maaf jika banyak typo
Pada tahun 2004 saya tugas ke luar kota jadi praktis suami saya tidak ada temannya dalam arti tanda kutip. Mungkin karena dari kecil dia kekurangan kasih sayang dari orang tuanya, jadi dia, setelah menikah ingin selalu di dampingi oleh pendamping, siapapun boleh. Jadi disaat saya tidak ada disampingnya, dia mencari seseorang yang dapat melayani dia luar dalam, secara sah atau cuma simpanan, Asal wanitanya mau bertobat, dia akan selalu membantunya, tanpa dia sadari hal itu melukai saya, yang katanya disayang, jangan tanya cinta, cintanya sudah dibawa meninggal oleh pacar pertamanya yang terkena leukimia, bahkan saudara laki laki pacarnya sangat berani memanggil dia kakak ipar begitu juga mertua wanitanya telah menganggapnya menantu yang disayangi. Suami saya adalah pria hasil dari perceraian orang tuanya dan tentu saja ada campur tangan orang ketiga. Karena itulah kenapa dari remaja sampai dia menjadi mantap dalam kehidupannya, banyak orang tua teman wanitanya tidak setuju dengan sua
CEMBURU Apakah saya tidak cemburu? Jangan ditanya saat ini cemburu sangat menguasai saya, apalagi ketika saya pulang, saya tidak menemukan suami saya, dia bersenang senang hanya dengan wanita itu tanpa mengajak anak bungsu saya, Wangi. “Eh, mami, udah pulang ya.” kata Wangi mengangkat kepalanya melihat saya ketika dia menyadari ada saya disekitarnya. “Iya, sayang, sedang main apa?” tanya saya sambil menghampirinya dan menciumnya. Rasanya rindu tidak tertahankan selama seminggu meninggalkan keluarga tercinta. “Sedang main sendiri dengan boneka, ma.’ jawab Wangi sambil memainkan bonekanya. “Papi mana? Kamu tidak ikut papi.” tanya saya lagi mengganggunya. “Tidak, malas ikut papi, papi pergi dengan tante Amel.” jawab anak saya dengan malas. “Jahat mereka, dengan mobil saya mereka bersenang senang, anak orang lain diajak jalan jalan tapi anak sendiri ditinggal di rumah, tidak bisa seperti ini, saya harus bertindak.” batin saya mulai mengatur rencana. Setelah puas mengganggu Wangi,
Seperti Bumerang , saya serba salah menghadapi kenyataan yang saya hadapi sekarang. Sakit hati ini mengingatkan tindakan suami saya, meminjamkan uang kepada wanita itu tanpa memberitahukan saya sebelum dia mau meminjamkannya. Sungguh sudah tidak berartikah diri saya ini dimata suami saya. Hm… 2 juta ya, katanya. Kapan dia pernah memberikan saya uang sebanyak itu, 2 juta. Jika tidak saya paksa dia membantu saya membayar utang karena terpaksa. Ya, untuk membiayai biaya kuliah anak anak saya, saya ikut arisan mingguan dalam beberapa seri. Selama saya di rumah saya yang bayar uang iuran itu tapi setelah saya tugas di luar kota, kewajiban bayar iuran itu jatuh ke tangan suami saya. Karena saya tidak memiliki dana sebanyak itu selama ini saya selalu gali lubang tutup lubang. Tapi karena saya tidak di rumah, ya apa boleh buat yang bayar arisan, saya limpahkan ke suami saya, toh dia juga ikut memakai uang arisan itu ketika saya dapat giliran untuk mendapat uang arisan itu. Bahkan lebih
KERESAHAN SAYA. Saya malam ini sungguh susah tertidur, memikirkan dua sejoli memadu cinta di rumah saya lebih tepatnya di kamar kami tanpa teringat saya dan mungkin itu malah yang diinginkan mereka, jadi tidak ada si pengganggu. Sungguh saya tidak bisa membayangkan perasaan ini sebelumnya, sangat sengsara jika diri ini dihinggapi perasaan cemburu. “Papi, jangan pulang siang siang ya, ingat setelah antar kakak, cepat pulang, saya sudah tidak tahan nih, ingin memadu cinta sama papi.” kata wanita itu. “sia**n, kenapa saya harus mendengar perkataan itu sebelum saya pergi.” batin saya sedih. “Iya , sayang, sabar ya tinggu saya pulang, sudah siapin masakan kamu untuk saya dan anak anak.” kata suami saya merayunya. " biar nanti saya pulang bisa langsung makan dan kita bisa langsung kerjasama." "Oke, saya tunggu ya, selesai masak saya akan mandi, biar harum dan papi menjadi senang." kata wanita itu lagi sambil mengedipkan mata dengan genitnya. Saya pada saat ini hanya berdiri membelakan
