nama pemberian dari orang-orang yang menerimanya dengan tulus. Mereka tak ada yang menanyakan asal usul keluarganya, tak juga bertanya status sosialnya. Mereka menerima Fai Mo dengan mereka yang terbuka lebar.Mengawali kehidupan penuh perjuangan membuat Fai Mo semakin menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu terlena dengan kehidupan serba ada ala keluarga Wei yang terkenal sebagai pengusaha sangat sukses.Dan dirinya sangat bersyukur memiliki seorang kakek Wei Jun yang sangat tegas dalam mendidiknya. Sejak kecil sang kakek kerab memintanya untuk men

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   22 . Sherly

    "Teman sejati itu akan selalu ada di hati bukan saja selalu ada di sisi. Tak pernah pergi walau disuruh pergi, tetap memberi tanpa pernah harap kembali."*******Sabtu ini Fai Mo beserta ketiga temennya berencana mengunjungi Sherly di Sumber Manjing, Malang. Memenuhi undangan wanita itu dalam tasyakuran anaknya yang baru saja di khitan.Dengan meminjam mobil milik kang Tarno kakak iparnya Karsan mereka pun pergi ke Malang dan berencana akan menginap di rumah mas Andri, anak bapak pemilik warung makan di stasiun Kota Baru Malang."Mbak Sherly ini beneran janda, Mo?"tanya Karsan penuh rasa penasaran saat mendengar cerita tentang Sely dari Buntario dan Wong Lu Yue.Fai Mo jelas menggeleng menjawab pertanyaan Karsa sembari tetap fokus menyetir."Saya ndak tahu pastinya, tapi kalau dari ceritanya mbak Sherly sendiri sih statusnya janda anak satu.""Kira-kira, dia mau ndak ya sama saya?"Fai Mo mengangkat kedua bahu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-26
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   23 . Khitan

    "Bila sudah cinta tak perlu kau bertanya lagi apa alasannya kenapa saling cinta, karena cinta tak butuh sebuah alasan tapi dia butuh sebuah tindakan."******Fai Mo juga Buntario saling berpandangan seolah saling meminta pendapat atas permasalahan teman mereka ini. Sementara Karsan lebih tertarik dengan obrolan bisnis jamur merang dengan salah satu tetangga Sherly dan Wong Li Yue yang sudah bergerilya mengabsen menu jamuan tasyakuran ini."Apa hal ini sudah kamu bicarakan dengan Ardian?""Belum sih, Fai. Aku masih ragu.""Ragu kenapa? Soal status pernikahanmu?"Sherly mengangguk dan kembali berkata dengan lirih,"Iya, itu rasanya kok mengganjal sekali.""Setahu Aku, yo Mbak! Bila seorang pria sudah mencintai seorang wanita, dia tidak perduli dengan status apapun wanita itu. Dan Aku yakin, Ardian sudah memikirkan hal tersebut. Ada baiknya kamu bicarakan ini sama dia, biar enak ke depannya.""Bener itu, Aku setuju dengan pendapat

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-28
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   24 . Bercocok Tanam

    "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan tidak ada kesulitan tanpa adanya kemudahan. Karena Tuhan Maha Tahu akan apa yang terbaik untuk umatnya." ***** Wei Feng Ying alias Fai Mo semakin serius dengan usahanya untuk bisa menadiri dari bisnis di bidang kuliner yaitu membuat tempe. Jenis makanan yang sama sekali janggal ditelinga karena di negara asalnya, makanan ini tidak ada. Yang Fai Mo tahu hanya tauco, yaitu fermentasi kacang kedelai uang di gunakan untuk bahan campuran masakan. Dan Fai Mo yang merasa usianya semakin bertambah, dia pun berkeinginan untuk memiliki kekasih dan menikahinya satu hari nanti. Dan pilihannya jatuh pada Wulansari. Gadis berparas ayu dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Pertemuan mereka bermula pada saat Fai Mo mengantar pesanan tempe di salah satu warung makan yang ternyata milik budenya Wulan. Dari hanya saling pandang, dan berkat bantuan Buntario yang ternyata teman sekelas Wulan sewaktu SMP. Fai Mo b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-14
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   25 . Loss Doll

