MARTIN AND BIANCA- YOU.AMANDA melihat sekelompok orang berbaju hitam melewati sebuah lorong rahasia menuju basement. Ia baru saja keluar mencari Martin, Bianca sudah selesai dengan sesi pemotretan yang pertama. Sekarang dia akan berkolaborasi dengan Noah. Berhubung Noah menghilang, mereka pun beristirahat sejenak sambil menunggu Noah datang. Bianca memintanya untuk segera menemukan Martin. Berhubung ia tidak menemukan pria itu di luar, Amanda berputar-putar untuk mencari keberadaan Martin dan ia tidak sengaja melihat seseorang yang mirip… Jullio.
MARTIN AND BIANCA- ABOUT THE PAST.MARTIN menahan sakit di pipinya karena seorang gadis, yang entah bagaimana bisa berada di dalam pelukannya. Ada rasa haru menyelumuti kalbunya. Semula, ia berencana untuk tidak memberitahu Bianca mengenai keadaannya karena ia tidak mau membuat gadis itu cemas. Namun, sepertinya rencana Tuhan jauh lebih baik dibanding rencananya. Dalam hati ia bersyukur karena meskipun Bianca tidak mencintainya, setidaknya Bianca peduli padanya. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Jullio dan Amanda keluar dari ruang perawatan, meninggalkan dia dan Bianca berdua di sana.
MARTIN AND BIANCA- A DEAL.BIANCA membuka mata perlahan ketika seberkas cahaya matahari menerobos masuk melalui celah jendela. Aroma obat-obatan menusuk indra penciumannya. Bianca bergegas mengumpulkan nyawa yang masih tertinggal di dunia mimpi dan kembali ke dunia nyata. Satu tangannya tidak sengaja menyentuh selang infuse yang masih melekat di tangan Martin. Seketika ia ingat posisinya saat ini. Di rumah sakit, bersama Martin.“Kau sudah bangun?” sebuah suara dari seroang laki-laki mengejutkan Bianca. Gadis itu sedi
MARTIN AND BIANCA- NIGHTMARE.MARTIN membuka kelopak matanya perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah sesosok laki-laki yang berdiri tak jauh dari ranjangnya-bodyguard. Ternyata apa yang ia harapkan tidak sesuai ekspektasinya. Martin berharap ia melihat Bianca saat pertama kali membuka mata. Seperti hari-hari sebelumnya, objek pertama yang ia lihat adalah gadis manis dengan senyum cantiknya. Tiba-tiba saja, Martin merindukan gadis itu. Ada kekosongan nyata yang mengisi relung hatinya saat tidak mendapati Bianca di sisinya. Martin kembali memejamkan mata sembari berharap Bianca ada di sisinya saat ini.
MARTIN AND BIANCA- HUG AND KISSES.BIANCA memandangi Jullio dengan tatapan penuh tanda tanya. Pria itu baru saja menawarkan sesuatu yang lebih menarik. Dalam hati ia bertanya-tanya, kira-kira, apakah yang akan dikatakan Jullio setelah ini? Mungkinkah hal itu berhubungan dengan aktifitas seksual lagi? Atau- “Apa?” satu kata itu meluncur begitu saja dari bibir Bianca. Ia sudah tidak sabar ingin mendengar kalimat selanjutnya dari Jullio.“Bagaim
MARTIN AND BIANCA-A HEALER.Tenang, kau sudah melewati banyak hal sebelum ini. Nanti semua akan kembali baik. Kau hanya perlu menunggu. Biar waktu yang menyembuhkan lukamu.BIANCA terbangun dengan mata sembab. Semalam, entah berapa lama ia menangis. Ini kali pertama ia kembali menitikkan air mata setelah sekian lama. Jika dulu ia menangis karena kedua orang tuanya, hari ini ia menangis untuk Martin. Tangis yang terlalu panjang untuk sosok yang nyaris tidak dikenalnya. Martin, ah rasanya mereka seperti sud
MARTIN AND BIANCA- A WEEK.JULLIO melihat kerutan dalam di kening Benedict. Pria itu pasti sedang bertanya-tanya dalam hati mengenai tujuan Jullio datang ke rumahnya pagi-pagi buta. “Rencana?” ujar Benedict setelah sesaat.“Ya.” Jullio semakin percaya diri. Ia menegakkan punggung, meskipun sepertinya itu tidak perlu. “Jadi begini, aku sedang berusaha menyadarkan Martin kalau sebenarnya dia membutuhkan adikmu. Mungkin dengan cara ini lah Martin tidak akan melepaskan Bianca. Aku….” Jullio berhenti lagi, keragu
MARTIN AND BIANCA-I’M NOT SUPERHERO.BIANCA duduk di salah satu kursi yang terletak paling dekat dengan bartender. Malam ini, untuk kedua kalinya ia mengunjungi kelab malam miliki Jullio. Dan untuk pertama kalinya ia mendatangi club malam di usianya yang masih terbilang muda. Tidak banyak yang menarik di sana. Bianca hanya bisa menyesap beberapa minuman beralkohol yang sudah diracik khusus untuknya. Sementara Jullio? Pria itu selalu asyik dengan wanita-wanitanya. Bianca ingin sekali bergabung dengan Jullio, tetapi ia tidak punya nyali sebesar itu untuk menemui Jullio. Ah, sudahlah.