Dengan cara apa ya, saya harus mengakhiri pertemanan suami saya dengan wanita itu. Dsaat Santi bingung untuk menghadapi persahabatan suami dengan wanita itu, sementara itu di rumah Santi terjadi. “Tante Amel, masak apa hari ini? Tanya Tika Lintang dengan antusiasnya. Bagi Tika Lintang, urusan ayah ibunya dia tidak mau campuri asal tante Amelnya tahu diri, ya, di rumah mereka Amel sepertinya bagai pelayan di rumah itu, tapi bagi Amel adalah sorga selama Santi tidak ada di rumah. “Masak kesukaan ayah kalian lah, nanti kita sama sama cicipin ya, setelah ayah kalian pulang.” kata Amel dengan muka datar dan merasa senang tinggal disini. Ya, segala fasilitas dia dan anaknya dapat menikmati bahkan tanpa setahu Santi, Amel mendapat uang dari suami mereka, hahaha, mereka nih ye. Dasar tidak tahu diri tuh pelakor, selama tidak ada Santi di rumah dia bagaikan pemilik rumah saja, padahal rumah ini atas nama Santi, berasa nyonya rumah nih ye. Tapi tak apalah selama dia menjaga kebersihan dan
Melihat Wangi sudah sangat marah terhadap anak Amel, Haryanto Lintang mengajak Amel dan anaknya ke tempat paman dan bibinya. Dan untuk seterusnya Amel dan anak anaknya akan tinggal disana. “Amel,bereskan baju Abel, akan saya antar kalian ke rumah paman dan bibi kamu, mulai hari ini Abel biar tinggal disana, Wangi sudah tidak tahan dengan kelakuan egois anak kamu dan kamu sebagai ibunya juga tidak mengajarinya.” kata Haryanto sambil menahan kemarahan. Ya, Wangi adalah anak bungsu kesayangannya, bagaimana bisa dibandingakan dengan anak Abel. Disaat anak yang bukan darah dagingnya dan berani membuat anak kesayangannya marah besar, disaat itu saya harus memilih dan tentu saja anak saya yang harus jadi pemenang. “Baiklah.” Kata Amel tanpa melawan. Amel masuk ke dalam kamar anak anak dan membereskan pakaian Abel. “Bu, kita mau kemana? Mengapa tidak tinggal disini? Disini enak, Bu.” kata Abel. “Salah kamu sendiri, kenapa kamu rusak mainan wangi.” kata Amel. “Bukankah ibu berkata saya b
AMELIA. Nama saya Amelia, janda beranak dua dari suami yang berlainan. Saya cuma seorang wanita lulusan smp, masuk SMA sih, tapi tidak lulus karena sudah senang dengan pemuda yang bisa memuaskan nafsu duniawi saya. Saya dibesarkan dikeluarga sederhana, kakek dan nenek saya cukup berada semasa hidup mereka tapi setelah warisan jatuh ke anaknya yang semuanya ada enam, harta peninggalan itu kandas. Ibu dan ayah saya sudah bercerai dan ibu menikah lagi dengan suami yang juga tidak dapat menyenangkannya sehingga dia harus jualan gado gado untuk kebutuhan seharinya. Dan saya tentu tidak mau seperti dia, jadi saya kawin lari dengan suami saya, sayang suami saya terlalu kaku, memang dia dapat memuaskan semua keinginan saya. Dengan suami pertama saya , saya memiliki seorang anak perempuan, tapi sayang lama kelamaan saya bosan dengan kehidupan yang biasa saja, jadi saya mulai lagi memasuki dunia kegelapan. Sebelum ketemu suami pertama saya, memang saya sudah nakal dalam segala hal. Tuju