    "Hasil tidaklah membohongi atas usaha yang di keluarkan. Karena setiap usaha pasti mengharapkan hasil yang baik bukan sebaliknya."***Wei Fang Ying alias Fai Mo bertekad akan memajukan usahanya sendiri. Pria itu tak mengenal kata menyerah. Menempati rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, Fai Mo ditemani Buntario memulai hidupnya di kota Pahlawan Surabaya.Tetap membuat dan menjual tempe, Fai Mo memulai perjalanan hidupnya di kota besar ini. Memiliki tetangga yang sangat baik di kampung biluh membuat Fai Mo kerasan dan bisa membaur dengan mereka."Mas Fai Mo! besok saya pesan tempe yang bundar sepuluh ya!"pesan Bu Sulastri tetangga kampung sebelah yang menjadi pelanggan tetapnya."Wehh ...! lagi banyak pesanan kripik tempenya, ya Bu!"tanya Fai Mo seraya menurunkan tempe pesanan bu Sulastri yang memiliki usaha kripik tempe."Alhamdulillah! lancar, mas. Mereka suka kripik tempenya karena bahan bakunya sendiri juga sudah enak. Sampeyan p

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-16
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   26 . Rencana Jodoh Fai Mo

    Sejak lamarannya di tolak dan sejak dirinya memantapkan diri untuk mengadu nasib di Surabaya. Fai Mo tidak ada terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. Waktunya di habiskan untuk mencari uang melalui tempe buatannya. Dia ingin memiliki bisnis sendiri tanpa bayang-bayang bisnis keluarga Wei Jun yang sudah membesarkannya selama ini. "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi dia. Seperti ku menyayanginya." "Kan kuikhlaskan dia. Tak pantas ku bersanding dengannya 'Kan kuterima dengan lapang dada. Aku bukan jodohnya." Suara bariton milik Buntario terdengar di iringi petikan gitar pria itu. Sementara Fai Mo tampak tengah mengobrol melalui sambungan jarak jauh dengan adiknya Wu Nian dengan posisi rebahan di atas tikar dan hanya memakai celana pendek tanpa atasan, karena cuaca hari ini memang cukup terik.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-24
  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   01 .Pagi Di Kampung Biluh

    "Sukses itu tak datang dengan sendirinya , butuh perjuangan untuk bisa meraihnya. " **** Kicau burung ramai terdengar dari pohon randu yang sedang berbuah lebat. Buahnya yang pecah karena sudah tua menghamburkan isi yang berupa kapuk terbang kemana-mana bersama angin pagi hari awal Januari. Sang fajar belum tampak sempurna keluar dari peraduannya. Namun aktifitas di kampung Biluh sebuah kampung di pinggir kota Surabaya sudah tampak bergarak. Berbagai aktifitas pagi pun mulai terlihat, begitu dinamis, begitu aktif penuh semangat. Walau kondisi ekonomi sedang mengalami masa susah tapi warga kampung tetap berusaha untuk tidak terlalu berkeluh kesah. Bahkan aktifitas warga ini sudah dimulai saat imam sholat subuh baru selesai membaca dzikir juga doa memohon ampunan dan kemurahan rezeki, suasana kampung sudah mulai ramai. Warga yang berprofesi sebagai pedagang sayur sudah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10

Bab terbaru

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   26 . Rencana Jodoh Fai Mo

    Sejak lamarannya di tolak dan sejak dirinya memantapkan diri untuk mengadu nasib di Surabaya. Fai Mo tidak ada terlihat menjalin hubungan dengan seorang wanita. Waktunya di habiskan untuk mencari uang melalui tempe buatannya. Dia ingin memiliki bisnis sendiri tanpa bayang-bayang bisnis keluarga Wei Jun yang sudah membesarkannya selama ini. "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku 'tuknyaBahagiakan dia, kau sayangi dia. Seperti ku menyayanginya." "Kan kuikhlaskan dia. Tak pantas ku bersanding dengannya 'Kan kuterima dengan lapang dada. Aku bukan jodohnya." Suara bariton milik Buntario terdengar di iringi petikan gitar pria itu. Sementara Fai Mo tampak tengah mengobrol melalui sambungan jarak jauh dengan adiknya Wu Nian dengan posisi rebahan di atas tikar dan hanya memakai celana pendek tanpa atasan, karena cuaca hari ini memang cukup terik.

