MARTIN AND BIANCA- MY WORK IS…
BIANCA membuka matanya perlahan. Cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar memaksanya untuk segera kembali ke dunia nyata. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar yang cukup familiar. Tanpa ia sadari, senyumnya mengembang. Bianca bersyukur pagi ini ia bisa kembali membuka mata dan masih berada di kamarnya yang cukup nyaman. Sejak ia terlahir ke dunia,
MARTIN AND BIANCA- YOU MESSING UP MY LIFE.MARTIN meneguk air putih hingga tandas usai menghabiskan sarapan paginya bersama Bianca di rumah gadis itu. Bianca benar, tidak ada orang yang mencarinya. Semua orang di rumah itu sibuk dengan urusan masing-masing. Tadi pagi, Martin sempat melihat seorang laki-laki paruh baya keluar bersama seorang gadis muda dengan mobilnya. Martin menduga laki-laki itu adalah ayah
MARTIN AND BIANCA- DO NOT SEDUCE ME.BIANCA terpaksa mengajak Martin untuk ikut dengannya. Siang ini, ia harus melakukan pemotretan bersama salah satu brand pakaian terbaik di dunia. Dua minggu lalu, Bianca mungkin tidak akan pernah menyangka kalau ia akan mendapatkan kesempatan besar itu. Namun setelah mendapatkan kabar dari asistennya, akhirnya ia mempercayai ha
MARTIN AND BIANCA- OPIUMMARTIN menyapukan jemarinya di tulang pipi Bianca untk menghapus air mata gadis itu. Ia sudah terlalu jauh bertindak. Seharusnya Martin membiarkan gadis itu berkembang sesuai keinginannya dan membiarkan Bianca melakukan apa pun yang dia inginkan, tetapi ternyata Martin tidak sanggup melepasnya begitu saja. Martin tidak ingin melihat Bianca terluka atau disakiti oleh siapa pun. Ia tida
MARTIN AND BIANCA- THE YOUTH LOVE.BIANCA sekali lagi melirik ke arah Martin, pria itu kini duduk manis di sudut ruangan, terus memandanginya seolah tanpa berkedip. Menit-menit awal, Bianca merasa dirinya tidak terlalu grogi dalam menghadapi pemotretan kali ini. Ia sudah melewati begitu banyak photoshoot sehingga mustahil kali ini Bianca merasa seperti itu.
MARTIN AND BIANCA- YOU ARE EVERYTHING I WANT.MARTIN sama sekali tidak suka melihat bagaimana Noah memperlakukan Bianca. Pria itu sepertinya mencari kesempatan dalam kesempitan. Entah Bianca sadar atau tidak saat Noah menyentuhnya, tetapi Martin jelas menyadari semua itu. Noah menggunakan kedua tangannya dengan begitu lihai. Menyapukan jemarinya di atas kulit mulus milik Bianca. Seandainya saja Noah bisa beke
MARTIN AND BIANCA- MY BOO.BIANCA membuka matanya secara perlahan saat merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan tubuhnya seolah melayang di udara. Senyumnya terbit tatkala ia melihat wajah Martin. Ah, ya. Martin. Memangnya siapa lagi yang mau menemaninya hingga larut malam seperti sekarang selain Martin? Benedict dan kedua orangtuanya pasti sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Bianca sudah te
MARTIN terbangun saat merasakan satu tangannya keram akibat ditindih oleh sesuatu. Pria itu membuka kelopak matanya perlahan, meski belum sepenuhnya sadar, Martin tahu ada seseorang yang saat ini memeluknya begitu erat. Dengan sangat hati-hati, Martin membawa bibirnya untk mencium pucuk kepala Bianca. Pagi ini, untuk kedua kalinya ia terbangun dengan perasaan bahagia yang tidak bisa dilukiskan dengan apa pun. Semua itu karena ada Bianca di sisinya. Ada sesosok manusia yang entah bagaimana membuat hati-harinya kelam mendadak memiliki warna yang cukup menawan.
BIANCA menyeret kakinya melewati satu per satu deretan ruang kelas sebelum mencapai pintu gerbang. Hari ini, tidak ada jadwal pemotretan yang harus ia kerjakan. Jadi ia bisa beristirahat sejenak dari rutinitasnya. Tahun ini akan menjadi tahun yang berat baginya. Selain mempersiapkan diri untuk ujian akhir, Bianca juga harus belajar lebih keras untuk bisa masuk di universitas terbaik. Neneknya memintanya untuk bekerja sebagai model selama masa mudanya. Namun beliau juga mewanti-wanti agar ia tetap mengejar pendidikan akademisnya. Biar bagaimana pun, keluarganya memiliki bisnis keluarga yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Jika ia dan Benedict
MARTIN AND BIANCA- A WISH.BIANCA merasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat di banding sebelumnya. Ia menunduk, menghindari tatapan Martin. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu hingga nekat membawanya kemari. Bianca seketika gugup, padahal sebelumnya mereka pernah tidur bersama, pernah berciuman dan masih banyak hal lagi yang pernah mereka lakukan bersama. Namun kali ini, entah mengapa rasanya ia kembali merasakan Martin orang asing baginya. Semua itu karena Martin menolaknya. Penolakan itu membuatnya sangat malu. Bianca tidak tahu, kenapa ia begitu menginginkan Martin saat itu. Dan kenapa Martin tidak pernah mau menyentuhnya. Apakah ia seburuk itu?
