MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 19 Gerak Lebih CepatPrang!"Aww!""Ara!"Aku sengaja menyenggol minumannya. Mas Arya tampak kaget dan kesal. Tapi, dia berusaha menyembunyikan kekesalannya. "Biar Mas ganti yah, Sayang.""Gak usah, Mas. Aku aja yang ambil, sekalian mau ke toilet.""Ya sudah."Aku ambil ponsel, masuk ke toilet dulu. Mau menghubungi Mbok Yah yang sedang mengawasi Melati. "Hallo, Mbok, bagaimana Melati?""Dia masih di kamar, Mbak.""Tolong pesankan makanan buat dia, terus suruh pelayan hotel yang mengantarkan. Sebelum diserahkan ke pelayan, taburi obat tidur dulu.""Siap, Mbak, laksanakan.""Bagus, hati-hati, Mbok."Sambungan telepon aku matikan. Sambil menunggu Mbok Yah beraksi, aku lancarkan juga rencana jahilku. Kamu pikir aku sebodoh itu, Mas? dulu memang bodoh, karena aku pikir kamu benar-benar mencintaiku. Tidak untuk saat ini, kebusukanmu sudah mulai terungkap. Tak tahan, aku akan gerak cepat mengamankan aset, lalu mendepakmu dari rumahku. "Mas, nih, aku pes
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 20 Bangkrut “Mengacau bagaimana, Pak Eko?”“Mas Arya mencoba mencari tahu apakah pabrik benar-benar bangkrut atau tidak, dia juga memkasa saya dan bagian keuangan memberikan uang pabrik.”“Wah, semakin berani juga dia. Tolong dijaga Pak Eko, jangan sampai berkas-berkas penting ada di tangannya. Terus, jangan berikan uang sepeser pun, bilang saja ini perintahku.”“Siap, Mbak Ara.”Kesal sekali, pria itu memang tak bisa melihatku santai. Mau tak mau aku segera kembali ke rumah. Untung supir keperayaanku sudah menjemput sejak aku sudah di bandara. Waktunya kembali menuju kenyataan pahit. Tenang saja, rasa pahit ini sudah aku nikmati, layaknya setiap tegukan dalam secangkir kopi.“Mas, ngapain ngacak-ngaxak pabrik?” tanyaku sesampainya di rumah. Mas Arya, ibu dan Melati sudah menunggu di ruang tamu.“Mbak sih, kenapa main ninggalin kami, terus buat Mas Arya mabok segala. Pasti Mbak punya renana jahat sama kami? tega banget sih, Mbak, sama suami dan adi
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 21 Kembali Mode Belangsak"Apa dijual?""Iya, Mas, maaf aku belum bilang, demi kebaikan bersama.""Kebaikan apa maksud kamu? harusnya kamu izin dulu sama suami kamu ini.""Pak Eko, tolong jelaskan," ujarku pura-pura sedih dan frustasi."Maaf sebelumnya Pak Arya, kondisi pabrik memang sudah dinyatakan bangkrut, banyak tagihan bank, dan juga tunggakan upah karyawan, jadi Mbak Ara hanya punya satu pilihan yakni menjualnya, dan uang hasil penjualan untuk menutupi hutang-hutang pabrik atas nama Mbak Ara. Hal itu memang harus dilakukan agar Mbak Ara tak masuk penjara. Beruntung Mister Andra mau membelinya, padahal dalam kondisi diambang kehancuran, sangat sulit mencari orang yang mau membelinya.""Gak mungkin, kenapa bisa kaya gini, Ara.""Aku juga gak tahu, Mas.""Silakan tanda tangan, saya tak punya waktu lama."Agar lebih menyakinkan, kami sengaja membuat surat bohong, seolah-olah kebangkrutan pabrik benar-benar terjadi. Padahal, kenyataannya pabrik ba
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 22 Kejutan"Ogah, hapeku juga penting.""Ya sudah, tahan saja laparmu.""Aarrgh, sial sekali aku di rumah ini!" Melati kembali ke kamarnya. Begitu pula dengan ibu mertua, wajahnya sangat tak bersahabat. Saat mereka sudah masuk kamar, waktunya aku keluar rumah. Ada janji bertemu Mbak Yuli, dan pengacaraku. Sekalian mau makan di luar. Sudah lama tak makan enak. Biarkan saja ibu dan Melati kelaparan. Biar mereka sadar diri. Jika ingin berkecukupan harus kerja keras, bukan malah jadi penipu. Kasihan sekali Mas Arya, dia kewalahan jadi tulang punggung. Dua tahun bersamaku, hidupnya terbiasa enak, makan tinggal makan, punya bengkel hanya untuk sampingan. Kebutuhan ibunya terpenuhi. Begitulah kalau jadi manusia tak tahu diri, dikasihani, malah menusuk diam-diam. "Ra, pelan-pelan makannya.""Laper, Mbak. Mas Arya tuh, gak becus banget jadi tulang punggung. Dapet duit sedikit, dikasih ke Si Melati yang boros, akhirnya gak ada buat makan. Untung aku suka di