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   25 . Loss Doll

    "Hasil tidaklah membohongi atas usaha yang di keluarkan. Karena setiap usaha pasti mengharapkan hasil yang baik bukan sebaliknya."***Wei Fang Ying alias Fai Mo bertekad akan memajukan usahanya sendiri. Pria itu tak mengenal kata menyerah. Menempati rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, Fai Mo ditemani Buntario memulai hidupnya di kota Pahlawan Surabaya.Tetap membuat dan menjual tempe, Fai Mo memulai perjalanan hidupnya di kota besar ini. Memiliki tetangga yang sangat baik di kampung biluh membuat Fai Mo kerasan dan bisa membaur dengan mereka."Mas Fai Mo! besok saya pesan tempe yang bundar sepuluh ya!"pesan Bu Sulastri tetangga kampung sebelah yang menjadi pelanggan tetapnya."Wehh ...! lagi banyak pesanan kripik tempenya, ya Bu!"tanya Fai Mo seraya menurunkan tempe pesanan bu Sulastri yang memiliki usaha kripik tempe."Alhamdulillah! lancar, mas. Mereka suka kripik tempenya karena bahan bakunya sendiri juga sudah enak. Sampeyan p

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   24 . Bercocok Tanam

    "Tidak ada kesuksesan tanpa kerja keras dan tidak ada kesulitan tanpa adanya kemudahan. Karena Tuhan Maha Tahu akan apa yang terbaik untuk umatnya." ***** Wei Feng Ying alias Fai Mo semakin serius dengan usahanya untuk bisa menadiri dari bisnis di bidang kuliner yaitu membuat tempe. Jenis makanan yang sama sekali janggal ditelinga karena di negara asalnya, makanan ini tidak ada. Yang Fai Mo tahu hanya tauco, yaitu fermentasi kacang kedelai uang di gunakan untuk bahan campuran masakan. Dan Fai Mo yang merasa usianya semakin bertambah, dia pun berkeinginan untuk memiliki kekasih dan menikahinya satu hari nanti. Dan pilihannya jatuh pada Wulansari. Gadis berparas ayu dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Pertemuan mereka bermula pada saat Fai Mo mengantar pesanan tempe di salah satu warung makan yang ternyata milik budenya Wulan. Dari hanya saling pandang, dan berkat bantuan Buntario yang ternyata teman sekelas Wulan sewaktu SMP. Fai Mo b

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   23 . Khitan

    "Bila sudah cinta tak perlu kau bertanya lagi apa alasannya kenapa saling cinta, karena cinta tak butuh sebuah alasan tapi dia butuh sebuah tindakan."******Fai Mo juga Buntario saling berpandangan seolah saling meminta pendapat atas permasalahan teman mereka ini. Sementara Karsan lebih tertarik dengan obrolan bisnis jamur merang dengan salah satu tetangga Sherly dan Wong Li Yue yang sudah bergerilya mengabsen menu jamuan tasyakuran ini."Apa hal ini sudah kamu bicarakan dengan Ardian?""Belum sih, Fai. Aku masih ragu.""Ragu kenapa? Soal status pernikahanmu?"Sherly mengangguk dan kembali berkata dengan lirih,"Iya, itu rasanya kok mengganjal sekali.""Setahu Aku, yo Mbak! Bila seorang pria sudah mencintai seorang wanita, dia tidak perduli dengan status apapun wanita itu. Dan Aku yakin, Ardian sudah memikirkan hal tersebut. Ada baiknya kamu bicarakan ini sama dia, biar enak ke depannya.""Bener itu, Aku setuju dengan pendapat

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   22 . Sherly

    "Teman sejati itu akan selalu ada di hati bukan saja selalu ada di sisi. Tak pernah pergi walau disuruh pergi, tetap memberi tanpa pernah harap kembali."*******Sabtu ini Fai Mo beserta ketiga temennya berencana mengunjungi Sherly di Sumber Manjing, Malang. Memenuhi undangan wanita itu dalam tasyakuran anaknya yang baru saja di khitan.Dengan meminjam mobil milik kang Tarno kakak iparnya Karsan mereka pun pergi ke Malang dan berencana akan menginap di rumah mas Andri, anak bapak pemilik warung makan di stasiun Kota Baru Malang."Mbak Sherly ini beneran janda, Mo?"tanya Karsan penuh rasa penasaran saat mendengar cerita tentang Sely dari Buntario dan Wong Lu Yue.Fai Mo jelas menggeleng menjawab pertanyaan Karsa sembari tetap fokus menyetir."Saya ndak tahu pastinya, tapi kalau dari ceritanya mbak Sherly sendiri sih statusnya janda anak satu.""Kira-kira, dia mau ndak ya sama saya?"Fai Mo mengangkat kedua bahu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   21 . Kedelai Bukan Keledai

