MARTIN terbangun saat merasakan satu tangannya keram akibat ditindih oleh sesuatu. Pria itu membuka kelopak matanya perlahan, meski belum sepenuhnya sadar, Martin tahu ada seseorang yang saat ini memeluknya begitu erat. Dengan sangat hati-hati, Martin membawa bibirnya untk mencium pucuk kepala Bianca. Pagi ini, untuk kedua kalinya ia terbangun dengan perasaan bahagia yang tidak bisa dilukiskan dengan apa pun. Semua itu karena ada Bianca di sisinya. Ada sesosok manusia yang entah bagaimana membuat hati-harinya kelam mendadak memiliki warna yang cukup menawan.
BIANCA menyeret kakinya melewati satu per satu deretan ruang kelas sebelum mencapai pintu gerbang. Hari ini, tidak ada jadwal pemotretan yang harus ia kerjakan. Jadi ia bisa beristirahat sejenak dari rutinitasnya. Tahun ini akan menjadi tahun yang berat baginya. Selain mempersiapkan diri untuk ujian akhir, Bianca juga harus belajar lebih keras untuk bisa masuk di universitas terbaik. Neneknya memintanya untuk bekerja sebagai model selama masa mudanya. Namun beliau juga mewanti-wanti agar ia tetap mengejar pendidikan akademisnya. Biar bagaimana pun, keluarganya memiliki bisnis keluarga yang tidak bisa begitu saja ditinggalkan. Jika ia dan Benedict
MARTIN telah berjanji kepada Jullio untuk mempertemukan sahabatnya itu dengan gadis yang telah merubah hidupnya. Sebelum menjemput Bianca dari sekolah, ia telah lebih dulu berbicara kepada Jullio dan mengatur jadwal pertemuan mereka. Martin dan Jullio sudah lama saling mengenal. Dan sejak kepulangannya ke Negara ini demi menghindari wanita yang telah menghancurkan hidupnya itu, orang pertama yang ia temui adalah Jullio. Sejauh ini, hanya Jullio yang menemani dan membantunya melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya.
BIANCA merasakan Martin memeluknya dari samping. Pria itu mengusap kepalanya dengan sayang. Martin menggenggam satu tangannya dan berbisik lirih, “Sssttt… sudahlah, jangan menangis.”“Kenapa, Martin? Kau yang lebih mengenalnya, seharusnya kau tahu alasan kenapa dia tidak bisa menerimaku.”
JULLIO meninggalkan Martin dan Bianca di apartement sahabatnya. Semula, ia ingin sekali melihat gadis yang selama ini membuat Martin, sahabatnya begitu terpukau. Sejauh pengamatannya, akhir-akhir ini Martin memang tampak jauh lebih berbeda. Mereka sudah lama saling mengenal. Ia terbiasa melihat Martin terpuruk, hingga akhirnya pria itu entah bagaimana tiba-tiba bangkit dari keterpurukannya setelah sekian bulan hanya menghabiskan waktu untuk menuyesali wanita yang telah menghancurkannya. Jullio dan orang-orang di sekitar Martin sudah berusaha keras untuk menyadarkan pria itu bahwa tidak ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi dan sudah
MARTIN AND BIANCA- I LOVE BEING TROUBLE WITH YOU.MARTIN berbalik untuk menatap Jullio. Baginya, Jullio adalah teman yang sangat baik dan pengertian. Hanya saja, dirinya lah yang kurang bersyukur memiliki teman seperti Jullio. Jullio sempurna secara fisik, mungkin itulah yang membuat Bianca begitu tergila-gila dengan Jullio. “Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.”