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 23 Diusir"Terima kasih, atas kehadirannya semua tamu undangan. Terutama tamu spesial saya, bapak investor yang memberikan suntikan dana, dan kerja sama yang sangat menguntungkan. Terima kasih Pak Kenandra." Andra berdiri sambil membungkukkan badannya sebagai tanda hormat. Aku sampaikan sambutan seperti biasa. Belum waktunya mengeluarkan bukti-bukti yang aku punya. Menunggu acaranya selesai, dan tersisa beberapa orang terdekat saja. "Ara, apa maksud dari semuanya, Nduk?""Tenang-tenang, kalian akan tahu jawabannya, tunggu sampai acara ini selesai."Acara demi acara dilakukan. Ditutup pembacaan doa, dan pembagian hempers untuk para karyawan yang sudah berdedikasi tinggi pada pabrik ini. Acara pun selesai, tapi urusanku belum beres.Pakde Ahmad, Mbak Yuli, Bagas, Pak Eko, Mbok Yah, Andra dan pengacaraku masih menunggu puncak acara. Ada beberapa karyawan lama juga yang belum pulang. Biarkan saja yang ada di sini menyaksikan apa yang akan aku tayangk
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 24 Memulai Hidup Baru "Ara, ibu mohon jangan penjarakan ibu, Nduk. Semua ini gak seburuk yang kamu bayangkan.""Aku mohon Nirma, jangan sampai ibu masuk penjara." Mas Arya dan ibu kebakaran jenggot. Mereka pasti panik luar biasa. Aku memang tidak niat memenjarakan mereka, bagaimana pun semua ini terjadi karena kebodohanku juga. Saat ini, aku hanya ingin hidup tenang tanpa gangguan. Memulai hidup baru yang lebih nyaman. "Mari kita jelaskan di kantor polisi."Aku tak mencegah polisi membawa Bu Lastri. Mas Arya mengikuti ibunya ke kantor polisi. Sementara aku, mau istirahat sejenak dari keributan permasalahan hidup. Duduk sebentar, merasakan efek dari semua ini."Pakde, maafkan Ara.""Sudahlah, lupakan perselisihan kita. Pakde sekarang paham posisimu, Nak." Pakde mengusap lembut kepalaku yang berbalut hijab. Malam ini, aku tidur ditemani Mbak Yuli, dan Mbok Yah. Mereka ingin menjagaku dari gangguan Mas Arya dan Melati. Khawatir mereka kembali."Ara
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 25 Pov Arya"Ara, ini aku, Arya.""Mas Arya, ada apa telpon?""Ara ... apa kamu tak mau merubah keputusan kamu? aku menyesal, dan gak mau bercerai sama kamu, Ra." Terdengar hembusan napas berat dari sebrang sana. Tiba-tiba sambungan telepon dimatikan begitu saja."Ara ... Ra ....""Arrgh, sialan!" bentakku kesal. "Bagaimana, Arya? apa Ara mau merubah keputusan dia?""Boro-boro, Bu. Dia bener-bener sudah benci sama Arya, Bu. Ahh, sialan, kenapa jadi kaya gini, Bu. Harusnya kita gak usah bawa Melati ke rumah itu, pasti semua ini terjadi asal mulanya karena kehadiran Melati!""Eh, ko, nyalahin aku sih, Mas. Ibumu tuh, segala bawa-bawa aku ke rumah itu, mana aku pura-pura jadi pembantu. Harusnya langsung saja dikenalkan sebagai istri pertama, terus aku minta kompensasi karena Si Ara udah jadi istri kedua.""Gila, itu malah makin gila, Mel!""Arrgh, udahlah gak usah mikirin Si Ara, intinya kamu harus mikir gimana kita bisa makan, Mas. Lihat nih, aku ham