    "Tidak ada satu usaha pun yang tak memiliki hasil. Hanya seorang pemalas saja yang mengatakan setiap usaha itu hanya sia-sia karena dia tak pernah mengerjakannya."*********Hidup sederhana di desa, dengan peralatan yang apa adanya dijalani Wei Fangying yang sekarang memiliki nama baru pemberian simbok angkatnya yaitu Fai Mo. Jauh memang dari nama aslinya, tapi Fai Mo sangat menyukai nama pemberian dari orang-orang yang menerimanya dengan tulus. Mereka tak ada yang menanyakan asal usul keluarganya, tak juga bertanya status sosialnya. Mereka menerima Fai Mo dengan mereka yang terbuka lebar.Mengawali kehidupan penuh perjuangan membuat Fai Mo semakin menyadari bahwa selama ini dirinya terlalu terlena dengan kehidupan serba ada ala keluarga Wei yang terkenal sebagai pengusaha sangat sukses.Dan dirinya sangat bersyukur memiliki seorang kakek Wei Jun yang sangat tegas dalam mendidiknya. Sejak kecil sang kakek kerab memintanya untuk men

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   20 . Namaku Fai Mo

    "Kata sebagian orang, apalah arti sebuah nama.Tapi bagi sebagian lagi nama sangat penting sebagai pengenalan jati diri dari sebuah ambisi. Tanpa nama siapa yang mengenal kita." **** Bangun sebelum muadzin sholat subuh mengumandangkan adzan mulai dijalani Fangying juga Wong Li Yue yang setia mengikutinya. Dengan berboncengan sepeda keduanya pergi ke rumah mbah Wagiyem di desa Bendosari dari rumah ibunya Buntario di desa Bakulan. Suasana pagi yang bersahaja dengan udara yang dingin tak menyurutkan semangat mereka untuk belajar dan menata masa depan. Tak akan surut langkah kebelakang bila sudah ditetapkan untuk kedepan, begitulah tekad Fangying. Dan seperti kata Karsan, mbah Wagiyem sangat telaten juga ramah dan tak pelit berbagi ilmu. Wanita tua itu selain membagi ilmu membuat tempe juga membagi pengalamannya dulu semasa muda. "Anak muda sekarang itu enak. Semua fasilitas ada dan tidak takut kalau mau kemana-mana. Mau s

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   19 . Pai Su Cen

    "Beli tempe di warung bu Mariyah, Tempe di bungkus daun talas.Janganlah suka menyerah, karena sukses bukan milik si pemalas." ****** Fangying juga Wong Li Yue memutuskan untuk menginap di rumah Buntario untuk sementara waktu. Kehidupan yang sangat berbeda dari apa yang dia terima selama ini. Rumah sederhana milik orangtua Buntario memang sangat jauh dengan Rumah besar bak istana milik kakek Wei Jun yang lengkap dan mewah fasilitasnya. Mau mandi tinggal menyalakankran air maka air hangat pun bisa langsung sampai ke kulit. Suhu udara panas tinggal menekan tanda minus pada remote AC maka ruangan seketika menjadi sejuk, makanan berbagai jenis sudah tersedia tanpa harus ikut berkotor-kotor kepasar. Tak perlu menimba air disumur ketika ingin mandi, tak perlu kipas bambu untuk membuat tubuh sejuk. Tapi semua kesederhanaan itu di nikmati Fangying dengan senang hati. Selama tinggal di desa ini Fangying mu

  • MAS FAIMO BAKUL TEMPE   18 . Koncone Jacky Chan

    "Ibu doamu bagaikan air di musim kemarau, selimut disaat hujan dan peneduh disaat hari sedang panas."****Ardian menurunkan Fangying dan kedua temannya di depan kantor Polres Kabupaten Malang sementara dirinya langsung menuju ke Kecamatan Sumbermanjing untuk mengantar Sherly. Dan kebetulan sekali hari ini Ardian memang ada tugas ke desa Klepu, Sumbermanjing jadi bisa sekalian.Ketiga pria ini langsung mencari angkutan untuk bisa sampai di kecamatan Talun, kabupaten Blitar dan kebetulan angkutan yang akan mengarah kesana sedang bersiap untuk berangkat. Mereka menaiki bus Bagong rute Malang-Kepanjen-Karangkates-Kesamben-Blitar dengan tarif 15 ribu perorang.Pemandangan hijau dan ramainya pengunjung di kawasan wisata Waduk Karangkates menjadi satu hal yang menarik bagi Fangying."Itu gunung apa, Bun?" Tanya Li Yue sembari menunjuk ke sebelah kanan. Tampak dari kejauhan bentuk gunung dengan di tutupi kabut tipis.Bunta

DMCA.com Protection Status