KEJUTAN DARI AMELIA. Pagi ini saya ingin ke rumah suami bayangan saya, ya, bayangan karena belum sampai pernikahan resmi sudah terjadi malapetaka. Sudah beberapa hari nih saya belum mendapat nafkah jasmani dan batin, ya, disaat wanita lugu dan super bo*oh itu tidak ada di rumah, saya ingin menggunakan moment itu untuk bermesraan layaknya suami istri. Mulai sekarang saya harus pintar pintar menggunakan kesempatan untuk merayu pria ini baik untuk memenuhi hasrat saya maupun kantong saya, saya harus memperkaya diri saya sendiri. Anak kedua mereka membukakan pintu untuk saya, saya naik ke lantai dua ke kamar suami saya. Terlihat dia sedang tidur dengan nyenyaknya dan di kamar itu tidak ada siapapun, sepertinya Wangi si anak bungsu sedang sekolah di TK. Kesempatan yang bagus untuk memenuhi hasrat keduniawian saya. Saya menghampiri dia dan mengecup pipinya yang menghadap ke atas beberapa kali sampai suami yang saya harapkan ini bangun. Pria tampan itu membalikkan badannya menghadap ke
Saat ini saya merasa senang, saya sudah melalui beberapa tahun dengan suami tercinta saya, biarpun banyak masalah yang saya lalui tapi saya yakin dan tahu setiap rumah tangga berjalan dengan ujiannya masing masing dan saya tidak harus menyerah sampai kapan juga, saya yakin suatu saat saya akan merasakan bahagia yang luar biasa, jadi saya harus menganggap semua masalah saya bagaikan film yang sedang diputar dan suatu saat ada the end nya. Tentu semua itu akan happy ending. Saya berdoa. Seperti momen sekarang, kami ada di warung soto Nini sedang bercanda dan makan soto, babat goreng dan paru goreng dengan senangnya. Kami dilayani dengan senyum manis dari Nini si janda cantik ini. Setelah 1 jam kami menyelesaikan makan malam kami dan. “Mbak Nini, kami mau pulang, mari kita ke rumah ber sama sama.” kata wangi mengajak Nini pulang ke rumah kami, saat ini ayah Nini tidak ada di rumah, jadi Nini dan anaknya ikut kami pulang dengan naik ke mobil kami. Ayah Nini tidak setuju hubungan Nini d
DERITA YANG TIDAK HABIS Setelah kepergian Mimi, saya mengira kehidupan rumah tangga saya akan baik baik saja dan saya sedang menikmati kehidupan rumah tangga hanya milik saya. Tapi sungguh sayang derita yang harus saya hadapi tidak sampai disini saja, masih panjang yang harus saya derita. Tapi semua itu pasti akan berlalu dan dengan adanya perkataan ini, yang akan selalu menguatkan saya untuk mengarungi kehidupan rumah tangga saya, saya yakin akhir dari hidup saya akan menikmati, suami milik saya sendiri dan dengan anak anak yang telah besar dan sangat berbakti kepada orang tuanya. Dan perekonomian yang mapan kalau tidak dibilang sangat kaya. “Santi, sebenarnya saya ingin lagi berhubungan dengan Nini Sukarman, kasihan dia sekarang sudah menjadi janda dengan anak satu, perempuan juga. Boleh ya?” bujuk suami saya dengan pintarnya, suatu saat kita kami makan soto di toko orang tua Nini itu. Si cantik itu memang ramah orangnya dan tidak seperti pelakor di buku yang saya baca, dia juga s
POV: AMELIA Ketika ada istrinya saya akan memperdaya mereka berdua agar istrinya cemburu dan meminta cerai dengan suaminya, ya, , besok istrinya pulang akan saya buat mereka berkelahi. Ya, itu rencana yang bagus. Sambil tersenyum puas saya meninggalkan depan pintu rumah suami bayangan saya dan saya berencana mencari germo saya yang juga merangkap suami kedua saya, ayah anak kedua saya, hebat kan saya anak dua, suami juga dua, tapi tidak juga sebentar lagi akan menjadi tiga kalau suami bayangan saya menjadi suami sah saya dan tanpa memikirkan semua resiko saya ke tempat lokalisasi mencarinya dan tanpa saya sadari akan kecerobohan saya. Disaat saya ke lokalisasi mencari Asun dan memesan kamar. Sepertinya Tuhan membantu Santi, padahal tadi Haryanto sudah malas keluar rumah, tapi tidak tahu mengapa Haryanto ingin datang ke tempat lokalisasi ini dan sekali lagi Haryanto menangkap basah saya masuk ke kamar berdua dengan Asun, dua sejoli yang bekerja sama yang berusaha menjebak Haryanto.