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 26 Melarat"Hahaha, jangan bercanda. Lihat, Ara saja kaget dengan ucapanmu. Kasihan sekali Anda Mister, tampan dan kaya tapi pintar mengaku-ngaku. Ingat, Ara hanya mencintaiku.""Kata siapa kamu, Mas? apa yang diomongkan Andra memang benar, dia calon penggantimu. Jadi, jangan ganggu aku lagi. Ayok, Sayang." Ara merangkul tangan Andra. Mereka masuk ke ruang sidang.Arrggh, Sialan! tak mungkin secepat itu Ara melupakanku. Pasti mereka sekongkol untuk berpura-pura memanas-manasiku. Mereka pikir aku bodoh? mereka hanya sandiwara, buktinya mereka tak datang bersama ke sini. "Baik, sidang putusan akan dibacakan."Tak sanggup mendengar keputusan sidang. Hakim memutuskan aku dan Ara resmi berpisah, dan aku tak mendapatkan sepeser pun harta Ara. Sialan, sia-sia saja pengorbananku selama dua tahun ini. "Sidang kami tutup."Tok!Tok!Tok!"Puas kamu, Ara?""Hahaha, tentu aku puas, Mas. Akhirnya bisa lepas dari pria benalu sepertimu.""Ara!""Ayok, Sayang, ki
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 37 Tamat“Berulah apa sih, Mas. Jelas-jelas makanannya gak enak, makanan murahan.”“Gak enak tapi abis, Mbak,” ujar karyawan katering.“Betul tuh, habis dua piring bilangnya gak enak,” ujar tamu undangan yang lain.“Iya nih, buat gaduh aja. Baru nemu mkanan enak yah, Mbak, jadinya norak.”“Eh, jaga moncongmu!”“Halah, ibu-ibu miskin tukang bikin sensasi. Ayok, bubar-bubar!” “Mel, ayok pergi!”“Awas kalian!”Mas Arya kelihatan menahan malu sekaligus kesal, pipinya memerah. Dia langsung menarik Melati pulang. Aku kasihan melihatnya, sudah diberi banyak peringatan, tetap saja belum sadar. Semoga suatu saat nanti Melati mendapat hidayah, agar bisa menjadi istri dan ibu yang baik.“Mereka sudah pergi, kamu jangan cemas lagi, Sayang. Orang yang hatinya jahat, akan memakan kejahatannya sendiri.”Aku tersenyum sambil menggenggam tangan suami. Kerusuhan yang dibuat Melati tak bearti apa-apa, diibandingkan kebahagianku yang tak ternilai ini. Mulai saat ini,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 36 Akad Nikah"Jangan mulut Anda," bentak Mas Andra. Dia memang paling emosi kalau ada orang yang berbicara buruk kepadaku. Wajahnya langsung berubah menyeramkan."Melati, kamu pulang saja. Bikin rusuh.""Ih, emang kenyataan." Dengan wajah kesal karena dibentak dua pria sekaligus, Melati pergi sambil menutup sebagain wajahnya dengan selendang. "Andra, Ara, maafkan Melati.""Iya, tapi ajarin istri kamu, biar mulutnya tidak menyakiti orang terus.""Sudah, Mas, ayok kita pulang. Banyak yang harus diurus untuk pernikahan kita.""Sekali lagi maaf."Aku mengangguk, dan pamit pulang. Kasihan Mas Arya, kondisi sedang berduka, malah harus menanggung malu karena sikap istrinya yang tidak punya tata krama.“Jangan emosi, Sayang.” Aku genggam tangan Mas Andra saat kami di dalam mobil. Calon suamiku tersenyum sambil mencium tanganku.Hidup memang penuh misteri, dan kejutan indah. Dulunya aku yang selalu memperlakukan Mas Arya dan keluarga bak raja. Sementara ak
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 35 MeninggalPov Ara"Ya, sudah, ayok, Mas."Aku merasakan firasat tak enak. Pantas saja kemarin-kemarin gelisah, mendadak teringat mantan ibu mertua. Sejahat apapun dia, aku harus memaafkannya. Allah saja maha pemaaf, maka tak pantas jika hambanya sombong dan tak mau memaafkan kesalahan sesama manusia. "Pakde, aku izin mau menengok Bu Lastri di rumah sakit." Sebelum berangkat aku izin dulu kepada orang rumah. "Jangan diizinin, Pak. Lagian ngapain sih, Ra, kamu ke sana. Ingat perbuatan buruk mereka dulu. Udah, kamu fokus sama kebahagian kamu saja. Anggap mereka gak ada di muak bumi," ujar Mbak Yuli emosi. Dia melirik sinis ke arah Mas Arya yang sedang menunggu di teras. "Aku cuman mau nengok Bu Lastri, Mbak. Itu permintaan dia, takutnya ...," ucapanku menggantung, tak tega membayangkan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi."Pergi, Nak," ujar Pakde Ahmad. Aku tersenyum senang, lalu mencium tangannya. Aku dan Mas Arya berangkat ke rumah sakit.