MARTIN AND BIANCA-GOOD NIGHT.MARTIN masih melihat dengan jelas sisa air mata di kelopak mata Bianca saat ia tiba di kamar gadis itu. Dengan bantuan cahaya lampu tidur, ia berhasil menemukan keberadaan Bianca. Gadis itu meringkuk di bawah selimut saat ia datang. Mungkin Bianca takut ada orang jahat yang tiba-tiba datang ke kamarnya. Itulah yang terbesit di benaknya. Setelah memanggil nama Bianca, Martin memutuskan untuk menghampiri gadis itu.
MARTIN AND BIANCA- A CONSPIRACY.MARTIN terbangun kala mendengar kicauan burung di pagi hari yang indah. Seperti biasa, sejak membuka mata dan mendapati Bianca berada di dalam pelukannya, perasaannya selalu jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Martin nyaris lupa kapan terakhir kali ia menghabiskan alcohol hingga mabuk di kamarnya sendirian, sambil menangis dan meratapi kejamnya takdir. Betapa dulu ia telah menyia-nyiakan kehidupan yang teramat sempurna, yang telah diberikan Tuhan untuknya. Kehilangan satu orang yang pada akhirnya hanya membuat Martin jatuh dan terperosok ke dalam jurang kehancuran. Kini Martin sadar kehancurannya bukan salah wanita itu. Melainkan salahnya sendiri. Tuhan hanya sedang mengajarkannya bagaimana cara menghadapi ujian ini, bukan menghukumnya.
MARTIN AND BIANCA- A WONDERFULL LIFE.MARTIN mengamati Bianca yang kini duduk di mobilnya. Gadis itu tampak kesal. Mungkin karena Benedict memberinya ijin untuk membawa Bianca. Sejak awal, ia sudah menduga kalau semuanya akan berjalan mudah untuk mereka. Kecuali jika berkaitan dengan nenek Bianca. Saat ini, yang harus ia pikirkan adalah bagaimana membuat nenek Bianca percaya padanya. Bagaimana pun juga, ia belum pernah bertemu wanita yang selalu dipuja oleh Bianca itu. Meski begitu, Martin berharap pertemuannya dengan nenek Bianca akan semudah urusannya dengan Benedict. “Bee…” Martin mencoba menegur Bianca. Rasanya menyebalkan membiarkan keheningan menguasai mereka berdua.
MARTIN AND BIANCA- A WISH.BIANCA merasakan jantungnya berdebar dua kali lebih cepat di banding sebelumnya. Ia menunduk, menghindari tatapan Martin. Ia tidak tahu apa yang dipikirkan pria itu hingga nekat membawanya kemari. Bianca seketika gugup, padahal sebelumnya mereka pernah tidur bersama, pernah berciuman dan masih banyak hal lagi yang pernah mereka lakukan bersama. Namun kali ini, entah mengapa rasanya ia kembali merasakan Martin orang asing baginya. Semua itu karena Martin menolaknya. Penolakan itu membuatnya sangat malu. Bianca tidak tahu, kenapa ia begitu menginginkan Martin saat itu. Dan kenapa Martin tidak pernah mau menyentuhnya. Apakah ia seburuk itu?
MARTIN AND BIANCA-MY ATTITUDE.BIANCA berjalan mendekat pada sang nenek. Dari sudut matanya, ia bisa melihat dengan jelas bagaimana Martin memandanginya dengan sedikit canggung. Gadis itu berhenti tepat di sisi sang nenek. Dan tiba-tiba saja, Bianca dilanda kecemasan. Ia takut Martin melakukan kesalahan yang menyinggung sang nenek. Jika hal itu terjadi, kemungkinan mereka tidak akan bisa berteman lagi. Sayangnya, Bianca masih belum siap jika harus melepaskan Martin saat ini.“Martin ingin membeli lukisan ini. Apa kau mengijinkan dia membawa luk
MARTIN AND BIANCA-A FRIEND.MARTIN menyugar rambut dengan frustasi. Setelah mendengar kisah Khloe yang menurutnya cukup mengharukan, kini gilirannya menceritakan tentang dirinya. Bukannya ia tidak mau, ia hanya… terlalu malu. Nenek Bianca melewati banyak hal yang lebih menyakitkan di banding dirinya. Namun, wanita itu tampak tegar menghadapi semuanya. Berbeda dengan dirinya yang selalu menyalahkan dunia atas apa yang menimpanya dan membenci orang-orang di masa lalunya. Martin merasa sama sekali tidak berguna. Selama berbulan-bulan ia hanya terpuruk, mengutuk hidupnya yang rumit dan dirinya yang terlalu bodoh.