“Iya, jemputlah anak kamu dan jalanin konveksi ini dengan sebaiknya.” kata Haryanto sambil mengantar Amel ke depan pintu, melihat dia berjalan kedepan jalan besar untuk naik angkot, Haryanto tidak tahu dan tidak sadar setelah agak jauh dan sudah tidak dapat dilihat Haryanto, Amel turut dan menaiki angkot lain yang memiliki tujuan yang berbeda dengan rumah kakeknya.Sepulang Amel dari rumah Haryanto, Haryanto juga berniat main ke rumah temannya di kota yang juga ada tempat judi. Sesampainya Haryanto di tempat parkir motor, teman baiknya yang juga bandar judi mendatanginya dan berkata…“Di dalam ada wanita kamu, sedang berjudi dengan bos kalimantan.” katanya. " dan sepertinya dia kalah dan ingin negosiasi dengan bos kalimantan itu."“Di lantai berapa?” tanya Haryanto dengan menahan emosi. "saya sudah katakan pada kalian jangan kasih dia judi lagi, kalau kalian masih juga memberi dia peluang, hati hati tempat kamu disidak."“Lantai dua di meja delapan.” kata bos judi itu lagi dan dia j
KEJUTAN DARI AMELIA. Pagi ini saya ingin ke rumah suami bayangan saya, ya, bayangan karena belum sampai pernikahan resmi sudah terjadi malapetaka. Sudah beberapa hari nih saya belum mendapat nafkah jasmani dan batin, ya, disaat wanita lugu dan super bo*oh itu tidak ada di rumah, saya ingin menggunakan moment itu untuk bermesraan layaknya suami istri. Mulai sekarang saya harus pintar pintar menggunakan kesempatan untuk merayu pria ini baik untuk memenuhi hasrat saya maupun kantong saya, saya harus memperkaya diri saya sendiri. Anak kedua mereka membukakan pintu untuk saya, saya naik ke lantai dua ke kamar suami saya. Terlihat dia sedang tidur dengan nyenyaknya dan di kamar itu tidak ada siapapun, sepertinya Wangi si anak bungsu sedang sekolah di TK. Kesempatan yang bagus untuk memenuhi hasrat keduniawian saya. Saya menghampiri dia dan mengecup pipinya yang menghadap ke atas beberapa kali sampai suami yang saya harapkan ini bangun. Pria tampan itu membalikkan badannya menghadap ke
AMELIA. Nama saya Amelia, janda beranak dua dari suami yang berlainan. Saya cuma seorang wanita lulusan smp, masuk SMA sih, tapi tidak lulus karena sudah senang dengan pemuda yang bisa memuaskan nafsu duniawi saya. Saya dibesarkan dikeluarga sederhana, kakek dan nenek saya cukup berada semasa hidup mereka tapi setelah warisan jatuh ke anaknya yang semuanya ada enam, harta peninggalan itu kandas. Ibu dan ayah saya sudah bercerai dan ibu menikah lagi dengan suami yang juga tidak dapat menyenangkannya sehingga dia harus jualan gado gado untuk kebutuhan seharinya. Dan saya tentu tidak mau seperti dia, jadi saya kawin lari dengan suami saya, sayang suami saya terlalu kaku, memang dia dapat memuaskan semua keinginan saya. Dengan suami pertama saya , saya memiliki seorang anak perempuan, tapi sayang lama kelamaan saya bosan dengan kehidupan yang biasa saja, jadi saya mulai lagi memasuki dunia kegelapan. Sebelum ketemu suami pertama saya, memang saya sudah nakal dalam segala hal. Tuju