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 34 Melati Kena Batunya"Apa istri saya kecelakaan, Sus?""Betul, Pak. Silakan datang ke rumah sakit Medika.""Iya, Sus, saya segera ke sana."Astaga ada-ada saja, kenapa Melati bisa ada di kabupaten sebelah. Sebenarnya dia mau ke mana, sampai kecelakaan. Aku memberitahu kabar ini pada ibu, dan menitipkan anak-anak. Lalu, bersiap menggunakan motor menuju alamat rumah sakit. Perjalanan sekitar satu jam setengah. Akhirnya sampai juga, aku di arahkan masuk ke ruang rawat Delima. Di sana Melati sedang terbaring lemah dengan kondisi wajah dipenuhi perban. "Melati, sadar, Mel.""Ma-mas, akhirnya kamu datang. Wajahku perih, Mas.""Mangkanya jangan bertingkah, Mel. Kenapa segala kabur, rasakan akibatnya. Wajahmu rusak kaya gini."Melati terdiam sambil menangis. Lalu, ada seorang perempuan seumuranku masuk. Ternyata dia yang menabrak. Diceritakan kronologi kecelakaan, bahwa Melati lengah di jalanan, dan pelaku kaget, tapi untungnya menyenggol tubuh melati t
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 33 Pangeran Untuk Ara"Jadi, kita sepakati hari pernikahannya satu bulan lagi," ujar Pakde Ahmad."Setuju, Pak.""Alhamdulilah."Semua orang memancarkan aura kebahagian. Apalagi Kevandra, pasti dia merasa sangat beruntung mendapatkan Ara. Di lubuk hati ini terasa perih, bagai dikuliti hidup-hidup. Aku mematung menyaksikan kebahagian mantan istriku. Saat tersadar, aku melangkah untuk pergi. Berat sekali kaki ini melangkah. Tapi, aku harus sadar diri siapa diri ini. Hanya sampah masa lalunya Ara. Sampai kapan pun, tak bisa jadi pangeran Ara lagi. "Arya.""Mas Arya."Saat mau pergi, dua sejoli itu memanggilku. Aku lukiskan senyum terpaksa. Mereka melangkah mendekat. "Ngapain kamu di sini, Mas?" tanya Ara dengan raut jutek. "A-aku ... mampir saja, habis dari rumah Anwar.""Oh.""Masuk, Arya, kebetulan sedang ada acara lamaran. Kalau gak buru-buru bergabung sama kita.""Ka-kalian mau menikah?" tanyaku gugup, bercampur kaget."Iya, Mas. Insyallah satu
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 32 Ibu Jadi Pembantu"Bagaimana istri saya, Bu bidan?""Tenang, Pak, saya sudah memberikan suntikan penenang. Istri bapak mengalami sindrom baby blues, nanti juga reda dengan sendirinya. Tolong jangan dibentak, atau disuruh kerja berat, harus dilayani dengan baik. Agar pikirannya tidak semakin kacau."Ada-ada saja, kondisi ekonomi sulit, dompet menjerit, istri malah membuatku seolah-olah terlilit. Ibu lumpuh, aku harus jualan, bagaimana caranya menjaga mereka sekaligus berjualan. Arrgh, cobaan makin tidak karuan. "Saya pamit dulu, yah, Pak.""Iya, Bu bidan.""Kami juga pamit, Arya," ujar ibu-ibu tetangga rumah. Melati tertidur tenang di atas kasur. Giliran aku yang harus berubah dari tulang punggung menjadi tulang rusuk. Aku memandikan Raka, dan menjaga putri kecilku. "Bu, mau ngapain?""Biar ibu yang masak, Arya.""Gak usah, Bu, memangnya bisa?""Bisa, Arya. Ibu bisa masak sambil duduk, tapi tolong kompornya simpan di meja lebih pendek.""Iya, B