SUPERMODEL. Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE
MARTIN AND BIANCA-A PAINTING.BIANCA membuka kelopak matanya lebar-lebar. Hal pertama yang ia rasakan adalah sebuah lengan besar yang menindih perutnya. Ujung bibirnya terangkat hingga membentuk sebuah senyum simpul yang cukup indah untuk memulai sebuah hari baru. Satu tangannya terangkat untuk membeli kulit lembut yang menyatu dengan kulitnya itu. Semua ini nyata, bukan ilusi semata. Kembali ia memejamkan mata sesaat, menikmati hangat pelukan itu dan aroma maskulin yang menguar dari tubuh laki-laki yang selama ini dirindukannya.“Kau sudah ban
MARTIN AND BIANCA-A BRA!SATU-satunya yang Martin butuhkan saat ini adalah pengendalian diri. Setelah sekian detik yang cukup menggairahkan bersama Bianca dalam ciuman panas itu, Martin menyadari ia nyaris kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Perlahan Martin melepas kedua tangan Bianca, ia melepas sepasang bibir manis itu dan menatap gadis itu sesaat. Detik berikutnya Martin kembali mencium gadis itu. Semula ia pikir Bianca akan memberontak karena telah diperlakukan sedemikian rupa. Namun rupanya ia salah, Bianca justru mengalungkan kedua tangannya di leher Martin dan memiringkan kepala agar lebih nyaman.
MARTIN AND BIANCA-OUR WILD WORLDBIANCA merasakan pipinya memanas setelah mengucapkan, “Our wild world. Now, I’ll kiss you.” Ia mengutuk mulutnya sendiri. Bisa-bisanya ia keceplosan. Bianca memang sangat merindukan Martin selama satu minggu terakhir, tapi bukan berarti ia memiliki perasaan tertentu pada pria itu. Begitu juga dengan Martin, pria itu sudah memiliki kekasih baru. Mereka tidak seharusnya… Dan fokusnya adalah Jullio, bukan Martin.
MARTIN AND BIANCA-I’M NOT SUPERHERO.BIANCA duduk di salah satu kursi yang terletak paling dekat dengan bartender. Malam ini, untuk kedua kalinya ia mengunjungi kelab malam miliki Jullio. Dan untuk pertama kalinya ia mendatangi club malam di usianya yang masih terbilang muda. Tidak banyak yang menarik di sana. Bianca hanya bisa menyesap beberapa minuman beralkohol yang sudah diracik khusus untuknya. Sementara Jullio? Pria itu selalu asyik dengan wanita-wanitanya. Bianca ingin sekali bergabung dengan Jullio, tetapi ia tidak punya nyali sebesar itu untuk menemui Jullio. Ah, sudahlah.
MARTIN AND BIANCA- A WEEK.JULLIO melihat kerutan dalam di kening Benedict. Pria itu pasti sedang bertanya-tanya dalam hati mengenai tujuan Jullio datang ke rumahnya pagi-pagi buta. “Rencana?” ujar Benedict setelah sesaat.“Ya.” Jullio semakin percaya diri. Ia menegakkan punggung, meskipun sepertinya itu tidak perlu. “Jadi begini, aku sedang berusaha menyadarkan Martin kalau sebenarnya dia membutuhkan adikmu. Mungkin dengan cara ini lah Martin tidak akan melepaskan Bianca. Aku….” Jullio berhenti lagi, keragu