Melihat Wangi sudah sangat marah terhadap anak Amel, Haryanto Lintang mengajak Amel dan anaknya ke tempat paman dan bibinya. Dan untuk seterusnya Amel dan anak anaknya akan tinggal disana. “Amel,bereskan baju Abel, akan saya antar kalian ke rumah paman dan bibi kamu, mulai hari ini Abel biar tinggal disana, Wangi sudah tidak tahan dengan kelakuan egois anak kamu dan kamu sebagai ibunya juga tidak mengajarinya.” kata Haryanto sambil menahan kemarahan. Ya, Wangi adalah anak bungsu kesayangannya, bagaimana bisa dibandingakan dengan anak Abel. Disaat anak yang bukan darah dagingnya dan berani membuat anak kesayangannya marah besar, disaat itu saya harus memilih dan tentu saja anak saya yang harus jadi pemenang. “Baiklah.” Kata Amel tanpa melawan. Amel masuk ke dalam kamar anak anak dan membereskan pakaian Abel. “Bu, kita mau kemana? Mengapa tidak tinggal disini? Disini enak, Bu.” kata Abel. “Salah kamu sendiri, kenapa kamu rusak mainan wangi.” kata Amel. “Bukankah ibu berkata saya b
Dengan cara apa ya, saya harus mengakhiri pertemanan suami saya dengan wanita itu. Dsaat Santi bingung untuk menghadapi persahabatan suami dengan wanita itu, sementara itu di rumah Santi terjadi. “Tante Amel, masak apa hari ini? Tanya Tika Lintang dengan antusiasnya. Bagi Tika Lintang, urusan ayah ibunya dia tidak mau campuri asal tante Amelnya tahu diri, ya, di rumah mereka Amel sepertinya bagai pelayan di rumah itu, tapi bagi Amel adalah sorga selama Santi tidak ada di rumah. “Masak kesukaan ayah kalian lah, nanti kita sama sama cicipin ya, setelah ayah kalian pulang.” kata Amel dengan muka datar dan merasa senang tinggal disini. Ya, segala fasilitas dia dan anaknya dapat menikmati bahkan tanpa setahu Santi, Amel mendapat uang dari suami mereka, hahaha, mereka nih ye. Dasar tidak tahu diri tuh pelakor, selama tidak ada Santi di rumah dia bagaikan pemilik rumah saja, padahal rumah ini atas nama Santi, berasa nyonya rumah nih ye. Tapi tak apalah selama dia menjaga kebersihan dan
KERESAHAN SAYA. Saya malam ini sungguh susah tertidur, memikirkan dua sejoli memadu cinta di rumah saya lebih tepatnya di kamar kami tanpa teringat saya dan mungkin itu malah yang diinginkan mereka, jadi tidak ada si pengganggu. Sungguh saya tidak bisa membayangkan perasaan ini sebelumnya, sangat sengsara jika diri ini dihinggapi perasaan cemburu. “Papi, jangan pulang siang siang ya, ingat setelah antar kakak, cepat pulang, saya sudah tidak tahan nih, ingin memadu cinta sama papi.” kata wanita itu. “sia**n, kenapa saya harus mendengar perkataan itu sebelum saya pergi.” batin saya sedih. “Iya , sayang, sabar ya tinggu saya pulang, sudah siapin masakan kamu untuk saya dan anak anak.” kata suami saya merayunya. " biar nanti saya pulang bisa langsung makan dan kita bisa langsung kerjasama." "Oke, saya tunggu ya, selesai masak saya akan mandi, biar harum dan papi menjadi senang." kata wanita itu lagi sambil mengedipkan mata dengan genitnya. Saya pada saat ini hanya berdiri membelakan