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 31 Operasi"Arrgh, ketubanku pecah, Mas. Panggil bantuan!" teriak Melati panik. "Bu, tolong jagain Melati dulu, Arya mau cari bantuan.""Iya Arya, sana buruan."Aku panik luar biasa, ke sana ke mari cari bantuan tak ada. Ke mana penghuni bumi, kenapa sulit sekali ditemukan. "Tolong ....""Arya, kenapa?" tanya salah satu warga."To-tolong, istri saya mau lahiran," ujarku dengan napas tersengal-sengal. Berlarian ke sana ke mari baru dapat bantuan. Bapak tersebut mencari bantuan juga, akhirnya kami hubungi mobil ambulan desa untuk mengantar Melati ke puskesmas."Maaf pak, kami tidak sanggup menangani istri Anda, harus dibawa ke rumah sakit daerah, agar dilakukan tindakan operasi."Ya Allah, ini cobaan atau karma. Aku sendirian harus mengurus ini dan itu. Melati tak punya kartu BPJS, untungnya aku masih punya simpanan. Hampir seharian menunggu proses operasi mulai dari tahap-tahap awalnya. Aku menunggu beberapa jam sampai operasi selesai. Syukurlah,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 30 Boros Kebangetan "Bakso ... bakso ...."Sudah hampir dua jam berkeliling belum ada satu mangkok bakso pun yang terjual. Ke mana para pembeli, padahal beberapa hari lalu jualanku cukup ramai. Cape sekali mencari nafkah. Bodohnya aku pernah jadi suami dari istri kaya, harusnya dipertahankan. Bukan malah dikecewakan. Sekarang, harus menanggung hidup miskin. Ditambah lagi punya istri kurang becus, mata duitan, dan tidak bisa melayani suami dengan baik."Melati!" teriakku melihat Melati naik ojek. Sayangnya dia tak melihatku. Dia membawa beberapa belanjaan. Apa dia baru pulang belanja? astaga, benar-benar perempuan itu. Dia suruh ibuku yang sedang sakit menjaga Raka? dasar gak ada pikirannya. Emosi menggebu-gebu, tapi aku harus terus jualan. Untungnya ada pelanggan yang datang. Seketika kesal yang mendera hilang begitu saja. Terganti rasa bahagia karena daganganku laku. "Bakso satu, Mas. Jangan pake mie kuning, yah.""Siap, Bu.""Bakso lima, Mas,
MADU, YANG DIBELI OLEH MERTUAKUBab 29 Istri Kurang Ajar"Oke-oke Mas kasih kamu lima juta. Tapi, ini buat makan sebulan.""Buruan mana duitnya."Aku berikan saja uang lima juta. Jika tidak, Melati bisa mengamuk. Sikapnya makin diluar nalar, dan kurang ajar. Tapi mau bagaimana lagi, dia ibu dari anak-anakku. Kewajibanku memang memenuhi nafkah lahir batinnya. Walaupun, Melati sama sekali tidak melihat kondisi suami. "Nah, gitu dong, ini uang buat aku ke salon sama beli baju. Kalau uang dapur, ya, beda lagilah.""Tapi Mel, kita harus hemat, Mas mau buka usaha.""Ya Elah, itu uangnya masih banyak. Kalau gak ada duit, ya, udah gak usah beli kursi roda.""Astaga, Mel, kamu ini jadi istri gak pengertian banget."Melati sama sekali tidak mendengarkan ucapanku. Semakin hari, sikapnya tak acuh. Sebagai istri harusnya dia mendukungku, bukan malah menambah beban semakin runyam. Sangat berbeda sekali dengan Ara. Meski sudah disakiti dia tetap mau membantu.Hari ini juga aku akan membeli kursi ro