MARTIN AND BIANCA-MY ATTITUDE.BIANCA berjalan mendekat pada sang nenek. Dari sudut matanya, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana Martin memandanginya dengan sedikit canggung. Gadis itu berhenti tepat di sisi sang nenek. Dan tiba-tiba saja, Bianca dilanda kecemasan. Ia takut Martin melakukan kesalahan yang menyinggung sang nenek. Jika hal itu terjadi, kemungkinan mereka tidak akan bisa berteman lagi. Sayangnya, Bianca masih belum siap jika harus melepaskan Martin saat ini.“Martin ingin membeli lukisan ini. Apa kau mengijinkan dia membawa luk
MARTIN AND BIANCA-A FRIEND.MARTIN menyugar rambut dengan frustasi. Setelah mendengar kisah Khloe yang menurutnya cukup mengharukan, kini gilirannya menceritakan tentang dirinya. Bukannya ia tidak mau, ia hanya… terlalu malu. Nenek Bianca melewati banyak hal yang lebih menyakitkan di banding dirinya. Namun, wanita itu tampak tegar menghadapi semuanya. Berbeda dengan dirinya yang selalu menyalahkan dunia atas apa yang menimpanya dan membenci orang-orang di masa lalunya. Martin merasa sama sekali tidak berguna. Selama berbulan-bulan ia hanya terpuruk, mengutuk hidupnya yang rumit dan dirinya yang terlalu bodoh.
SUPERMODEL. Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
MARTIN AND BIANCA-A PAINTING.BIANCA membuka kelopak matanya lebar-lebar. Hal pertama yang ia rasakan adalah sebuah lengan besar yang menindih perutnya. Ujung bibirnya terangkat hingga membentuk sebuah senyum simpul yang cukup indah untuk memulai sebuah hari baru. Satu tangannya terangkat untuk membeli kulit lembut yang menyatu dengan kulitnya itu. Semua ini nyata, bukan ilusi semata. Kembali ia memejamkan mata sesaat, menikmati hangat pelukan itu dan aroma maskulin yang menguar dari tubuh laki-laki yang selama ini dirindukannya.“Kau sudah ban
MARTIN AND BIANCA-A BRA!SATU-satunya yang Martin butuhkan saat ini adalah pengendalian diri. Setelah sekian detik yang cukup menggairahkan bersama Bianca dalam ciuman panas itu, Martin menyadari ia nyaris kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Perlahan Martin melepas kedua tangan Bianca, ia melepas sepasang bibir manis itu dan menatap gadis itu sesaat. Detik berikutnya Martin kembali mencium gadis itu. Semula ia pikir Bianca akan memberontak karena telah diperlakukan sedemikian rupa. Namun rupanya ia salah, Bianca justru mengalungkan kedua tangannya di leher Martin dan memiringkan kepala agar lebih nyaman.
MARTIN AND BIANCA-OUR WILD WORLDBIANCA merasakan pipinya memanas setelah mengucapkan, “Our wild world. Now, I’ll kiss you.” Ia mengutuk mulutnya sendiri. Bisa-bisanya ia keceplosan. Bianca memang sangat merindukan Martin selama satu minggu terakhir, tapi bukan berarti ia memiliki perasaan tertentu pada pria itu. Begitu juga dengan Martin, pria itu sudah memiliki kekasih baru. Mereka tidak seharusnya… Dan fokusnya adalah Jullio, bukan Martin.
MARTIN AND BIANCA-I’M NOT SUPERHERO.BIANCA duduk di salah satu kursi yang terletak paling dekat dengan bartender. Malam ini, untuk kedua kalinya ia mengunjungi kelab malam miliki Jullio. Dan untuk pertama kalinya ia mendatangi club malam di usianya yang masih terbilang muda. Tidak banyak yang menarik di sana. Bianca hanya bisa menyesap beberapa minuman beralkohol yang sudah diracik khusus untuknya. Sementara Jullio? Pria itu selalu asyik dengan wanita-wanitanya. Bianca ingin sekali bergabung dengan Jullio, tetapi ia tidak punya nyali sebesar itu untuk menemui Jullio. Ah, sudahlah.
MARTIN AND BIANCA- A WEEK.JULLIO melihat kerutan dalam di kening Benedict. Pria itu pasti sedang bertanya-tanya dalam hati mengenai tujuan Jullio datang ke rumahnya pagi-pagi buta. “Rencana?” ujar Benedict setelah sesaat.“Ya.” Jullio semakin percaya diri. Ia menegakkan punggung, meskipun sepertinya itu tidak perlu. “Jadi begini, aku sedang berusaha menyadarkan Martin kalau sebenarnya dia membutuhkan adikmu. Mungkin dengan cara ini lah Martin tidak akan melepaskan Bianca. Aku….” Jullio berhenti lagi, keragu